The Day

4.4K 327 65
                                    

Untuk penghibur duka lara para pejuang sbmptn yang gagal macem aku.. tetap semangattt... harapan masih banyak, tes mandiri salah satunya (iya aku emang curcol)

Semoga sukaaa yaa...

Dari aku yang lagi kurang semangat dan pengen di kasih semangat. *kodemalem-malem

-----------

Malam ini semua member PA menyiapkan segala atribut yang akan di gunakan untuk naik besok.

Carrier, baju tebal, sarung tangan dan lain-lainnya yang kudu wajib di bawa selama perjalanan.

Begitupun Ana, dia sudah riweh menyiapkan segalanya. Dari sarung tangan, syal, lotion dan krim malam. Gak deng, krim malam gak masuk tasnya, punya aja enggak.

Ana menatap lama, syal yang dulu pernah Marsel berikan saat dia sakit. Dia rindu si pengasih syal ini. "Kalo pake ini, aku berasa dipeluk kamu dari jauh. Soalnya pake ini jadi hangat, sama kayak dipeluk kamu." Ana terkikik sendiri dengan ucapannya yang gombal abis.

"Udah semua, gak ada yang ketinggalan lagi, Na?" Mamanya masuk ke dalam kamarnya. Sejak naik gunung pertama, mamanya memang sudah mengizinkan Ana untuk naik.

Tentu itu juga pengorbanan dari Marsel, kalo dia tidak memohon-mohon kepada mamanya juga, mana boleh dia naik gunung.

"Udah, Ma." Ana tersenyum ke arah mamanya. Ana menutup kembali tasnya.

"Yaudah, kamu sekarang istirahat aja. Besok bangun pagi kan?" Ana  mengangguk lagi, baru mamanya pergi dari kamarnya.

Ana merebahkan diri di atas kasur menatap langit-langit. Dia tersenyum-senyum, pasti besok Marsel akan kaget melihat kehadiran dirinya yang tiba-tiba. "Seenggaknya untuk beberapa hari ke depan, aku bisa curi-curi pandang ke arah kamu.." Ana cekikikan lagi.

Itu malam nya Ana. Ini malam nya Marsel...

Dengan ditemani Kales yang sedang emut-emut biskuit stick yang diberikan oleh Marez, Marsel menyiapkan barang-barang yang akan dibawanya besok.

Dengan anteng Kales duduk bergaya bossy di tempat tidur Marsel. Kales menatap carrier yang ditegakan oleh Marsel dengan tatapan bingung. Itu benda apa sih?

"Kales mau masuk ke dalem sini??" Tanya Marsel. Mata Kales berbinar lalu menganguk. Marsel menggendong Kales dan memasukannya ke dalam carriernya.

Muat!

"Anjir pas banget lu, Les, masuk ke dalem tas. Mau ikut om naik gunung juga?" Tanya Marsel kepada Kales. Kales mengangguk dalam tas Marsel. Karna badan Kales yang kecil, Kales sangat muat di carrier Marsel. Bahkan bisa di tutup.

Di dalam carrier, Kales diam saja karna ruang geraknya yang sempit. Dengan wajahnya yang menggemaskan ditambah lagi emut-emut biskuit, Kales semakin lucu. Marsel jadi gemas sendiri.

"Kaless.. tidur yuk. Udah malem." Panggil Marez dari luar. "Kales mana, Sel?"

"Tuh." Tunjuk Marsel dengan dagu ke arah carriernya. Marez mengikuti arah dagu Marsel.

"Anak gue lo taro tas?" Marez masuk ke dalam kamar.

Marsel mengangguk tanpa dosa. Dia senyam-senyum. Marez membuka tas Marsel yang tidak diretsleting. Sama seperti om nya, Kales senyam-senyum dengan bibir blepotan bekas biskuit yang dia makan tadi.

"Ya ampun, Nak. Kamu mau aja sih di taro tas sama om Acel." Marez mengangkat  Kales keluar dari tas. "Nanti kalo kamu mati gimana??" Ini Marez geblek. Anak kecil diajak omong mati-matian. Mana ngerti.

"Kales tidur yuk.." usap Marez ke kepala Kales.

"Aku au idul cituu.." (baca: aku mau tidur situ) tunjuk Kales ke tempat tidur Marsel.

"Kales mau tidur di kamar om Acel? Iya? Boleh, yuk." Tanpa dosa Marez menidurkan Kales di tempat tidur Marsel.

"Eh.. apaan lo berdua. Les, tidur di kamar daddy lo aja ahh.. ini kamar gueee.." Marsel doang, ngajak ngomong anak kecil kayak ngajak ngomong anak gede.

Bukan nya takut, Kales justru guling-gulingan di atas kasur Marsel. "Yah, dia betah di kamar lo, Sel. Tuh liat. Udahlah kita tidur bertiga aja disini." Marez ikut berbaring di kasur Marsel dan mem-pukpuk-an Kales.

Marsel menatap keduanya malas. Akhirnya dia melanjutkan membereskan barang-barang nya untuk besok.

Setelah selesai, barulah Marsel merebahkan dirinya di sebelah Kales yang sudah tertidur pulas dengan Marez di sampingnya.

"Besok lo mau naik? Ke gunung apa?" Tanya Marez selagi menunggu balasan Sms dari Kayla.

"Kepo bener sih kamu..." balas Marsel dengan meniru gaya bicara Reza Rahardian di film My Stupid Boss.

Marez hanya menjedikan bibirnya. "Lo lagi berantem ya sama Ana?" Marsel menatap Marez. "Iya, kan?"

"Sok tau banget."

Marez menjedikan bibirnya lagi. "Keliatan kali. Muka lo soalnya menyedihkan banget akhir-akhir ini." Marez tertawa renyah. "Kenapa???"

"Not your bussnies." Marsel merebahkan dirinya ke samping lalu menarik selimutnya. Dia meninggalkan Marez tidur.

Marez menyeringai. "Cewek kayak Ana tuh harus di kejar, menurut gue. Karna dia punya cara yang beda dalam mencintai lo. Dan yang beda emang selalu bikin gregetan." Marez cikikikan sendiri mendengar pernyataannya. Dia jadi ingat Kayla yang membuatnya gregetan sendiri hingga saat ini.

"Tapi kalo menurut lo, dia emang gak pantes di kejar, yaa tinggalin. Relain dia pergi. Ikhlasin aja. Karna mungkin di luar sana ada yang lebih baik dari dia. Dan berbeda pula dalam hal mencintai. Itulah yang paling ribet dalam urusan cinta. Ketika harus mengganti yang lama dengan yang baru. Harus menemukan obat yang cocok untuk menyembuhkan luka lama." Marsel mendengarkan penuturan Marez.

Mengganti yang lama dengan yang baru? Sepertinya itu tidak akan pernah terjadi, karna Marsel akan terus bersama Ana bagaimanapun takdirnya. 

Marez menarik selimutnya. Marez mencium puncak kepala Kales, Kales menggeliat. "Good night my brother and my beloved son."

"Good night, Arez." Balas Marsel sedikit mengantuk. "Dan good night  buat kamu yang dari dulu sampai sekarang selalu aku sebut namanya dalam doa, Ana." Marsel tersenyum lalu mulai memejamkan matanya.

*

Tim PA sudah berkumpul di lokasi. setelah hampir lumayan banyak yang ngaret.

Mereka sedang mengisi perut sebelum sebentar lagi naik.

"Lima belas menit lagi kita ngumpul yaa.." teriak Marsel kepada teman-teman nya yang sedang makan.

"Yeeee.. sip bos." Balas yang lainnya kompak.

"Tunggu bentar lagi, Sel. Ada yang belum dateng." Kata Yoga berdiri disamping Marsel.

Marsel mengerutkan keningnya. "Siapa, kayaknya udah kumpul semua deh." Marsel menengok ke belakang.

Yoga tersenyum ketika melihat orang yang ditunggu sudah datang. "Tuh, dia udah dateng."  Marsel membalikkan badannya.

"Ana..." Ana tersenyum ke arah Marsel.

"Maaf kapten. Saya ikut mendadak.." Ana tersenyum usil.

Maaf macam apa itu?

Yoga menyeringai ketika wajah Marsel tiba-tiba terkejut melihat kedatangan Ana. Yoga merangkul Ana setelah mendekat. "Dia masuk tim gue..." lalu Yoga dan Ana berjalan melewati Marsel.

[#2] AKU KAMU DAN ALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang