"Agon, kamu mem—bawa orang tidak punya rambut. Abel, kamu harus bawa Putri Bulan ke hadapan Raja!" perintah si keriting.
Agon—pria berambut gondrong—segera melaksanakan tugasnya, yakni menodongkan bambunya ke arah punggung Beni supaya berjalan maju, sementara Abel—pria berbibir tebal layaknya disengat lebah—berlutut di depan Wulan lalu memanggulnya secara mendadak.
"Ating, Anda berja—lan di depan!" pinta Abel yang langsung dituruti oleh Ating, pria berambut keriting.
Mereka bertiga pergi tanpa mendapat perlawanan apapun dari James, Ari, dan Bulan. Lantas, pada saat tubuh mereka menghilang dari pandangan, James tiba-tiba menjerit, menyebabkan Ari serta Bulan terlompat kaget.
"Ngapain teriak, sih, Mes?" protes Ari.
James memukul keras bahu Ari. "Kenapa kita diem aja pas orang-orang item itu bawa Beni sama Wulan?"
Laki-laki itu termangu selama beberapa saat, memikirkan apa yang sebenarnya terjadi sekitar lima menit lalu. "Iya, kenapa, ya? Itu berarti Wulan dan Beni nggak sama kita, dong?"
Sekian detik kemudian Ari langsung sadar tentang apa yang baru saja ia ucapkan. Wulan dan Beni tidak bersama mereka lagi. Seharusnya Ari panik, bukan menanggapi hal itu dengan santai. Seharusnya pula James tidak berteriak, tapi mengejar orang-orang asing itu.
"Sejujurnya, suku Huha di sini mencari aku, tapi teman kalian menjadi korban." Bulan di sebelah James menunduk lesu.
Kedua lelaki itu menoleh cepat ke arah Bulan, teringat akan perkataan Ating yang menyuruh Abel membawa Putri Bulan ke hadapan Raja. Yang sepatutnya diserahkan kepada Raja adalah Putri Bulan—perempuan berkaus band—bukan malah Wulan. Wajah-wajah yang sempat menegang kini mengendur secara bersamaan, berubah menjadi muka sedih. James dan Ari berpelukan, berusaha menenangkan satu sama lain atas hilangnya Beni juga Wulan dari petualangan mereka.
Selagi melihat para lelaki menangis dalam dekapan, Bulan pun menjelaskan bahwa suku Huha—manusia aneh yang membawa teman-temannya—adalah prajurit kebanggaan Kerajaan Huha, tempat asal Bulan. Tiga prajurit tersebut pasti telah salah mengira. Mereka pikir perempuan bergaun putih itu adalah Putri Kerajaan Huha dan anak tidak punya rambut itu merupakan penjahat yang ingin mencelakai sang Putri.
"Terus, kenapa kamu diem aja, sayang? Gimana nasib Wulan sama Beni sekarang? Pasti mereka udah dicincang, dijadiin lauk prajurit." James kemudian mengusap air matanya.
"Wulan akan baik-baik saja, tapi teman kalian yang lain mungkin akan dihukum penggal karena telah mencelakai sang Putri."
Mendengar pernyataan tersebut, isak tangis Ari semakin mengeras. Ia tidak ingin kehilangan satu-satunya orang penuh akal itu. Siapa nanti yang akan memberinya jawaban pada musim ulangan? Siapa pula yang akan mengajarinya berbahasa Inggris untuk merayu gadis? Bagi Ari, Beni adalah harta.
Jika satu harta dari sebuah situs berharga hilang, maka harta yang lain tidak akan bisa menggantikannya.
James pun berpikiran sama. Apa jadinya hidup tanpa si botak? Tidak akan ada kebajikan, kecerdasan, kebijaksanaan, dan ... jawaban ulangan.
Manfaat Beni bagi kedua bocah itu adalah pemberi jawaban, baik saat ulangan maupun pekerjaan rumah. Jadi, jangan heran bila mereka kelimpungan ketika Benk tiada.
Di tempat lain yang jauh dari keberadaan tiga manusia hilang arah itu, Wulan sedang berhadapan dengan seorang pria bertubuh pendek dan gemuk. Yang Wulan ketahui dari Abel, pria itu bernama Raja Sua, ayah Bulan. Setelah tubuhnya terlalu lama dipanggul oleh satu prajurit tadi, ia kemudian mendarat di sebuah ruangan luas, berwarna emas dengan berbagai hiasan dinding yang tampak elegan dan mewah.
Pria itu spontan memeluk Wulan. "Apa kamu baik-baik saja, Anakku?" tanyanya.
"I—ya, aku baik-baik saja, Ayah."
Ada sedikit rasa kaku ketika Wulan mengatakan "ayah" kepada pria yang sebenarnya salah memeluk orang.
Ayah Bulan kemudian melepaskan dekapannya, memandang wajah "anaknya" dengan perasaan lega. "Kamu pasti lapar. Biarkan Huha Delapan memberimu makanan," katanya, "Huha Delapan! Cepat kemari!" teriaknya semakin membuat dahi Wulan berkerut.
Wulan memang lapar, tapi siapa itu Huha Delapan? Apakah nama seseorang? Mengapa namanya Huha Delapan? Apakah orang tuanya kekurangan kata bagus sehingga menamai anaknya seperti itu?
Adapun seorang wanita berkebaya putih ala Kartini menghampiri Raja dengan wajah tertunduk. "Apakah ada yang bisa saya bantu, Baginda Raja?"
"Huha Delapan, tolong berikan makanan kepada Putri Bulan. Dia pasti sudah lapar karena baru berhadapan dengan penjahat."
Huha Delapan mengangguk. "Baik, Baginda Raja." Ia lalu menatap Wulan dan berkata, "Mari, ikut saya, Putri."
Mereka pun berjalan meninggalkan Raja Sua, dipimpin oleh Huha Delapan yang membuat rasa kebingungan Wulan kian mendalam. Mengapa malah dirinya yang dibawa ke sini? Harusnya, kan, Bulan. Lagi pula Wulan tidak memiliki wajah-wajah anak istana, tapi malah tampak seperti bocah tersesat.
Ia kemudian memperhatikan keramik mengilap di bawahnya, bahkan saking berkilaunya, Wulan dapat melihat pantulannya sendiri. Selama berjalan dan mencermati cerminan dirinya, Wulan tersadar bahwa penampilannya serupa dengan Bulan pada saat pertemuan awal.
Dia mulai mengerti mengapa Abel membawanya kemari, mengapa Raja Sua menganggapnya sebagai anak, dan ... mengapa Huha Delapan sangat sopan kepadanya.
Ternyata mereka mengira bahwa Wulan adalah Bulan, Putri dari Raja Sua.
Mereka berdua akhirnya berbelok ke sebuah lorong, berhenti di depan ruangan—yang lagi-lagi—besar dan didominasi warna emas. Meja lesehan dari kayu jati yang memanjang dengan pahatan bunga di tiap tepinya, di atasnya terdapat banyak sekali menu makanan menggiurkan; beberapa bantal duduk di karpet, disusun rapi mengitari meja. Wulan membulatkan bibirnya takjub. Awalnya ia mengira bahwa hanya rumah makan saja yang memiliki konsep begini, ternyata zaman kerajaan pun sama.
Sewaktu duduk, Wulan tidak sabar menunggu untuk menyantap semua makanan di hadapannya. Seporsi lengkap pecel berikut rempeyek, senampan ikan asin kesukaan Wulan, satu wadah besar berisi bubur sagu yang wanginya menggoda nafsu makannya. Ada pula es dawet, wajik, agar-agar, dan makanan penutup lain yang semakin membuat Wulan tergugah untuk segera melahapnya.
"Hupan, ini boleh aku makan semua?" tanya Wulan antusias.
Huha Delapan mengerutkan kening. "Apa itu Hupan, Putri?"
Gadis belia itu memutar bola matanya. "Itu Huha Delapan. Kalau aku sebutin semuanya pasti bakalan ribet."
"Putri Bulan, apa itu ribet?"
Lagi, Wulan mengerling sebal. "Ribet itu ... susah. Iya, ribet itu susah," jawabnya. "Jadi, apa aku boleh makan?"
"Tentu saja. Makanan ini memang telah disiapkan untuk Putri Bulan."
×××
Jadi, Kerajaan Huha itu kerajaan yang selalu menggunakan bahasa baku, kaku, dan lugu, baik itu keluarga kerajaan ataupun rakyat biasa
Nah, kalau prajurit Huha sendiri baru belajar ngomong, jadi keseringan nyandet
Semoga kalian ngerti
KAMU SEDANG MEMBACA
Gudang Sekolah
Adventure[ COMPLETED ] "Oke, hai! Selamat datang di gudang sekolah! Tegang banget, kalian jangan takut. Panggil aku Suara Langit. Karena kalo suara perut, itu namanya kelaperan." "What!?" seru keempat bocah itu. ××× Wulan, Beni, Ari, dan James memang anak Pr...