"Gila! Di mimpiku kemarin, aku malah nembak Beni!" pekik Wulan sembari menggebrak meja.
Alis James bertaut. "Nembak? Terus Beni mati gitu?"
Wulan pun mengetuk dahi James menggunakan sendok. "Maksudnya aku bilang ke Beni kalau aku suka sama dia. Bego banget, sih!"
Kopi yang tadi Beni seruput langsung tersembur keluar saat mendengar pernyataan ngawur itu. "Yang bener?" tanyanya seraya mengusap sudut bibir.
"Iya, Ben. Beneran!"
Di Minggu pagi yang cerah ini, keempat anak itu memutuskan untuk berkumpul di warung tenda depan sekolah, hendak membicarakan peristiwa kemarin malam. Awalnya, keempat anak itu ingin bertemu di salah satu rumah mereka, tapi karena Wulan masih belum paham jalanan, akhirnya sepakatlah bahwa mereka akan berbincang di warung Pak Mit.
Sepulangnya dari gudang tersebut, bocah-bocah itu secara kompak tidak bisa tidur. Mereka terus-terusan memikirkan hal apa saja yang terjadi selama berada di ruangan tak berjendela itu, terutama tentang mimpi, seperti yang Wulan ceritakan tadi.
Ia tiba-tiba berada dipinggir kolam bersama Beni di sampingnya. Entah dapat kekuatan dari mana, tapi Wulan malah mengatakan bahwa ia menyukai Beni. Anehnya pula, Beni memiliki rambut pirang dan itu—mau tidak mau—membuat jantung Wulan berdebar hebat.
"Aku malah ketemu kembaranmu, Lan," kata James semangat, "tapi dia lebih cantik, kalem, dan nggak serampangan kayak kamu. Sayangnya, dia malah nikah sama orang lain." James kemudian menyeka kelopak matanya secara dramatis.
Beni terkekeh singkat mendengar perkataan James. "Aku juga ketemu Demi Lovato, tapi anehnya dia ngomong pakai logat Jawa yang medok banget! Kan, ilfeel sendiri jadinya." Ia kemudian menyesap kopi hitamnya.
"Demi? Demi dewa?" Ari tiba-tiba muncul membawa sepiring mi goreng spesial lengkap dengan telur.
Beni terdiam sejenak. Ia merasa seperti pernah mendapat respon tersebut dari orang yang sama, tapi tepatnya kapan, ia pun tak tahu. Pikiran rumit itu lekas tersingkirkan ketika Pak Mit datang, membawa sebuah nampan besar berisi tiga piring mi goreng.
"Loh, Pak, kok, mi punya kita nggak ada telurnya? Nggak kayak yang dibawa Ari," tukas James lalu menatap piring mi kepunyaan Ari.
Pak Mit malah tertawa. "Mas Ari bilang, mi itu khusus buat Mbak Wulan. Kalian makan mi yang biasa aja."
James dan Beni pun mendengus sebal. Giliran Wulan saja, Ari bersikap manis. Coba kalau Wulan tidak masuk di SMP Frank Angel, pasti Ari ... tidak akan kenapa-kenapa, sih.
Ari kemudian duduk di samping Wulan, menyerahkan mi spesial itu diiringi senyum merekah. Melihat gadis kecil itu menerimanya, membuat Ari teringat akan mimpinya semalam. Pada saat itu, mereka berdua berada di atas gua besar sambil memandang hutan hijau. Meski hanya sebuah mimpi, ia merasa seperti tidak ingin melepaskan Wulan saat itu.
Memori yang sangat indah. Ari berjanji untuk tidak pernah melupakan hal tersebut.
"Lan, telurmu anak pantai, ya? Kulitnya eksotis banget, Lan!" celetuk James lalu melahap mi gorengnya.
Wulan pun mengalihkan penglihatannya ke arah piring, lantas cengengesan melihat pemandangan telur ceplok yang bagian tepinya lebih gelap dibanding bagian lainnya. "Iya, Mes. Telur aja nongkrongnya di pantai, masa kamu cuma nongkrong di pinggir kali?"
James mengerling sesaat kemudian tertawa keras, mengejek Ari yang tengah menundukkan kepalanya kecewa. Cowok itu sudah susah payah menggoreng telur. Butuh usaha yang keras agar telur tersebut dapat matang secara merata. Namun, karena Ari terlalu antusias, ia tidak memperhitungkan seberapa lama sang telur akan diam di atas penggorengan.
Ia semakin berkecil hati saat Wulan menjadikan hasil karyanya sebagai candaan, padahal Ari membuatnya dengan sepenuh hati.
Peka terhadap perasaan Ari, Wulan pun tersenyum simpul. "Ya ampun, Ri, gitu aja nangis," tukasnya. "Nih, lihat, aku bakal makan telur ini sampai habis. Lihat, dong!" Wulan menyendokkan satu telur utuh ke dalam mulutnya.
Selagi Wulan mengunyah, ada sesuatu yang membuat air mukanya berubah masam. "Ari, kamu nggak ngebet kawin, kan?" tanyanya sambil tetap mengunya.
Mata Ari melebar seketika saat sadar bahwa telur itu kebanyakan garam. "Nggak, kok, Wulan." Ari mengeluarkan senyuman kikuknya.
× TAMAT ×

KAMU SEDANG MEMBACA
Gudang Sekolah
Adventure[ COMPLETED ] "Oke, hai! Selamat datang di gudang sekolah! Tegang banget, kalian jangan takut. Panggil aku Suara Langit. Karena kalo suara perut, itu namanya kelaperan." "What!?" seru keempat bocah itu. ××× Wulan, Beni, Ari, dan James memang anak Pr...