Justin's Point of View.
Rumah ini terasa begitu berbeda semenjak kehadiran Madison. Aku tidak tahu apakah keputusanku untuk membawanya dan membiarkannya tinggal di sini bersamaku dan yang lainnya adalah keputusan yang tepat. Tapi yang jelas, ia memberikan sesuatu yang berbeda di rumah ini. Aku tidak tahu apakah itu hal yang baik atau hal yang buruk.
Aku tidak tahu sampai kapan aku akan membiarkannya tinggal di sini bersama kami semua. Namun yang jelas, aku tidak akan membiarkannya pergi begitu saja. Tidak setelah semua uang yang ku habiskan untuknya. Kau tahu, kurasa ini untuk pertama kalinya aku suka berada di dekat seseorang. Maksudku, aku suka berada di dekatnya. Aku tak pernah begitu menyukai duduk berlama-lama dengan seseorang yang belum ku kenali tapi aku bisa menghabiskan waktuku selama berjam-jam untuk duduk di sampingnya dan berbicara dengannya. Kurasa aku juga bahkan bisa menghabiskan waktuku selama berjam-jam hanya untuk memandanginya.
Ia tak pernah berani untuk membuat kontak mata yang cukup lama denganku. Ketika aku mulai memandanginya cukup lama, atau berbicara dengannya sementara mataku terus menatap ke dalam matanya, ia akan mulai memalingkan wajahnya. Aku tidak tahu mengapa ia melakukannya. Apa ia takut padaku? Atau mungkin, karena ia tidak terbiasa dengan hal itu? Kau tahu, sama seperti ia yang tidak terbiasa dengan lelaki yang menyentuhnya.
Aku merasa begitu tenang setiap kali aku menatap mata birunya. Aku menyukai bagaimana kedua mata biru itu selalu menatapku dengan lembut, penuh kehangatan. Dan ini untuk pertama kalinya aku menemukan kenyamanan setiap kali aku menatap mata seseorang. Aku tidak tahu bagaimana Madison melakukannya, tapi ia benar-benar membuatku tertarik padanya. Aku masih berusaha mencari tahu apa yang membuatku begitu tertarik padanya. Apa itu karena sifatnya yang begitu polos? Atau mungkin karena mata birunya mengingatkanku pada ibuku? Ibuku memiliki mata biru yang sama seperti Madison. Mungkin itu sebabnya mengapa aku merasa begitu tenang setiap kali aku menatap mata biru miliknya karena kedua mata biru itu mengingatkanku pada ibuku.
"Apa yang sedang kau lakukan?"
Aku mengerjapkan mataku beberapa kali yang langsung membuat semua lamunanku buyar begitu saja. Kurasa aku harus berhenti memikirkan Madison. "Tidak ada,"
Josh mengangkat sebelah alisnya sambil berjalan menuju lemari pendingin untuk mengambil sebuah apel dari dalam lemari pendingin. "Apa kau sedang memikirkan Madison?"
Aku terkekeh pelan. "Mengapa kau berpikir jika aku sedang memikirkannya?"
Ia menggigit apel yang berada di tangannya dan berdiri di sampingku. "Itu hanya tebakanku saja," Ucapnya, sambil mengangkat kedua bahunya.
Aku mengambil sebuah gelas dan mengeluarkan sebotol air mineral dari dalam lemari pendingin. Aku menaruh gelasnya di atas meja lalu menuangkan airnya ke dalam gelas. Aku meneguk habis semua air yang berada di dalam gelas sehingga kini gelasnya menjadi kosong kembali. Aku menaruh kembali gelasnya di atas meja.
"Apa kau menyukainya?" Tanya Josh, yang lebih terdengar seperti sebuah bisikan.
Kedua alisku terpaut. "Siapa?"
"Madison," Gumamnya. "Apa kau menyukai Madison?"
"Oh, Josh, mengapa kau bisa berpikiran seperti itu? Kau tahu seperti apa aku, bukan?" Aku menggelengkan kepalaku sambil tertawa kecil. "Aku tak pernah menginginkan lebih dari seorang wanita kecuali tubuh mereka."
"Kau datang ke kamarnya beberapa hari yang lalu di tengah malam,"
Aku mengernyitkan dahiku. Darimana ia mengetahuinya? Apa Madison yang memberitahunya? "Aku hanya ingin mengecek keadaannya. Aku hanya ingin memastikan jika ia baik-baik saja."
Ia mulai menatapku dengan tatapan yang.. aneh. "Apa?" Tanyaku, yang mulai risih atas tatapannya.
Ia melemparkan sisa apel yang berada di tangannya ke tempat sampah yang berada tak jauh darinya. " Kau ingin memastikan jika ia baik-baik saja? Sejak kapan kau begitu peduli padanya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Robbers | Justin Bieber
FanfictionKehidupan Madison berubah ketika ayahnya menjualnya. Ia menghadapi banyak hal sampai akhirnya ia bertemu dengan Justin dan masuk ke dalam kehidupan Justin yang gelap.