31. Semuanya Indah

4.6K 336 53
                                    

Semoga dapet feel nya yaa😊
Semoga suka juga;)

----

"Itu Marsel sama Ana...." seru Dito kepada teman-temannya.

Mereka bergegas menuju ke bayangan senter yang ditunjuk Dito. Senyum mereka mengembang saat melihat dua sahabatnya sedang berdiri mentap ke arah mereka.

"Akhirrrnyyya.." seru mereka lega.

Dito segera menghampiri Ana dan memberikan jaket kepada Ana. "Pake, Na. Lo pasti kedinginan." Ana menerimanya dan langsung memakainya. Dia tersenyum hangat ke arah Dito.

"Makasih ya, Dit.."

Dito mengelus rambut Ana yang sedikit berminyak dan peluh dingin membanjiri keningnya. "Gue khawatir banget, Na. Gue takut lo kenapa-napa. Kalo nyokap lo tau pasti dia marah banget." Ujar Dito. Dito emang friendable banget. Kadang perhatiannya kepada teman terlalu berlebihan membuat sahabat-sahabat cewek macem Ana jadi sering baper tingkat dewa.

Tapi itulah bukti bagaimana Dito menjaga orang yang dia sayang.

Ana menatap sarung tangan dan kupluk rajut yang dibawakan oleh Dito. Dia melirik Marsel yang hanya menggunakan jaket yang dibawakan Chiko.

"Gak usah pikirin dia. Gue bawain ini buat lo." Kata Dito yang tau Ana berniat ingin memberikan salah satu barang itu kepada Marsel. Jujur, dia masih kesal dengan Marsel bekas melihat foto dia dan Dina yang ada di hape Ana. "Masih dingin, mau di peluk?" Tawar Dito.

Ana menggeleng. Tapi dengan paksa Dito memeluk Ana tanpa mau di gubris. Pelukan Dito erat. Ana bahkan sampai kesakitan dengan pelukan Dito. "Kenapa lo nyimpen ini semua sendirian?? Apa guna nya gue sama Wisnu kalo lo gak mau cerita masalah lo ke kita?" Bisik Dito di tengkung Ana.

"M-maaksud lo apa sih, Dit?" Kata Ana bingung.

"Foto Marsel sama Dina di hape lo? Kenapa lo nyimpen ini semua sendirian?" DEG! Ana menegang di pelukan Dito. Ana ingin mundur dari pelukan Dito tapi pelukan itu terlalu kencang dan kuat.

"D-diit.."

"Lo masih anggap gue sama Wisnu sahabat lo kan?" Bisik Dito lagi ditengkuk Ana. Rasanya mengingat foto itu, mata Ana memanas ingin menangis saat itu juga. Dia ikut mengencangkan pelukannya. "Diit.. gue..."

Dito mengusap-usap punggung Ana lembut. "Sorry ya, gue sekarang jarang ada waktu buat dengerin lo cerita." Ana menggeleng dalam pelukan. Mendengarnya Ana pilu sendiri.

Ana melepaskan pelukannya dan menatap Dito pekat. "lo sama Wisnu itu sahabat terbaik gue. Maaf, bukan gue gak mau cerita ke lo ataupun Wisnu. Tapi ada gue harus keep masalah gue sendiri. Sorry, Dit. Untuk sekarang gue gak bisa cerita dulu. Mungkin sometimes." Ana tersenyum lembut.

"Gue ngerti. Lo udah jadi Ana yang dewasa. Kabarin gue, Gue selalu ada ketika lo ingin cerita" Dito balas menatap Ana. Dia mengacak rambur Ana. "Gila. Gue kangen banget ngacak rambut lo. Kita udah jarang ngumpul bertiga"

Bibir Ana menyembi. "Makanya jangan sibuk nyari jodoh aja." Ana menoyor kepala Dito.

Dilain tempat, Marsel yang melihat pelukan Dito dan Ana jadi panas sendiri. Kenapa tumben banget Dito memeluk Ana bahkan mesra seperti itu.

Dia menggeram kesal dalam hati melihat Ana dipeluk manja-manja seperti itu. Sampai akhirnya bapak dari tim pos tiga itu berseru mengajak mereka untuk berkumpul.

"Sebaiknya kita segera balik ke tenda. Awan nya gelap, kayaknya mau hujan." Kata Bapak itu. Semuanya menyetujui karna awan memang sudah gelap dan angin berhembus semakin kencang.

[#2] AKU KAMU DAN ALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang