3.8

3.2K 302 25
                                        

Justin's Point of View.

Aku menyenderkan punggungku pada tembok tepat di samping pintu kamar Madison yang selama tiga puluh menit terakhir ini masih tertutup rapat. Aku memejamkan kedua mataku dan kejadian itu kembali berputar di otakku. Aku tidak tahu apa yang terjadi saat itu. Aku mendengar suara tembakan yang di lepaskan oleh seseorang. Kupikir salah satu dari kami ada yang secara tidak sengaja menarik pelatuknya. Namun ketika aku menolehkan kepalaku, aku melihat Madison yang sudah terbaring di atas lantai dengan memegangi lengannya yang mengeluarkan darah. Ia terus merintih kesakitan dan aku merasa seperti duniaku berhenti berputar saat itu juga.

Aku langsung berlari ke arahnya dan begitupula dengan yang lainnya. Tanpa berpikir panjang aku langsung mengangkat tubuhnya dan membawanya ke dalam mobil. Aku berusaha untuk mengajaknya berbicara agar ia terus membuka matanya selama perjalanan pulang. Josh melajukan mobilnya dengan kecepatan yang begitu kencang. Aku bersumpah jika Josh tak pernah melajukan mobil secepat itu. Kurasa ia menerobos semua lampu merah di jalanan agar kami semua bisa sampai secepat mungkin di rumah.

Dan mungkin ini semua tidak akan terjadi jika ia tetap berada di rumah. Aku tak seharusnya membiarkannya ikut bersama kami malam ini. Tyler benar. Ini terlalu berbahaya baginya. Jika aku menyuruhnya untuk tetap diam di rumah, mungkin ini semua tidak akan terjadi. Josh sedari tadi terus berada di dalam kamar Madison untuk mengobati lukanya. Aku sangat bersyukur karena aku memiliki Josh. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika Josh tidak ada di sini bersama kami.

Aku tak pernah mengkhawatirkan seseorang seperti aku mengkhawatirkannya. Aku tidak tahu apa yang Josh lakukan di dalam sana. Namun apapun itu, aku tahu jika ia berusaha keras untuk menyelamatkan Madison. Ini sudah hampir tiga puluh menit dan Josh masih belum keluar dari kamar Madison. Kuharap semuanya akan baik-baik saja. Kuharap ia akan baik-baik saja.

Semuanya terjadi dengan begitu cepat. Aku bahkan tidak tahu darimana peluru itu berasal atau siapa yang telah menembaknya. Saat aku menoleh, tubuhnya sudah terjatuh tepat di samping tubuh Harold.

"Ia akan baik-baik saja, Justin."

Aku membuka kembali kedua mataku untuk melihat Tyler yang kini berada di sampingku. "Ini semua tidak akan terjadi jika aku menyuruhnya untuk tetap tinggal di rumah." Gumamku.

"Ini bukan salahmu," Gumamnya. "Kau tidak bisa menyalahkan dirimu sendiri."

Lalu siapa yang harus ku salahkan? Aku yang memberitahunya jika semuanya akan baik-baik saja. Aku yang memberitahunya jika aku ada di sampingnya sehingga ia tak perlu mencemaskan apapun. Tapi aku mengacaukan semuanya. Aku bahkan tak bisa melindunginya dari peluru sialan itu.

"Apa kau tahu di mana Harold?" Tanyaku.

Ia diam sejenak. "Kurasa ia ada di bawah."

"Apa kau bisa memanggilkannya untukku?" Tanyaku. "Aku ingin membicarakan sesuatu dengannya."

Ia mengangguk. "Tentu,"

Ia berlalu begitu saja dan langsung berjalan menuju tangga untuk turun ke bawah. Aku melipat kedua tanganku sambil menunggu mereka kembali. Setelah menunggu selama kurang lebih lima menit, akhirnya Harold muncul dengan di ikuti oleh Tyler yang berada tepat di belakang tubuh Harold. Aku melangkahkan kakiku sehingga kini aku berdiri tepat di hadapannya.

"Apa yang ingin kau bicarakan denganku, Bieber?" Tanyanya.

"Apa kau tahu apa yang terjadi pada Madison?" Gumamku.

Ia mengernyitkan dahinya. "Mengapa kau menanyakan itu padaku? Aku tidak tahu dengan-"

Aku langsung menarik bajunya dan memotong ucapannya. "Bagaimana bisa kau tidak mengetahuinya? Ia terjatuh tepat di samping tubuhmu!"

Robbers | Justin BieberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang