Hari pertama sekolah yang bisa dibilang lumayan menyenangkan. Walaupun menyandang gelar anak baru, Wulan tidak merasakan adanya perlakuan mengintimidasi yang ditujukan kepada Wulan.
Kini ia sedang berjalan menyusuri koridor hendak menuju parkiran tempatnya meletakkan sepeda. Apabila sekolah memperbolehkan muridnya mengendarai motor, pasti Wulan akan membawa motor Vespa kebanggaannya yang ia beri nama Hayley. Meski bukan motor gede seperti milik pria gaul, Hayley telah mengarungi berbagai macam cobaan.
Misalnya: Hayley sempat menabrak pedagang sayur dan mendapat protes dari para tetangga, hampir ditilang polisi, sampai terakhir yang paling miris adalah pernah nyaris dicuri oleh maling! Untung saja papa Wulan langsung mengambil tindakan dengan menggebuk maling itu menggunakan kursi teras. Bayangkan seberapa menderitanya Wulan bila Hayley benar-benar diambil dari tangannya.
Di balik figurnya yang polos dan sering gugup, rupanya terdapat jiwa berandal di dalam diri Wulan. Ia pernah satu kali menjadi ketua sebuah geng anak nakal saat SD dulu. Hanya satu kali, setelah itu langsung dijauhi karena menurut para anggota geng, Wulan terlalu kejam untuk ukuran anak SD.
Selama mendapat gelar itu, ia senang merampas mainan anak lain—entah itu anak seangkatan ataupun adik kelas, semena-mena terhadap teman perempuan sebayanya, bahkan ia sempat mengadakan pertandingan balap liar.
Sungguh, perilakunya dulu terlalu seram untuk dicetak menjadi buku biografi.
Nah, ketika naik ke jenjang SMP, papa Wulan mengirimkan anaknya ke sekolah homogen, yakni SMP Citra. Di sana, Wulan menekuni berbagai pekerjaan yang biasa dilakukan oleh anak perempuan sebayanya sehingga mendistraksi sisi berandal di dalam jiwa perempuan berambut cokelat gelap itu.
Beberapa meter lagi kaki Wulan akan memasuki area parkir. Namun, ia memilih berhenti ketika mendengar suara bisik-bisik di sekitarnya. Wulan menengok ke kiri kanan, menemukan tidak ada seorangpun di sekitarnya hingga mata bulat itu terkunci pada satu pintu ruangan bertuliskan "Dilarang Masuk".
Wulan mempunyai firasat bahwa suara bising tersebut berasal dari dalam ruangan berpintu usang itu. Dengan perasaan waswas, Wulan memegang kenop pintu, memutarnya beberapa kali, tapi tidak kunjung terbuka.
Sial! Pintunya kekunci! Wulan berdecak kesal.
"Wul?" Seseorang menyerukan namanya dari arah berlawanan.
Wulan menoleh, menemukan sesosok Ari berjalan cepat mendekatinya. Secepat mungkin gadis itu menormalkan ekspresi wajahnya. Ia kemudian melepaskan genggamannya pada kenop lalu memasukkan kedua tangan ke dalam saku rok.
"Iya?" ucap Wulan dibuat setenang mungkin.
"Kamu nggak pulang?" tanya Ari saat mereka sudah bersebelahan.
Wulan harus tahu asal bisikan tersebut, tapi dia juga harus menunggu waktu yang tepat. Mungkin lain hari, di tempat yang sama.
"Ini, mau pulang," jawab Wulan kikuk.
"Naik apa?" tanya Ari, barangkali Wulan ingin diantar pulang.
"Naik elang," jawab Wulan asal lalu segera melangkah ke area parkir, dan menghampiri sepedanya.
Ketika Wulan sudah mengayuh fixie-nya menuju pintu keluar parkiran, seseorang menghadang, membuatnya harus menghentikan sepeda tanpa rem itu dengan kakinya sendiri. Wulan menjadi dongkol saat melihat Ari duduk di sadel road bike-nya sambil memasang senyum aneh.
Mata Wulan seperti meminta penjelasan kepada Ari mengenai semua ini. Alih-alih memberi jawaban, Ari memasang cengiran lebar seraya mendekatkan sepedanya kepada sepeda Wulan. "Wul, ini, kan, hari pertama kamu di sini, gimana kalo kita kenalan dulu sama lingkungan barumu?" ajak Ari.
Wulan membuang waktu sejenak untuk berpikir di atas sepedanya. "Boleh."
