BP-38

9.3K 1.1K 59
                                    

--Repost--
---------------------

Sedari tadi Prilly hanya memasang wajah datar sembari menoleh kan wajah nya ke arah samping kiri, karna di sebelah kanan nya ada kedua orang tua nya yang dulu selalu menganggap nya 'Mati'.

Irene dan Alex sudah kehabisan kata-kata, mereka tak tau lagi harus membujuk dan meminta maaf seperti apa lagi dengan Prilly. Mungkin ini adalah puncak kesabaran gadis itu, perlu di ingat lagi. Orang sabar juga bisa marah, dan kemarahan orang sabar lebih menakut kan dari pada kemarahan orang jahat.

"Prilly bilang, Prilly mau kita balik kayak dulu lagi? Sekarang Papa sama Mama bakalan wujud.in imipian Prilly," Ucap Ira yang masih tak gentar dan terus membujuk Prilly agar mau memaaf kan nya.

"Prilly minta apa sama Papa? Papa bakalan beliin semua apa yang Prilly mau," Tawar Alex pada anak nya, namun sayang, Prilly sama sekali tak tergiur.

"Coba kasih sayang bisa di beli, coba keharmonisan keluarga bisa di beli, coba belas kasihan bisa di beli, coba perhatian bisa di beli. Prilly bakal beli semua nya, Prilly bakal beli apa yang selama ini Prilly impikan dengan uang Prilly sendiri."

"Tapi, sayang nya semua itu gak bisa di beli pake uang. Dan lebih sayang nya lagi, kasih sayang itu gak bisa di nilai dengan harta beserta dunia dan isinya." Prilly menoleh ke arah mama dan papa nya, di lihat nya kedua orang tua yang sedari tadi mengemis-ngemis kata maaf dari nya.

Bukan maksud hati Prilly ingin balas dendam, namun dirinya hanya ingin berhenti sejanak untuk mengejar sesuatu yang terlalu jauh Dan sedikit mustahil untuk bisa ia dapat kan.
Prilly bukan tipe-tipe gadis yang suka membalas perbuatan orang, Tuhan juga tidak tidur, tak mungkin Tuhan yang maha adil tak memberikan balasan yang impas untuk orang yang telah membuat hati nya sakit.

"Papa sama mama mau minta maaf yang sebesar-besar nya Pril, kita berdua khilaf. Apa tidak ada kesempatan lagi buat kita berdua? Kita orang tua kamu." Alex meraih tangan Prilly untuk di genggam nya, namun sedetik kemudian gadis itu menarik tangan mungil nya.

Prilly mengambil Gelas yang ada di nakas, lalu Prilly menjatuh kan gelas kaca yang tak bersalah itu di lantai. Jelas saja gelas itu pecah berkeping-keping.

Irene tersentak kaget, begitu pun dengan Alex. Mereka berdua bingung, apa yang akan di lakukan oleh Prilly, kenapa gadis itu memecah kan gelas yang sedari tadi diam dan menjadi saksi percakapan mereka.

"Maaf," Ucap Prilly sembari menunduk kan kepala nya untuk berkata pada gelas yang ia pecahkan tadi.

Lalu setelah nya ia kembali memandang Irene dan Alex yang masih bingung.

"Prilly udah minta maaf sama gelas itu, sekarang apa gelas itu bisa utuh dan kembali seperti semula? Apa gelas itu ada kesempatan kedua buat jadi gelas yang lebih baik lagi?" Tanya nya pada kedua orang di hadapan nya ini.

Irene dan Alex menunduk, pikir nya sudah tak ada kesempatan kedua lagi bagi mereka. Namun, Prilly tak sejahat itu.

Gadis yang kerap di juluki Princheese itu menggenggam tangan kedua orang tua nya. Irene dan Alex pun mendongak kan wajah nya menatap mata Prilly yang kini sudah berkaca-kaca.

"Please, Prilly butuh waktu sendiri. Prilly pengen mikirin mateng-mateng dan nyembuhin kecewa sama rasa sakit Prilly, Prilly pasti maafin kalian. Dan sekarang pun udah maafin mama sama papa, tapi Prilly butuh waktu untuk bisa kembali seperti semula." Prilly kembali melepas kan tangan nya, lalu sebelah tangan nya terulur untuk menghapus air mata yang sudah terjun bebas.

"Semua orang bisa berubah, tergantung bagaimana cara kita memperlakukan orang itu," Tutur Prilly bijak pada orang tua nya.

Prilly sudah pernah bilang bukan, jika dirinya hanya berhenti sejenak untuk mengejar sesuatu yang jauh letak nya. Dirinya juga butuh bernafas, duduk, dan istirahat. Ia butuh tenaga yang kuat untuk bisa meraih apa yang selama ini dia ingin kan.

Beautiful PrinCheese (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang