Justin's Point of View.
"Sampai kapan kau akan mengurungnya, Bieber?"
Aku menolehkan kepalaku ke samping untuk menatap Josh yang entah sejak kapan sudah berdiri tepat di sampingku. Ia menatapku untuk beberapa saat sebelum memutuskan untuk duduk di sebelahku. Ini sudah hampir seminggu dan aku masih tidak tahu sampai kapan aku akan mengurung Madison di dalam kamarnya. Ia berhak mendapatkannya. Maksudku, setelah semua yang ia lakukan, ia berhak mendapatkan sebuah hukuman, bukan? Lagipula, hukuman ini tidak terlalu buruk.
Aku tidak tahu lagi apa yang harus ku lakukan untuk membuatnya jera. Aku hanya ingin ia berhenti menjadi wanita yang begitu keras kepala. Aku mulai tidak menyukai sifat keras kepalanya.
Aku membuka mulutku untuk menjawab pertanyaan Josh. "Aku tak ingin ia mencoba untuk kabur lagi, Josh."
Ia mengeluarkan sesuatu dari saku celananya, sebungkus rokok. Ia mengambil satu batang rokok, lalu menyodorkannya padaku. Aku sedang tidak ingin merokok untuk saat ini jadi aku hanya menggelengkan kepalaku; menolaknya.
"Ia meminta bantuanku," Ucapnya, sambil berusaha menyalakan rokok yang kini sudah bertengger di mulutnya.
Aku menatapnya yang tengah menghembuskan asap abu-abu pekat dari mulutnya. "Bantuan?"
"Ia ingin aku berbicara padamu," Gumamnya. "Ia ingin agar kau berhenti mengurungnya seperti itu."
Lalu apa lagi yang harus ku lakukan? Itu satu-satunya cara untuk mencegahnya lari dariku. Aku tak ingin mengambil resiko dengan berhenti mengurungnya lalu ia akan mencoba lari lagi dariku. Bagaimana bisa aku mempercayai Madison? Aku pernah mempercayainya. Maksudku, saat aku meninggalkannya sendirian di rumah di saat aku dan yang lainnya pergi untuk merampok sebuah bank, aku meninggalkannya di rumah sendirian. Ku pikir aku bisa mempercayainya. Aku mulai mempercayainya sejak saat itu. Namun semua kepercayaanku hilang sejak ia tidak mendengarkan ucapanku dengan pergi mengendap-endap ke ruang bawah tanah.
"Aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan, Josh." Ucapku, sambil menyisir rambutku dengan jemariku.
"Kau harus berhenti mengurungnya seperti itu, Justin." Gumamnya perlahan. "Kau memperlakukannya seperti seorang tahanan."
Kedua bahuku terangkat ke udara. "Aku tidak tahu apa aku bisa mempercayainya setelah semua hal yang ia lakukan."
Aku meraih sebuah gelas kosong yang berada tak jauh dariku, dan juga sebotol absinthe yang ku ambil beberapa saat yang lalu dari lemari pendingin di dapur. Aku membuka botolnya, dan menuangkan cairan itu ke dalam gelas yang masih kosong. Lama kelamaan gelas itu mulai terisi penuh dengan cairan berwarna hijau. Aku memicingkan kedua mataku ketika cairan itu turun melewati kerongkonganku.
"Ia tidak akan mencoba untuk kabur lagi darimu," Gumamnya, yang membuatku langsung menoleh padanya.
Aku terkekeh pelan. "Bagaimana kau bisa tahu jika ia tidak akan mencoba untuk lari lagi dariku?"
"Ia yang mengatakannya sendiri padaku,"
"Dan kau mempercayainya?"
Ia terdiam sejenak, sebelum kembali berkata, "Aku mempercayainya."
Aku kembali menolehkan kepalaku ke depan, menatap gelas kosong yang berada di genggaman tanganku. Aku kembali mengisi gelasnya dan meneguk minumanku sampai habis. Apa aku bisa mempercayai Madison lagi?
"Kau lebih sering minum akhir-akhir ini," Ucap Josh, yang membuatku tersadar dari lamunanku. "Apa kau baik-baik saja?"
Aku tidak tahu sudah berapa banyak botol minuman yang ku habiskan selama beberapa hari terakhir ini. Aku perlu minum untuk melupakan semua kekacauan yang Madison buat. Kepalaku menjadi lebih sering pening, dan kurasa itu karena aku terlalu banyak minum alkohol.

KAMU SEDANG MEMBACA
Robbers | Justin Bieber
FanficKehidupan Madison berubah ketika ayahnya menjualnya. Ia menghadapi banyak hal sampai akhirnya ia bertemu dengan Justin dan masuk ke dalam kehidupan Justin yang gelap.