BP-45

5.6K 752 73
                                    

--Repost--
--------------------

“Iya gak papa kok, eh bentar ada telfon.” Ali mengeluarkan handphone nya dari saku, kemudian ia melihat Username  yang tertera di sana.

Dan yang mengejutkan adalah, nama Hellen terpampang jelas. Prilly bertanya-tanya, apakah Ali masih berhubungan dengan Hellen? Kenapa Hellen masih menghubungi Ali?

“Pril ini gak seperti yang kamu kira kok, aku gak tau Hellen dapet nomer aku dari mana, aku gak macem-macem beneran.” Ali meraih tangan Prilly, ia mencoba memberi gadis itu penjelasan agar tak salah paham.

Prilly tersenyum, lalu ia melepaskan tangan Ali dari tangan nya.

“Terserah kamu mau berhubungan sama siapa aja, toh aku ini cuman sahabat kamu. tugas aku sebagai sahabat kamu cuman mau dukung kamu, aku gak berhak ngelarang-ngelarang kamu. aku juga tau batesan kok,” tutur Prilly lembut, sakit memang sebenar nya. Tapi mau bagaimana lagi?

Setelah itu, Prilly berjalan menuju kelas nya. Sudahlah, ia tak mau merusak kebahagiaan nya hari ini dengan sakit hati. Anggap saja tadi hanyalah masalah kecil yang Prilly abaikan.

“Kenapa lo Li?” tepukan pundak dari arah belakang membuat pemuda itu terkejut dan langsung menoleh.

“Gue kira siapa Mo,” ya, Sumo lah yang menepuk pundak Pria itu.

“Gue tadi gak sengaja di telfon sama Hellen pas lagi sama Prilly, semalem kita chat-chat.an, tapi beneran gue niat ngusir Hellen, gue gak aneh-aneh. Mungkin Prilly keburu salah paham sama gue,” ucap nya lesu pada Sumo.

Gadis berjilbab itu pun menepuk-nepuk pundak Ali, “Ntar gue coba ngomong sama Prilly.” Ucapnya.

Ali mengangguk, kemudian ia berjalan beriringan dengan Sumo.

“Pril sini deh,” panggil Sumo pada Prilly.

“Iya Mo, ada apa?”

“Tadi gue ketemu Ali di depan,” muka Prilly yang semula cerah kini menjadi muram, ketika Sumo menyebut nama Ali.

“Emmm… aku ada tugas Mo, bicaranya nanti aja ya? Maaf.” Setelah itu Prilly berlalu pergi darai hadapan sahabat nya.

Sumo hanya menggelengkan kepalanya, mungkin Prilly lagi sensitif kali ini. Mengingat gadis itu tengah kejatuhan Bulan, Bintang, Matahari, Planet dan sejenis nya.

“Prilly kenapa?” tanya Bani yang tiba-tiba sudah ada di samping Sumo.

Gadis itu melirik sebentar ke arah Bani, “Tauu..” Sumo menghendikkan bahunya.

“Jahat lo sama gue, sok-sokan maen rahasia.” Cibir Bani.

“Lo yaa… ishh… kok masih bisa bernafas sih lo? Nafas nya pake hidung lagi! Anjir gue benci sama sesuatu yang bernafas pake hidung, minggir-minggir.” Sumo menyenggol lengan Bani, kemudian gadis itu duduk di tempat nya.

“Benci sesuatu yang bernafas pake hidung? Emang dia kalo nafas pake apa? Pake insang?” ucap Bani pelan sembari meneliti kata-kata Sumo tadi.

***
Prilly termenung di balkon kamar nya, makan malam kali ini sama sekali tak membuat perut nya merasa kenyang. Ia masih memikir kan masalah tadi pagi, dimana Ali di telfon oleh Hellen sepupunya. Arghh... Kenapa makhluk itu belum punah dari peradaban?

"Pril, ada Ali di bawah," Suara yang sangat Prilly hapal kini tengah memanggil nya di balik pintu.

Prilly mengusap air matanya, "Bilang aja Prilly tidur kak, Prilly capek," alibinya.

Beautiful PrinCheese (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang