2.5

3.7K 301 18
                                        

Madison's Poinf of View.

Suasana di dalam mobil cukup hening karena tidak ada satupun dari kami yang berbicara. Kurasa kami semua larut dalam pikiran kami masing-masing. Aku menyenderkan punggungku ke belakang, sementara tatapanku jauh menerawang ke luar sana. Ini untuk pertama kalinya mereka mengajakku pergi ke luar dan tentu saja aku merasa senang. Aku rindu melihat gedung-gedung tua yang menjulang tinggi, jalanan kota yang nampaknya selalu ramai dan orang-orang yang nampaknya sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Aku merindukan itu semua.

Aku duduk di jok belakang bersama Tyler sementara Justin duduk di depan, di samping Josh yang tengah mengemudikan mobilnya. Kini aku sudah tak melihat pepohonan lagi jadi kurasa kini kami sudah berada di kota. Kau tahu, aku merasa sedikit aneh dan merasa begitu asing ketika aku melihat dunia luar. Maksudku, seperti jalanan yang di penuhi dengan kendaraan, gedung pencakar langit dan hal lainnya. Mungkin karena selama ini aku terbiasa melihat pepohonan jadi aku merasa begitu aneh ketika aku bisa kembali melihat itu semua.

Tyler nampaknya tidak bisa menyembunyikan perasaan bahagianya karena aku bisa melihat senyuman yang selalu menghiasi wajahnya. Tentu saja ia nampak begitu senang karena ini hari ulang tahunnya.

"Kau nampak begitu bersemangat, Tyler." Gumamku, sambil terkekeh kecil.

"Karena ini hari ulang tahunku," Ucapnya. "Kita akan merayakannya dan tentu saja aku sangat bersemangat."

Aku tersenyum. "Selamat ulang tahun, Tyler."

Ia tersenyum cukup lebar sehingga lesung pipi miliknya nampak begitu jelas. "Terima kasih,"

Aku mengangguk sebelum kembali mengalihkan pandanganku ke luar. Aku membuka sedikit kaca jendela mobilnya sehingga kini aku bisa melihat pemandangan di luar lebih jelas. Aku sangat bersyukur karena Harold tidak ikut bersama kami malam ini. Aku merasa kasihan padanya, tentu saja. Maksudku, ia harus diam di rumah sendirian sementara kami semua merayakan ulang tahun Tyler di luar. Tapi aku sangat senang karena ia tidak ada di dalam mobil malam ini.

Aku mengerjapkan mataku beberapa kali ketika aku sadar jika mobilnya kini sudah berhenti. "Kita sudah sampai," Gumam Josh.

Aku mendesah lega karena akhirnya, setelah perjalanan yang cukup panjang kami sampai. Josh memasukkan kunci mobilnya ke dalam saku celananya sebelum keluar dari mobil yang langsung di ikuti oleh Justin, Tyler lalu aku. Udara dingin langsung menyambutku begitu aku melangkah keluar dari mobil. Oh, Tuhan. Aku tidak mengira jika udaranya akan begitu dingin seperti ini. Kurasa memakai gaun tanpa lengan adalah ide yang buruk.

"Apa kau kedinginan, Madison?" Justin menautkan kedua alisnya sambil menatapku yang tengah menggosokkan kedua telapak tanganku, berusaha membuat tubuhku agar lebih hangat. "Kau bisa memakai jaketku,"

"Aku tidak-"

Ia langsung menyodorkan jaketnya padaku. "Pakailah,"

Aku menatap jaket kulit hitam yang berada di tangannya untuk beberapa saat sebelum mengambilnya dan memakainya. Aku mendesah lega karena kini tubuhku terasa jauh lebih hangat dari sebelumnya. "Terima kasih,"

Ia mengangguk. "Ayo,"

Lalu ia menggenggam tanganku. Menyelipkan jemarinya di sela-sela jemariku yang langsung membuatku diam terpaku di tempatku. Aku tidak tahu mengapa, tapi itu membuat jantungku berdebar kencang. Oh, Tuhan. Tangannya terasa begitu hangat dan begitu lembut. Ini untuk pertama kalinya ia menggenggam tanganku dan aku tak pernah menyangka jika tangannya akan begitu lembut seperti ini.

"Madison?" Aku kembali tersadar dari lamunanku ketika aku mendengarnya menggumamkan namaku. "Ayo,"

Aku menatap tangan kami yang kini saling bertautan sebelum mengangkat kepalaku untuk menatapnya. "Mengapa kau menggenggam tanganku?"

Robbers | Justin BieberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang