Batas, Selingkuh & Keponakan Baru

5.8K 294 25
                                    

Jujur itu perlu. Cemburu juga perlu dalam setiap hubungan. Asalkan ada batasnya.

Hubungan yang baik akan berlangsung dengan baik pula jika dijalankan sesuai batasnya.

Jangan terlalu posesif. Itu akan berdampak buruk nantinya untuk hubungan mu. Jangan terlalu cuek dan adem ayem aja dengan hubungan mu. Itu juga akan berdampak buruk karna kamu seperti tidak berarti apa-apa.

Sekali lagi, jalankan hubunganmu dengan sebatasnya. Niscaya, hubunganmu akan berjalan sehat.

----

Ana menghentikan langkahnya ketika melihat ada seorang pria sedang celangak-celinguk di depan gerbang kampusnya. Dia seperti kenal.

"Masnya yang waktu itu nyanyi dicafe ya? Yang waktu itu juga ngamen??" Ana menebak. Laki-laki itu, Raka, tersenyum ramah ke arah Ana. "Ngapain disini? Kuliah? Jurusan apa? Kok gak pernah liat?" Cerocos Ana.

Raka tertawa melihat tingkah Ana. "Enggak, Mbak, lagi nyari temen aja." Jawab Raka. Raka berfikir sebentar. Mbak ini temannya Citra kan? Kenapa dia gak minta tolong sama Mba ini aja. Raka emang pinter.

"Mba, kenal Citra gak? Citra Divala?"

"Oohh Citra... kenal itu sih. Temen sekelas gue itu sih. Kenapa? Mau dipanggilin? Tapi paling dia udah masuk kelas. Mau nunggu aja, nanti gue bilangin??" Entah kenapa, Ana jadi cerewet dengan Raka.

"Boleh minta nomor hape nya aja, Mba?"

"Loh temen kok gak punya nomor hapenya??" Ana menyernyit.

"Ke apus, mba." Ana hanya ber-ohh-ria. lalu dia mengeluarkan ponselnya untuk melihat nomor Citra. Setelah itu dia menyebutkan nomornya agar Raka mencatatnya. "Btw, masnya namanya siapa? Nanti biar gue bilangin sama Citranya??"

"Nama saya Raka. Nanti bilang aja ke Citra, Raka nyariin."

"Oke deh. Gue duluan yaa, ada kelas soalnya."

Setelah itu Ana pergi meninggalkan Raka. Berjalan menuju kelasnya yang ada di lantai tiga.

Dari arah parkiran. Marsel melihat kebersamaan Ana dengan Raka. dia melihat perubahan Ana yang berubah jadi cerewet tidak seperti biasanya.

Marsel memperhatikan Raka dari tempatnya. Tubuh tinggi, badan tegap, rahang yang keras, berkulit bersih, dan memiliki paras yang memikat. Lumayan. "Ganteng sih. Tapi tetep gantengan gue kemana-mana. Kegantengan gue gak akan tertandingi." Marsel tertawa sinis.

Dia memuji dirinya sendiri tanpa dosa. Muji diri sendiri emang gak dosa sih.

**

"Cit, tadi ada yang nyariin.." bisik Ana setelah dosen yang ada di depan menyuruh mencatat yang ada di Slide Powerpoint di depan.

"Siapa??" Citra ikut berbisik.

"Raka namanya. Trus tadi dia minta nomor hape lo.." Ana berbisik lagi. Dito yang ada di samping Ana ikut nimbrung. "Waah.. Citra di cariin mantann..." Dito ikut berbisik.

"Terus lo kasih nomor gue??"

Ana mengangguk polos. "Iya. Kan dia temen lo.."

"ANA BEGO BANGET SIH! GUE BERUSAHA MATI-MATIAN BIAR DIA GAK TAU NOMOR GUE. DAN LO DENGAN SEENAKNYA NGASIH AJA." Citra kelepasan berteriak. Seiisi kelas melihat ke arah mereka yang duduk di belakang.

"Mbaknya, catatan yang ada di depan tolong di catet yaa.. minggu depan bapak periksa satu-satu." Tegus dosen di depan.

"Iya, pak." Jawab Citra lemah.

"Bacot lo kegedean sih. Emang enak diomelin." Bisik Ana lagi.

"Jangan kabur lo ya abis ini." Lirik Citra sinis. Dia lebih baik mencatat slide yang ada di depan.

[#2] AKU KAMU DAN ALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang