Mencintaimu itu Berat

4.6K 293 54
                                    

Bab ini yang paling berat nulisnya.. karna harus menggambarkan isi hati gitu.. kalo kurang ngena maafin yaa ☺ semoga sukaa😀
----------------------

Beberapa hari berlalu...

Hari ini Ana sudah diperbolehkan pulang. Ana senang akan hal itu, karna dia sudah bosen dengan segala atribut rumah sakit yang membuatnya seperti di penjara.

Ana memakan sup kacang merah yang sengaja di buatkan oleh mamanya.
Mamanya datang dari luar dengan wajah membingungkan. "Mama kenapa?"

Mamanya mendekat. "Sup nya enak?" Tanya mamanya mengalihkan pembicaraan. Ana mengangguk. "Rasanya gak beda kan, walaupun kamu lagi sakit?" Ana tersenyum.

"Sup kacang merah buatan mama terbaik." Dia menyendok lagi sup nya. Mamanya tersenyum senang. "Mama kenapa, kok kayaknya bingung gitu?"

Dering telfon mamanya berbunyi. "Hallo.. iya pak?"

"..."

"Saya gak bisa ke kantor sekarang, saya udah janji untuk anter pulang anak saya dari rumah sakit."

"..."

"Emang gak bisa diganti sama yang lain? Saya kan udah minta cuti jauh-jauh hari..."

"..."

"Yaudah, mungkin nanti saya akan datang telat." Mamanya menutup telfonnya kasar.

Mamanya mendekat dengan pandangan sedih. "Mama mau ke kantor?" Ana bertanya lembut.

Mamanya mengelus kepala anaknya. Jadi sedih sendiri. "Padahal mama udah janji sama kamu untuk anter kamu pulang hari ini. Mama ngerasa jahat banget, kamu masuk rumah sakit, bukan mama yang anter. Kamu pulang rumah sakit juga, bukan mama yang anter. Apa mama berenti kerja aja kali,  ya?" Pikir mamanya.

Ana menggenggam tangan mamanya. "Mama itu mama Ana yang paling hebat. Ana beruntung punya mama yang bisa ngurus keluarga dengan baik sekaligus kerja keras diluar sana. Mama itu hebat. Mama itu panutan Ana, nanti kalo Ana udah punya keluarga, Ana mau jadi kayak mama. Ibu karir yang hebat." Mama nya tersenyum haru mendengar Ana berbicara seperti itu. "Mama gak perlu berenti kerja kalo alesannya cuma karna gak bisa jaga Ana. Dengan adanya mama yang selalu bisa dengerin curhatan nya Ana, Ana udah anggap itu sebagai tebusan dari segala waktu mama sama Ana yang hilang."

Mamanya menitikan air matanya yang langsung dia seka. "Makasih ya, sayang." Mamanya memeluk Ana sangat erat. "Kalo mama mau ke kantor, pergi aja, nanti Ana bisa pulang naik taksi sama Inem." Bisik Ana di telinga mamanya.

Mamanya melepaskan pelukannya. "Enggak. Jangan naik taksi. Mama telfon Marsel aja ya, biar dia jemput kamu?" No! Ana buru-buru menolaknya.

"Gak mau. Udah naik taksi aja. Aku gak mau di anter dia. Lagian dia kan kuliah, ma." Rengek Ana.

Tapi mamanya tetap mengeluarkan ponselnya dan mencari nomor Marsel. "Ah, lebay kamu, dia juga udah biasa bolos kuliah. Lagian, masa dia gak mau jemput pacarnya yang baru keluar rumah sakit. Mama tempeleng dia nanti." Mama dan Ana sama-sama perempuan berotak batu.

"Mama aku lagi berantem sama dia. Mama punya waktu gak buat dengerin curhatan aku sebentar??" Akhirnya Ana bercerita juga. Mamanya mendekat lagi karna melihat wajah Ana muram.

Dengan ragu Ana mengeluarkan ponselnya dan menunjukan foto Marsel dan Dina. Sebenarnya dia tidak ingin ada yang tau, tapi dia juga tidak sanggup untuk menyimpannya sendiri. Dia butuh masukan tentang foto itu.  "Menurut mama tentang foto ini gimana?"

Mamanya justru mengerutkan keningnya. "Kamu maunya mama berfikiran  apa tentang foto ini?" Jawab mamanya bercanda.

"Mama aku seriusss...." wajah Ana berubah muram. Dia jadi bete di tanggapi bercanda seperti itu. Mamanya menangkup pipi Ana. "Anak mama sekarang udah gede, udah bisa cemburu.." ujar mamanya gemas.

[#2] AKU KAMU DAN ALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang