2.7

3.5K 290 20
                                        

Madison's Point of View.

Aku tak melihat sebuah mobil yang biasanya selalu terparkir di depan pekarangan rumah saat aku dan Justin memutuskan untuk kembali ke rumah. Apa mereka semua sedang pergi ke luar? Justin membuka pintu rumahnya dan langsung melangkah masuk ke dalam rumah sementara aku terus mengikuti langkahnya dari belakang. Aku langsung di sambut oleh suasana hangat rumah begitu kakiku melangkah masuk ke dalam rumah. Di sini terasa begitu sunyi dan kurasa aku bisa mendengar suara detak jantungku sendiri. Namun samar-samar aku bisa mendengar suara televisi yang menyala yang berasal dari ruang tengah. Apa mereka membiarkan televisinya menyala dengan sengaja?

Justin kembali melangkahkan kakinya menuju ruang tengah, kurasa, dan aku kembali mengikuti langkahnya dari belakang. Kurasa tebakanku tentang mereka semua yang tengah pergi salah karena kini, aku melihat Harold yang tengah duduk di atas sofa memandang lurus pada televisi di depannya.

"Di mana yang lainnya?" Harold langsung menolehkan kepalanya begitu mendengar suara Justin.

"Josh pergi ke luar dan Tyler ada di kamarnya," Ucapnya, sebelum kembali mengalihkan pandangannya pada televisi di depannya.

Kurasa pening di kepala Tyler belum hilang. "Mengapa Josh pergi ke luar?"

Harold mengangkat kedua bahunya. "Ia tidak mengatakan apapun sebelum pergi."

Justin menghela napasnya sebelum menjatuhkan tubuhnya di atas sofa. Aku hanya berdiri di tempatku dan memandangi mereka kebingungan. Maksudku, bukankah mereka berkelahi dan saling memukuli satu sama lainnya beberapa hari yang lalu? Namun mereka kini bertingkah seakan-akan tidak terjadi sesuatu di antara mereka. Apa mereka selalu seperti ini? Berkelahi dan saling memukul lalu esoknya mereka akan bertingkah seperti ini? Seolah-olah tidak terjadi sesuatu di antara mereka kemarin? Aku sama sekali tidak mengerti pria.

"Apa kau akan terus berdiri di situ, Madison?" Gumam Justin, yang langsung membuat lamunanku buyar. "Kemarilah,"

Ia menepuk-nepuk tempat duduk di sampingnya yang kosong. Aku memandanginya selama beberapa saat sebelum melangkah ke arahnya dan duduk di sampingnya. Dan ini terasa begitu.. canggung. Setidaknya, untukku. Kini aku duduk tepat di antara Justin dan Harold. Dua orang pria yang kemarin saling memukuli satu sama lainnya karena.. aku. Mereka berdua sedari tadi terus diam dan begitupula denganku. Jika bukan karena suara dari televisi, mungkin suasana di ruangan ini akan bertambah lebih canggung lagi dari sekarang.

Beberapa menit berlalu dan tidak ada satupun dari kami yang membuka suara ataupun memulai percakapan. Aku berdehem pelan sebelum berkata, "Aku akan pergi ke kamarku."

Aku beranjak dari tempat dudukku dan tentu saja Justin menahan lenganku ketika aku hendak melangkah. "Aku belum menyuruhmu untuk kembali ke kamarmu."

Oh, ayolah.
Mengapa ia kembali seperti ini? Aku menghela napasku sambil memutar bola mataku.

"Apa kau baru saja memutar bola matamu, Madison?"

Oh, sial.

"T-tidak."

"Oh, ayolah, Bieber. Jangan terlalu keras padanya." Ucap Harold.

Mata kami bertemu selama beberapa saat namun aku langsung mengalihkan pandanganku ketika aku melihat sebuah seringai terlukis di wajahnya. Untuk apa ia menyeringai kepadaku?

Justin menoleh pada Harold dan berkata, "Aku tak meminta pendapatmu."

Aku meringis pelan ketika aku merasakan tangan Justin yang semakin erat mencengkram lenganku. "Kau tahu jika aku tidak suka saat kau memutar bola matamu di depanku, bukan?"

Aku mengangguk kecil. "Aku minta maaf."

"Aku akan membuatmu menyesal karena telah melakukan itu jika kau kembali memutar bola matamu di depanku," Gumamnya, yang mampu membuatku ketakutan. "Duduk."

Robbers | Justin BieberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang