Mereka Bukan Butiran Debu

4.3K 321 35
                                    

"Anjir.. ini kan Dina sama Marsel. Intim banget mereka. Abis ngapain nih mereka, kok buka baju segala." Seru Debi dengan kaget. Semuanya pun kaget melihat gambat tersebut.

Mereka langsung melihat ke arah Dina dan Dimas yang lagi berbicang sambil tertawa.

Andien mengambil ponsel Ana dan berjalan ke arah Dina dan Dimas.

"Din.. ini elo kan?" Andien menyodorkan ponsel Ana ke hadapan Dina dan Dimas.

Dua orang yang ada di depan tersebut memiringkan wajahnya untuk mengamati gambar yang ada di ponsel Ana. Dina tersentak dan langsung diam. Dimas menatap Dina.

"Ini elo sama Marsel kan?? Lo berdua abis ngapain difoto ini?" Tanya Andien dengan suara cukup kencang. Naya, Debi dan Sarah ikut mengekori Andien di belakang. "Kenapa diem aja, jawaabb!!!" Dina menunduk. Sungguh dia menyesal dengan adanya foto itu. Dan dia juga tidak menginginkan foto itu terungkap di saat seperti ini. Dia langsung menunduk.

Mendengar keributan yang disebabkan oleh Andien, tak ayal semua teman-temannya menghampiri mereka. "Ada apaan sih, ngapain sih teriak-teriak. Malu tuh di liatin sama yang lain. Ndien, suara lo pelanin."

Andien membalas ucapan Ben dengan lirikan sinis.

Dengan begitu, Andien tetap memelankan suaranya tapi tetap terdengar keras ditelinga Dina. "Liat nih kelakuan uler keket." Andien menunjukan foto yang ada di ponsel Ana kepada teman-temannya. Grup cowok langsung bergerombol melihat ponsel Ana. Dimas pun tak ketinggalan.

"Astafirullah" sebut Yoga.

"Masyaallah, Marsel..." Wisnu ikut.

"ini beneran lo, Din?" Tanya Dito memastikan. Tatapannya melekat kepada Dina. Jujur Dito langsung ilfeel dengan Dina dan nemikirkan Ana sekarang. Apa kabarnya hati sahabatnya?

Andien menarik dagu Dina agar menegakkan badannya. "Jawab! Lo punya mulut kan?" Tatapan Andien menajam.

Dimas yang melihat aksi Andien, langsung menyentak tangan Andien di dagu Dina. "Apan sih lo, Ndien. Kita bisa ngomongin ini baik-baik." Kata Dimas. Naluriah untuk melindungi Dina keluar.

"Dim, lo belain dia? Dia udah buat hati Ana hancur loh. Lo tega sama Ana?" Kata Naya pelan.

"Gue gak belain siapa-siapa. Gue cuma mau kita ngomong baik-baik, gak usah ngegas." Kata Dimas melirik Andien.

"Bener kata Dimas. kita omongin baik-baik."  Yoga melirik ke arah api unggun yang belum menyala. "Kita kumpul disitu aja. Dan gue mohon, gak ada yang ngegas." Ajak Yoga. Semuanya menuruti.

Setelah semuanya berkumpul, mereka duduk membentuk lingkaran kecil. Semuanya diam tanpa suara, tapi mata mereka melirik Dina. Dina pun daritadi diam, sikap 'sok-nya' hilang entah kemana.

Kalo udah ke-gep kan emang gitu, gak bisa berkilah lagi. Mau sombong, nyari mati namanya.

"Din, bisa lo jelasin ini ke kita?" Tanya Yoga, pelan.

"Mana mau dia jelasin. Pasti lo takut kan? Asal lo tau, lo itu gak lebih dari cewek murahan tau gak, Din." Andien naik pitam. Dia sampai menunjuk-nunjuk ke arah Dina.

Yoga menurunkan tangan Andien. "Ini bukan masalah lo. Ini juga bukan urusan lo. Gue tau lo sobatan sama Ana, tapi disini suara lo gak dibutuhin sama sekali. Jadi tolong, lo diem. Biarin dia jelasin ke kita. Bisa, kan?" Kata Yoga mencoba sabar kepada Andien.

"Kenapa sih, lo semua malah belain dia. Lo gak mikir gimana perasaan nya Ana?? Gue yakin pasti Ana minta break sama Marsel karna masalah ini, ya kan?" Tuntut Debi. Geng cowok mencoba sabar dan tidak mau ikut tersulut emosi. Sedangkan geng cewek sudah geram dan mau menelan Dina hidup-hidup.

[#2] AKU KAMU DAN ALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang