Salah Jalan

4.5K 334 41
                                    

Dingin. Sunyi. Gelap.

Bukan kombinasi yang bagus untuk mereka yang sedang renggang.

Dingin dan renggang. Menyulitkan mereka untuk saling menghangatkan.

Sunyi dan renggang. Membungkam mereka untuk mengutarakan kata penghibur yang biasa mereka lakukan.

Gelap dan renggang. Keadaan dimana mereka tidak bisa saling melirik mata untuk mengetahui yang sebenarnya.

Kerenggangan membuat mereka sulit untuk saling berinteraksi satu sama lain. Hanya kalimat pendek dan lemparan pertanyaan klasik yang bisa mereka lakukan. Dan itu membuat mereka resah sendiri.

Jadi, disinilah mereka. Duduk di segitiga akar besar yang bisa disandarkan sambil memeluk lutut mereka masing-masing. Marsel dan Ana.

Saling diam tanpa suara. Hening yang ada tidak membuat mereka saling berbincang untuk meramaikan keadaan. Mereka cukup nyaman dengan suasana bernama sepi.

Mereka terdampar di tengah hutan tanpa cahaya. Setelah mengetahui mereka berada di luar jalur pendakian akhirnya mereka mencari tempat untuk bermalam yang tak kunjung mereka dapatkan karena langit yang sudah gelap.

Tanpa perbekalan apapun. Tanpa alat penerang, peralatan pelindung, alat komunikasi, jaket dan juga makanan.

Hanya ini yang bisa Marsel lakukan. Ketika matahari sudah terlihat besok, baru mereka akan kembali mencari jalur pendakian. Hanya itu rencana yang bisa mereka rangkai.

Berulang kali Ana menggosok telapak tangannya yang kedinginan. Padahal semua keperluannya sudah dia bawa di dalam tas, tapi kejadian justru tidak terduga seperti ini.

Marsel yang menyadari gerakan Ana justru mengambil tangan Ana dan memberikan kehangatan dengan meniup nya dan mendekap tangan mungil itu di dalam tangan besarnya.

Walaupun Ana sempat menegang tapi dia menikmatinya. Dia tersenyum kecil, dan Ana kangen dengan perlakuan manis dari Marsel seperti ini.

"Boleh, kita berhenti dulu break-nya? Aku mau melindungi kamu." Tanya Marsel dengan menatap Ana yang hanya memperlihatkan pantulan bola mata Ana. Keadaan yang gelap menyulitkan mereka.

"Silahkan." Ana tersenyum manis yang tak bisa dilihat Marsel karna sekali lagi, gelap, menyulitkan mereka. Tapi samar-samar , Marsel melihat cetakan melengkung dari bibir Ana. "Aku juga butuh lindungan kamu." Tambah Ana lagi.

Dengan sekali gerakan Marsel merengkuh tubuh mungil Ana ke dalam pelukannya. Merapatkan tubuh keduanya untuk saling menghangatkan dan menghalau dingin yang berlomba-lomba menusuk kulit mereka.

Ana juga ikut mengeratkan pelukan Marsel. Memberikan hangat lewat tangan kecilnya yang mengusap punggung Marsel.

"Kalo kita berhenti dulu break nya, boleh gak aku bilang, kalo aku kangen kamu?" Kata Ana pelan yang masih bisa di dengar oleh Marsel.

"Aku kangen kamu juga." Balas Marsel tersenyum sumringah. Diredam nya rasa kecewa, marah dan kesal kepada gadisnya. Biarkan malam ini, dia melepaskan rindu yang teramat kepada gadis yang sedang dipelukanya.

Mendengarnya Ana makin merekatkan pelukannya dan menaruh kepalanya di dada Marsel. Mendengar detak jantung yang seirama dengan jantungnya.

Dalam gelap, mereka mengulum senyum. Mereka adalah dua orang yang saling rindu tapi harus bersikap acuh satu sama lain karna keadaan.

Dan itu, menyiksa mereka.

Bisik-bisik dari semak-semak membuat keduanya mengejang ketakutan. "Sel, apaan tuh di balik semak itu, kok goyang-goyang???" Tanya Ana panik. Itu merusak suasana.

[#2] AKU KAMU DAN ALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang