Lima tahun sudah.
Berawal dari cinta diam-diam antara kakak kelas ke adik kelas. Berlanjut ke masa perkuliahan dengan menyabet status pacaran hingga sekarang berakhir menjadi pasutri.
Ini kisah Marsel dan Ana.
Marsel membuka pintu kamarnya dan langsung menampilkan wanita dengan perut besar sedang bersandar di sandaran kasur mereka yang empuk.
Itu Ana, perutnya semakin besar karna ada malaikat kecil yang sedang bernaung diperut Ana. Iya, Ana hamil.
"Ya ampun.. buntelan akuu lagi nonton gosip.. nanti anak nya aku jadi demen gosip lagi. Kalo tiap sore kamu nonton gosip terus." Marsel langsung menyampari Ana dan mencium keningnya.
Ana menggerutu karena Marsel mengatainya dengan sebutan 'buntelan'. Marse lalu beralih mengusap perut Ana yang besar. "Anaknya ayah lagi apa di dalem???" Marsel mencoba berkomunikasi dengan anaknya.
"Aku lagi ngidam nih ayah. Aku mau martabak bandung yang ada di depan komplek. Ayah bisa beliin gak, kalo ayah gak mau beliin nanti aku ileran ayahh.. nanti gak ganteng kayak ayah deh." Ana menjawabnya dengan geli. Marsel langsung menatap Ana.
"Itu mah emaknya yang mau. Bisa banget deh lu." Ana cengengesan. "Kamu mau martabak?" Ana mengangguk.
"Tapi kamu mandi dulu aja. Abis magrib aja kita belinya. Sekalian cari-cari makan diluar. Aku bosen makan makanan rumah." Kata Ana.
"Yaudah aku mandi dulu yaa.." Ana mengangguk. Marsel lalu membuka kemeja slim fitnya dan menampilkan tubuh Marsel yang selalu Ana dambakan. Dengan iseng, Marsel lalu bertanya. "Aku abis ngegym loh. Gimana, keker gak?" Ana memutar bola matanya tanda malas.
"Cepet deh mandi. Tebar pesona mulu lu." Ana menimpuk kain kecil ke arah Marsel. Marsel tertawa ngakak melihat Ana jengkel seperti itu.
Sekarang itu Marsel bekerja di salah satu perusahaan di Jakarta. Sebenarnya dia bisa saja langsung masuk ke perusahaan papanya dan melanjutkan bisnis papanya seperti yang Marez lakukan. Tapi Marsel tidak mau. Dia tidak mau setiap hari pake jas formal seperti yang Marez lakukan juga. Pusing mikirin bisnis ini itu onoh eneh. Meeting dimana-mana dan harus dinas ke luar kota or negri. Marsel ogah melakukan itu. Munafik memang kalo dia bilang tidak tertarik dengan tawaran papanya dan Marez yang mengajaknya untuk bekerja di perusahaan papanya. Dia tertarik sebenarnya tapi apayaa..... Marsel hanya males sebenernya. Lalu dia Marsel menolaknya dengan halus. 'Aduh sory, Rez.. tapi emang lo gak takut kalo gue masuk ke perusahaan itu langsung bangkrut, karna client nya gak ada yang percaya sama gue? Muka gue gak meyakinkan kalo buat dipercayain ketemu client. Tapi kalo disuruh ketemu gebetan lo bisa percaya sama gue deh.'
Alasan gak tau diri, udah punya istri masih aja ngomongin gebetan.
Akhirnya Marez dan papanya menyerah membujuk Marsel untuk bekerja diperusahaan mereka. Dan sekarang Marsel berkerja di daerah Gatot Subroto. Bekerja sebagai Admin dengan gaji yang lumayan bisa ngasih makan Anak orang sama anaknya sendiri selama sebulan penuh. Dia sekarang menjelma menjadi karyawan biasa yang pergi terang pulang gelap.
Dan Ana, semenjak mengandung Ana anak mereka memutuskan untuk berhenti bekerja sementara sampai anaknya lahir nanti. Karena semakin hari, Ana semakin lelah jika terlalu banyak gerak. Jadi untuk tidak mengambil resiko, dia memutuskan untuk berhenti.
Kandungan Ana sekarang menginjak 7 bulan. Kemarin ketika mengecek kandungan dan di usg, calon anak mereka adalah laki-laki. Marsel senang bukan kepalang. Dia memang ingin menginginkan anak pertamanya laki-laki. Jadi, kelak nanti dia bisa menjaga ibu dan adik-adiknya.
Beberapa jam berlalu...
Setelah melaksanakan ba'da Maghrib. Marsel dan Ana langsung meluncur mencari martabak bandung yang Ana mau di sekitaran komplek.
Kalo ibu hamil cuma ngidam trismester awal saja, beda dengan Ana. Tiap hari Ana itu selalu ngidam. Ngidam makan onoh, makan itu. Mau pergi ke situ ke sono dan lain-lainnya. Dan Marsel menurutinya sebagai suami yang siaga. Tapi ada yang Marsel paling suka kalo Ana ngidam. Kalo Ana udah ngidam minta dipeluk seharian. Kalo ngidam yang itu, cuma hari tertentu saja. Misal hari minggu atau saptu. Waktu Marsel memang tidak kerja. Pinter kan anaknya. Siapa dulu bapaknya.....
"Ini martabaknya bungkus aja buat nanti aku makan tengah malem. Itu disana kayaknya ada nasi goreng deh. Aku pengen deh." Kata Ana sambil menunjuk ke arah tukang nasi goreng.
"Kamu mau nas goreng? Trus martabaknya bungkus?" Ana mengangguk. Marsel langsung bilang ke penjual martabak itu dan meninggalkannya untuk makan nasi goreng sebentar.
Dengan sigap juga, Marsel memesan nasi goreng untuk Ana dan mie goreng untuk dirinya.
"Hari ini anak ayah ngapain aja?" Marsel mengelus perut Ana.
"Salto, push up, lari-larian, maen air ketuban. Banyak deh. Anaknya pinter, aktif banget. emaknya yang cape nahan sakit diperutnya." Jelas Ana ngawur. Tapi memang anaknya ini aktif banget di dalem perut. Kata dokter juga gitu.
"Kalo ada temennya dia maen petak umpet kali ya di dalem perut kamu." Makin makin gak jelasnya.
"Bukan lagi. Kalo di dalem perut aku udah ada smart phone aku rasa dia nyari pokemon di dalem sana." Marsel langsung ngakak. Kebayang anaknya di dalem sana cuma pake popok warna putih trus nyari-nyari pokemon dalam perut Ana.
"Emaknya geblek."
"Bapaknya sarap!"
Nasi goreng mereka datang bersamaan dengan tukang martabak yang mengantarkan pesanan mereka juga. Marsel membayar semuanya dan Ana mulai memakannya.
*
Sampai di rumah....
Marsel dan Ana langsung masuk ke dalam dan bersih-bersih sebelum naik ke atas kasur.
Nah, Marsel dan Ana juga sekarang tinggal di rumah sendiri yang mereka beli secara nyicil perbulannya.
Marsel memang tidak mau ada campur tangan siapapun urusan keluarganya. Sebisa mungkin dia tidak mau merepotkan siapapun selama dia bisa mengerjakannya sendiri. Dan untungnya Ana juga tidak mempermasalahkan sikap Marsel yang bisa saja jadi aji mumpung karna punya papa kaya atau dirinya yang bisa meminta sesuka hati karna dia anak tunggal. mereka cukup mandiri dalam membangun keluarga kecil mereka.
Setelah bersih-bersih keduanya naik ke atas kasur dan meonton tv sebelum tidur. Ritual mereka sebelum tidur ya nonton tivi dan menceritakan semua kegiatannya hari itu. Mereka mencoba untuk terbuka dan saling jujur.
"Tadi aku banyak banget kerjaan di kantor. Tapi kalo lagi banyak kerjaan gitu enak sih, aku jadi irit. Soalnya makan siangnya jadi di beliin sama bos." Tetep.. calon bapak-bapak yang bentar lagi jadi ayah baru yang bakal keluar duit banyak karna mau ngelahirin anak baru. Hidupnya mulai pengiritan. "Kalo kamu hari ngapain aja?"
"Kayak biasa. Makan-tidur-nonton Feni Rose-nyoba-nyoba masak-nyapu-ngepel- tidur lagi. Banyakkan tidur deh." Cerita Ana.
Marsel menggerutu. "Kurang-kurangin nonton Feni Rose, aku gak mau nanti anak kita jadi biar rumpi trus doyan beli apartemen." Ana terkikik. Marsel lalu menurunkan pandangannya ke perut Ana sambil mengusapnya. "Kalo udah lahir, kamu mau kasih nama apa?"
Ana berfikir sebentar. "Gak tau. Nama aku serahin ke kamu. Yang penting ada gabungan nama kitanya." Keduanya lalu tersenyum.
"Nanti aku cari nama yang berarti bagus untuk dia. Untuk pemimpin kedua setelah aku." Marsel membelai sayang anak yang masih di dalam kandungan itu. "Sehat-sehat ya sayang di dalam sana. Ayah sama bunda nunggu kamu disini." Marsel mencium perut Ana penuh sayang.
"Sehat-sehat juga yaa, bunda. I love you, bunda." Lalu Marsel menicum kening Ana.
"Sehat juga untuk ayah. Semangat ya kerjanya. Bunda sama dede bayinya selalu doain ayah terus. I love you, ayah." Ana menicum kening Marsel. Marsel tersenyum haru, dia mencium bibir Ana yang selalu membuatnya ketagihan.
Tidak ada yang paling sempurna selain nikmat yang Tuhan kasih secara sederhana seperti ini.
Marsel dan Ana cukup bersyukur dengan semua yang telah Tuhan kasih terhadap mereka. Cinta pertama mereka yang berbuah abadi. Buah cinta mereka yang sebentar lagi anak hadir di dunia untuk melengkapi status mereka sebagai orangtua. Semuanya sudah cukup.
Mereka bahagia dengan nikmat yang sederhana ini. Terimakasih:)
KAMU SEDANG MEMBACA
[#2] AKU KAMU DAN ALAM
Adventure[SEQUEL OF SAHABAT GUNUNG] ------------------------------------- Ini bukan impian gue dalam pacaran. Dulu gue selalu mimpiin kalau kisah pacaran gue akan berjalan manis seperti es teh manis warung pinggiran. Seperti apa yang manis? Seperti jalan...