Mereka menatap ngeri jembatan yang ada di depan mereka. Jembatan kecil yang menghubungkan dua tebing. Tebing yang mereka pijak dengan tebing yang ada di depan mereka. Jarak jembatan tersebut lumayan panjang yang dibawahnya adalah tumpukan batu-batu runcing yang jika jatuh sudah dipastikan pulang hanya tinggal nama.
"Jalan nya pelan-pelan. Hati-hati. Baca doa biar selamet. Jangan liat ke bawah kalo takut. Jangan iseng goyang-goyangin jembatan yaa.. goyangin yang lain boleh." Canda Marsel. Pagi ini dia lebih bersemangat. Entah karna apa.
"Sel, gak ada jalan lain?" Debi menatap ngeri jembatan di depannya.
Marsel tampak berfikir sebentar, "ada, dari sini jauh lagi sampe puncak. Jadi mending lewat sini. Nanti waktu pulang, baru kita lewat jalur itu." Marsel tersenyum lucu. "Selau, Deb. Bakal asik banget kok."
"Matelo asik!" Ketus Debi. Kakinya gemetaran.
"Kalo jatoh nanti gue gak tolongin." Kata Marsel bercanda.
"Lucu lo, korban breaknya Ana!!!!" Balas Debi kesal.
"Yukk... kita menyebrang!!!!"
Sebelum menyebrang mereka mengucap basmalah terlebuh dahulu. Berdoa agar selamat sampai tebing di sebelahnya.
Kaki mereka memijak satu langkah di ujung jembatan. Ngeri. Itu yang dirasakan ketika jembatan itu bergoyang sedikit.
"Bisaa. Bisaaa. Bisaaaa."
"Puncak. Puncakkk. Puncaaakkk."
"Ini kecil. Ini kecil. Ini kecil."
Racau mereka berulang kali dalam hati. Langkah mereka tepat berada di tengah-tengah jembatan. Marsel yang berada di depan nya berhenti sejenak untuk menikmati sensasi berada di tengah jembatan. Dia menghirup oksigen bersih sebanyak mungkin.
Tuhan, ciptaan mu sungguh indah. Sama seperti dia yang begitu indah.
"Adduuuhhh jalan dong... cepetaannn... Wis, jalann.." perintah Sarah kepada Wisnu.
"noh, si Marsel berenti di depan. Buka aja si mata lo. Enak bangett gilaaa.. berasa kayak anak trip bangeeett" Wisnu tertawa hingga menimbulkan getaran di jembatan.
"Wis, Wis.. diem Wis, jembatan nya goyang-goyang. Plis guaa takutttt..." Sarah meremas baju Wisnu erat.
"Sar, baju guaaa... nanti Naya marahh kalo lo deket-deket gua." Wisnu menepuk tangan Sarah agar terhindar dari bajunya.
"Bawel lo. Jalan gercep."
Dibarisan paling belakang ada Dina dan Dimas. Dari belakang Dimas bisa melihat tangan Dina yang bergetar ketakutan. Dimas hanya melihatnya dari belakang.
Dengan gerak pelan, Dimas merapatkan tubuhnya dengan Dina dan mengambil tangan Dina untuk di genggamnya. "Gak usah takut, ini safety kok." Bisik Dimas ditengkuk Dina.
Dina menengok sedikit ke samping dan langsung bertumburukan dengan tatapan Dimas yang begitu dekat. Wajah mereka teramat dekat hingga mereka bisa saling mendengar hembusan nafas masing-masing.
Jantung Dina berdebar mengikuti tatapan Dimas yang tajam tapi menyiratkan kelembutan.
"Jalan kali, malah tatap-tatapan. Lo pikir lagi di drama korea." Seru Ben merusak suasana. Dina jadi canggung sendiri.
Dimas mengulum senyumnya dibelakang. Jantung nya menari-nari di dalam sana.
Selangkah, dua langkah.. akhirnya mereka sampai di tebing akhir yang merupakan puncak dari gunung ini. Maskot gunung ini yang terkenal tebing surga.
KAMU SEDANG MEMBACA
[#2] AKU KAMU DAN ALAM
Adventure[SEQUEL OF SAHABAT GUNUNG] ------------------------------------- Ini bukan impian gue dalam pacaran. Dulu gue selalu mimpiin kalau kisah pacaran gue akan berjalan manis seperti es teh manis warung pinggiran. Seperti apa yang manis? Seperti jalan...