BP-32

7K 902 42
                                    

--Repost--
------------------------

Ali berlari ke arah pintu mobil Prilly, guna untuk membukakan pintu gadis penggila Keju itu.

"Makasih," ujar nya singkat, tak lupa dengan senyuman.

Ali juga mengangguk dan membalas nya dengan senyum manis yang ia tunjuk kan khusus untuk Prilly.

Kedua nya berjalan menuju rumah megah di hadapan nya ini. Keadaan masih sama seperti tadi, hening dan tak ada yang berbicara.

"Assalamualaikum," salam Ali dan Prilly bebarengan saat mereka sama-sama melangkah kan kaki nya memasuki rumah Ali.

"Waalaikumssalam, udah pulang Li?" Pria berpakaian casual di hadapan nya itu menghampiri Ali sembari tersenyum.

Ali membelalakan mata nya, senyum pun merekah di bibir pemuda itu. Ali berlari lalu memeluk Pria bertubuh tegap di hadapan nya, pelukan ala-ala anak laki-laki.

"Nyampe sini jam berapa bang?" tanya ketika ia Ali melepas pelukan nya pada sang kakak.

"Jam 9.an tadi gue nyampe,"

"Kok lo gak ngabarin gue?" Ali meninju lengan sang kakak akrab.

"Mana sempet. Eh itu siapa Li?" Mata Linggar beralih menatap tubuh mungil Prilly di belakang Ali.

Prilly bingung harus bagaimana, akhir nya dia melangkah menghampiri Ali dan Linggar. Senyum ramah tersungging di bibir merah alami nya.

"Ini Prilly, Sahabat Hidup gue," Ujar Ali mengenal kan Prilly secara detail dengan Linggar.

Prilly tersenyum lalu melayang kan tangan nya untuk berjabatan dengan Linggar.

"Prilly kak," ucap nya Ramah pada Linggar.

Linggar membalas jabatan tangan Prilly, "Linggar," balas nya lalu melepas jabatan tangan nya dengan Prilly.

"Ohh ini cewek yang lo ceritain ke Medy itu?" Ceplos Linggar sambil melirik Ali jahil.

Haahh Ali sangat merindukan saat-saat dimana dirinya dan Linggar bisa bersenda gurau dan saling menggoda seperti ini. Karna pada dasar nya, Linggar dan Papa nya adalah workholic . Jadi, jarang sekali mereka berkumpul-kumpul atau sekedar menyesap teh bersama.

"Iya-iya semerdeka lo deh bang," pasrah Ali akhir nya, Prilly hanya terkikih kecil melihat kakak beradik di depan nya ini.

Iri? Pasti! Kenapa? Karna dia dan Dion jarang sekali seperti Ali dan kakak-kakak nya. Sekali nya berkumpul pun mungkin hanya 1 minggu 2-3 kali, ya masih mending lah dari pada tak bertemu sama sekali.

"Ajak masuk Li, di biarin berdiri di sini kayak patung," gurau Linggar pada kedua insan yang masih berseragak sekolah itu.

Ali mengangguk lalu menggandeng tangan Prilly, Prilly tersenyak kaget ketika tiba-tiba kulit tangan nya bersentuhan dengan tangan Ali. Ia membalas genggaman tangan Ali erat, Prilly ingin Ali tau bahwa dirinya mulai takut kehilangan pemuda itu.

Ali menoleh kearah Prilly dengan senyuman bahagia nya, bahagia karna Prilly membalas gandengan tangan nya tak kalah erat. Padahal, Ali tak tau jika Prilly tengah menyimpan banyak ketakutan di dalam hati nya.

"Nah ini Ali sama Prilly udah dateng," sambut Ira saat kedua nya sudah nampak di ruang keluarga.

"Papa," Ali berjalan menuju sang Papa lalu ia memeluk Pria paruh baya itu dengan rindu, rindu seorang pemuda kepada sang papa yang jarang sekali berada di rumah.

"Ali, si bungsu tampan kebanggaan Papa," Jafar membalas pelukan anak nya sembari menepuk-nepuk punggung Ali.

"Kenapa gak bilang kalo mau pulang? Kan Ali bisa jemput Pa," protes nya tak terima karna sang Papa tak mengabari jadwal kepulangan nya.

Beautiful PrinCheese (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang