Justin's Point of View.
Tidak ada yang istimewa hari ini. Terlepas dari fakta bahwa hari ini adalah hari ulang tahunku, hari ini terasa seperti hari-hari lainnya yang sudah ku lewati sebelumnya. Jika bukan karena Josh yang menyinggung soal hari ulang tahunku kemarin di dapur, mungkin aku sudah lupa jika hari ini adalah hari ulang tahunku. Itu terdengar konyol, bukan? Maksudku, orang bodoh mana yang melupakan hari ulang tahunnya? Hari di mana ia di lahirkan ke muka bumi? Kurasa orang bodoh itu adalah aku karena aku tidak ingat jika hari ini adalah hari ulang tahunku.
Aku tak pernah menyukai perayaan ulang tahun. Aku tidak ingat kapan terakhir kali aku merayakan ulang tahunku. Dan aku tidak mengerti mengapa orang-orang begitu bersemangat menyambut hari ulang tahun mereka. Maksudku, itu hanyalah hari peringatan saat kau terlahir ke bumi ini. Tidak lebih.
Aku tidak tahu apa yang akan ku lakukan pada hari ulang tahunku ini. Mungkin aku akan melakukan hal yang sama yang selalu ku lakukan saat ulang tahunku seperti tahun-tahun yang sebelumnya. Josh akan mengeluarkan semua minuman alkohol yang kami punya dan tentu saja kami akan meneguk semua minumannya sampai habis. Kurasa itu adalah satu-satunya hal yang ku sukai dari ulang tahunku.
Aku mengangkat sedikit kepalaku ketika aku mendengar seseorang mengetuk pintu kamarku. "Masuk,"
Dengan perlahan pintu kamarku terbuka sedikit demi sedikit hingga akhirnya aku bisa melihat Madison yang tengah berdiri di ambang pintu kamarku. "Hai,"
Aku merubah posisiku yang sebelumnya tengah berbaring menjadi duduk. "Masuklah,"
Ia menutup kembali pintu di belakangnya sebelum melangkah ke arahku. Aku mengernyitkan dahiku ketika aku melihat sesuatu di tangannya. "Apa yang kau bawa?" Tanyaku.
"Apa aku boleh duduk?" Tanyanya. Aku mengangguk. "Selamat ulang tahun, Justin."
Aku menautkan kedua alisku sambil menatap tangannya yang terulur padaku. "Apa ini?"
"Cupcake," Gumamnya. "Aku membuatkannya untukmu."
"Kau membuatkannya untukku?"
Ia mengangguk. "Sebagai hadiah ulang tahunmu."
Aku terkekeh kecil sambil mengambil kue itu dari tangannya. "Terima kasih."
Aku tidak ingat kapan seseorang memberikan kue ulang tahun padaku. Mungkin saat aku merayakan ulang tahunku yang ke 8? Aku tidak bisa mengingatnya dengan jelas, tapi aku masih ingat jika saat itu ibuku pulang ke rumah dan membawakanku sebuah kue ulang tahun lengkap dengan sebuah lilin berwarna merah di atasnya. Itu untuk yang pertama dan terakhir kalinya aku mendapatkan sebuah kue ulang tahun karena setelahnya, ayahku melarang ibuku untuk membelikanku sebuah kue ulang tahun lagi karena menurutnya itu hanya membuang-buang uangnya.
Kurasa ia menurunkan sifat ketidaksukaannya terhadap perayaan hari ulang tahun padaku.
"Mengapa kau tidak memberitahuku jika hari ini adalah hari ulang tahunmu?" Aku mengerjapkan mataku beberapa kali ketika aku mendengar suara Madison.
Aku mengangkat kedua bahuku. "Aku bahkan tidak ingat jika hari ini adalah hari ulang tahunku."
Ia mengernyitkan dahinya. "Kau pasti bergurau, bukan?" Gumamnya. "Maksudku, bagaimana bisa kau melupakan hari ulang tahunmu sendiri?"
"Itu terdengar konyol, aku tahu." Aku mengangguk-angguk kecil. "Jika bukan karena Josh, mungkin aku sudah lupa jika hari ini adalah hari ulang tahunku."
"Itu sangat.. aneh." Gumamnya, membisikkan kata 'aneh' dengan cukup pelan sehingga kurasa aku hampir tak bisa mendengarnya.
"Aku tahu,"

KAMU SEDANG MEMBACA
Robbers | Justin Bieber
FanfictionKehidupan Madison berubah ketika ayahnya menjualnya. Ia menghadapi banyak hal sampai akhirnya ia bertemu dengan Justin dan masuk ke dalam kehidupan Justin yang gelap.