Ari terlihat sangat bahagia mendengar jawaban Wulan. Rasanya seperti diterima sebagai pacar oleh orang yang disukai. Ada manis-manisnya, gitu. Mereka pun mengayuh sepeda masing-masing sehingga kini malah tampak bagaikan sepasang ABG di film roman remaja. Saking romantisnya, murid Frank Angel yang berlalu-lalang pun menjadikan dua anak manusia itu sebagai pusat perhatian.
Namun, di lubuk hati yang paling dalam, Wulan merasa sangat malu memiliki Ari di sampingnya. Mengapa ada orang seperti ini di dalam kehidupan barunya? Wulan tidak ingin terlalu percaya diri, tapi gadis itu dapat merasakan bahwa Ari menyukai Wulan hanya dengan mengamati tingkah lakunya.
Dua sepeda beserta pemiliknya itu berhenti di depan sebuah warung depan sekolah, tempat Wulan ketika bolos dua hari kemarin. Untungnya saat itu, Wulan membawa baju ganti, jadi tidak repot jika ada razia. Mereka berdua duduk di bangku panjang yang telah tersedia di dalam warung. Selagi menunggu Ari memesan gorengan, perempuan itu melihat sekitar sekolahnya.
SMP Frank Angel terletak di daerah perumahan yang minim anak kecil. Pantas saja suasananya sepi. Kalaupun ramai, itu semua dari suara anak fixie yang sedang adu freestyle di tengah lapangan hijau. Wulan ingin sekali bergabung, tapi ia tidak kenal dengan orang-orang di sana.
Tak lama setelah kegiatan memperhatikan anak sepeda itu, Wulan melihat dua sosok yang tak asing bagi matanya, yaitu Beni dan James. Mereka berdua sedang tertawa saat berjalan.
"Beni! James!" seru gadis itu, mengagetkan seluruh manusia yang sedang adu freestyle.
Tidak butuh waktu lama, Beni sudah mengisyaratkan James untuk menghampiri Wulan. "Eh, Wulan, ngapain di sini? Ngerokok?" tebak James saat berada di dalam warung.
Wulan terkekeh. "Nggak. Aku ke sini diajak Ari. Kalian nggak mau ngopi dulu?" tanya Wulan.
"Wah, Ari langkahnya cepet banget. Belum sehari kenal aja udah digebet," celetuk James, kontan mendapat jitakan dari Beni.
Ari pun keluar dari dapur warung, tangannya membawa dua gelas kecil kopi hitam. Satu kopi hitam ia taruh di hadapan Wulan, satunya lagi ia tiup untuk dirinya sendiri.
"Ngapain ngomongin aku? Minta direbus?" tanya Ari, sambil meniup kopi panasnya.
James dan Beni membalasnya dengan cengiran, mengambil tempat di hadapan Wulan dan Ari lalu memesan kopi hitam kepada Pak Mit, sang empunya warung.
"Eh, aku mau nanya sama kalian," kata Wulan, memecah keheningan selama beberapa menit karena tidak ada yang memulai pembicaraan.
James, Beni, dan Ari langsung merespons cepat ucapan Wulan barusan dengan kata, "Apa?"
"Kalian tahu pintu ruangan yang ada di parkiran itu, gak? Yang tulisannya 'dilarang masuk' itu, loh," kata Wulan.
Mereka bertiga saling pandang satu sama lain. Hanya ada satu ruangan di dekat parkiran, yaitu ruangan yang ditanyakan Wulan beberapa detik yang lalu.
"Itu gudang Wul," jawab Ari sangat singkat, tapi sangat jelas ke intinya.
"Kenapa tulisannya 'dilarang masuk'?" tanya Wulan semakin penasaran.
"Mungkin ada pangeran ganteng mengurung diri di sana karena kadar kegantengannya tidak melebihi diriku ini," ucap James membusungkan dada sehingga ia mendapatkan ketukan dua sendok di kepalanya, dari Ari dan Beni.
Gadis pendek itu mencerna setiap kata yang diucapkan James. Ada pangeran yang mengurung diri di sana. Pangeran yang dimaksud bukan pangeran dalam artian yang sesungguhnya. Wulan semakin yakin bahwa ruangan tersebut menyimpan sesuatu yang dapat membuat seluruh warga SMP Frank Angel gempar. Ia hanya perlu membuka pintu itu dan semua akan beres.
Namun, yang menjadi penghalang adalah pintu tersebut dikunci!
×××

KAMU SEDANG MEMBACA
Gudang Sekolah
Adventure[ COMPLETED ] "Oke, hai! Selamat datang di gudang sekolah! Tegang banget, kalian jangan takut. Panggil aku Suara Langit. Karena kalo suara perut, itu namanya kelaperan." "What!?" seru keempat bocah itu. ××× Wulan, Beni, Ari, dan James memang anak Pr...