Tiga orang yang telah memanggil Wulan itu mengangguk sembari merentang kedua tangan mereka, berharap gadis itu akan menumpahkan rasa kangennya kepada salah satu di antara mereka. Namun, alih-alih Wulan memeluk Beni, Ari, atau James, dia justru berlari ke arah Bulan dan langsung mendekapnya erat.
"Padahal, kan, Abang udah di sini, tapi Eneng malah peluk dia," racau Ari.
Mendengar itu, Wulan melepas tubuhnya kemudian memandang teman-temannya. Senyumnya mengembang saat mendapati tubuh tinggi Beni di antara James dan Ari. Rasanya beban di dada Wulan musnah, digantikan oleh kelegaan karena telah melihat Beni kembali.
"Ben, gimana kamu bisa lepas?" tanya Wulan takjub.
Beni pun tersenyum, bertukar pandang sekilas dengan Ari dan James. "Gara-gara mereka," jawabnya.
Mereka berenam kemudian duduk di tengah padang, menikmati matahari tenggelam sambil berbincang santai, bersama Iha yang tampak bermanja kepada Bulan. Wulan mendengus sebal. Pikirannya mengatakan bahwa kuda hitam itu sangat genit. Tadi dia diperlakukan kasar, tapi saat Bulan datang—meski dengan pakaian yang berbeda—Iha malah berubah baik.
Pangeran Gordon juga membicarakan tentang pernikahannya dengan Putri Bulan yang akan berlangsung beberapa hari lagi, menyebabkan hati gembira di dalam diri James jadi patah. Padahal ia sudah mengira bahwa Bulan memang jodoh yang dikirim Tuhan untuknya, tapi akhirnya malah begini.
Ari pun hanya bisa mengelus James seraya berkata, "Sabar, Mes. Ini ujian."
"Bulan, kamu jahat!" tukasnya yang malah disambut tawa dari kelima orang lain.
Di luar percakapan mereka yang tidak jelas alurnya, Wulan merasa tidak perlu ke mana-mana lagi, terutama mencari alamas. Ia senang berada di sini, mendapat perlakuan lebih dari Raja Sua, Huha Delapan, dan Pangeran Gordon. Memang, sih, orang tuanya di dunia nyata lebih mengasihinya, tapi jarang-jarang ia menerima hal khusus layaknya seorang tuan putri. Meskipun kelakuan Wulan agak norak, konyol, dan tidak perempuan, ia ingin sekali seperti tokoh khayalan di negeri dongeng.
Terkesan nyata serta memabukkan.
Wulan menghela napas panjang, menepis seleruh kehendak gilanya itu. Tidak mungkin ia bisa berlama-lama di sini. Lambat laun dia akan tahu bahwa ada sebuah rumah di luar sana yang selalu sabar menunggunya untuk kembali.
Dunia yang dipijaknya hanyalah sebuah imsjinasi, tidak nyata, serta memabukkan. Sama seperti dongeng-dongeng putri dan kerajaan.
Ia kemudian mengalihkan pikiran rumitnya, memandang wajah Bulan dari atas hingga bawah. Gadis itu lebih anggun meski tampilannya kini tampak bagai anak jalanan. Penglihatannya merambat ke atas, wajah Bulan terekspos bebas dengan anting berbentuk bulan sabit berwarna hijau gadung yang menggantung di daun telinga kanannya.
"Oh, iya, Bulan," katanya mengheningkan semua orang, "kenapa kamu cuma pakai satu anting?"
Bulan mengernyit. "Apa itu anting?"
Wulan jadi berpikir lagi. Tadi Pangeran Gordon mengatakan sesuatu yang maknanya serupa dengan anting, tapi ia melupakannya. "Aduh, apa, ya? Yang bentuknya kayak sabit itu, Lan," tunjuknya ke arah telinga kanan Bulan.
"Oh," katanya sembari menyentuh sejenak benda di kupingnya, "ini adalah subang. Ayah memberi subang ini untuk melindungiku dari Ratu Beri."
Wulan mengerling malas. Ratu Beri lagi, Ratu Beri lagi. Memangnya siapa, sih, Ratu Beri itu? Huha Delapan tadi membahas sang Ratu asing itu, sekarang malah Bulan yang melanjutkan.
"Bulan, Ratu Beri itu siapa?" tanya James mencoba menarik perhatian.
Pangeran Gordon berdeham lalu tersenyum canggung ke arah James. "Ratu Beri adalah musuh Kerajaan Huha. Dia telah mengincar Putri sejak Putri lahir," jelasnya, "Ratu Keda, ibu Putri, telah tiada karena serangan panah beracun dari Ratu Beri sesaat setelah sang Ratu melahirkan Putri Bulan."
Empat sekawan itu mengelus dada secara bersamaan. Rupanya, relief yang sempat Wulan lihat sebelum mengunjungi pintu besi tersebut adalah kisah Ratu Keda. Sungguh, Wulan ingin meminta maaf kepada mendiang sang Ratu karena pernah mengatakan bahwa pahatan timbul itu sangat tidak jelas. Wulan benar-benar tidak tahu saat itu.
Namun, ketika sekarang mengetahuinya, Wulan seketika terenyuh melihat ketangguhan Bulan dalam menghadapi hidup tanpa ibu sedari ia kecil. Betul kata Pangeran Gordon, Putri Bulan di hadapannya merupakan salah satu orang paling mengagumkan di dunia.
"Bulan, maafin aku, ya. Waktu pertama kita ketemu, aku malah ngatain kamu 'kunti'." James kemudian mengulurkan tangannya kepada Bulan.
Bulan hendak menyambut tangan itu, tapi disambar lebih dulu oleh Pangeran Gordon sehingga kini tangan kanan kedua lelaki itu saling bertaut. James mencibir di dalam hati. Niat hati ingin berlama-lama dengan Bulan telah sirna digantikan oleh tapak tangan dingin milik Pangeran.
Rasanya sangat berat menerima kenyataan bahwa orang yang ia sukai malah akan melangsungkan pernikahan dengan orang lain.
James pikir Tuhan sangat tidak adil karena membawanya ke tempat ini, bertemu wanita cantik, tapi langsung patah hati di saat yang bersamaan.
Tangan mereka kemudian terlepas, Ari yang melihat sohibnya sedang rapuh pun lekas merangkulnya dari samping sambil berbisik, "Sabar, Mes. Cewek cantik masih banyak. Ibu kantin kita juga masih single, kok, bohay pula!"
"Itu, kan, kemauanmu, bego!" balasnya berbisik, "pokoknya aku tetep mau Bulan. Titik."
Ari menoyor kepala James gemas. "Mes, aku bilangin, ya. Jangan menggapai bulan di langit yang terlalu tinggi kalau badanmu cuma sampai seperempat pohon jati."
"Nggak ada hubungannya, bego!" James balik menoyor Ari.
"Ada, bego!" Ari berdeham kemudian. "Pohon jati yang udah berusaha tinggi aja nggak bisa meraih bulan, apalagi kamu. Nggak akan bisa!"
James menjentikkan jarinya seraya menyeringai jahil. "Itu juga berlaku buat kamu, Ri. Pohon jati nggak akan bisa bungkuk cuma buat ngusir semut yang ada di lahannya. Kamu tahu artinya apa?" tanyanya menggoda.
Ari menggeleng, menjadikan James bersiul penuh kemenangan. "Ari adalah pohon jati, Wulan adalah semut. Masa, iya, pohon jati yang udah menjulang tinggi rela bungkuk-bungkuk cuma karena satu semut? Itu terlalu bodoh, Ri."
Bisa dikatakan, Ari telah kalah karena perdebatan tidak bermakna menyangkut pohon jati, bulan, dan semut.
×××
Yang diomongin Ari sama James bener-bener nggak punya makna
Dasar bocah

KAMU SEDANG MEMBACA
Gudang Sekolah
Aventure[ COMPLETED ] "Oke, hai! Selamat datang di gudang sekolah! Tegang banget, kalian jangan takut. Panggil aku Suara Langit. Karena kalo suara perut, itu namanya kelaperan." "What!?" seru keempat bocah itu. ××× Wulan, Beni, Ari, dan James memang anak Pr...