2.0

3.4K 278 8
                                        

Justin's Point of View.

Kuharap aku bisa memberitahumu apa yang Madison lakukan padaku.

Kuharap aku bisa menjelaskan perasaan apa yang ku rasakan setiap kali aku berada di dekatnya atau setiap kali aku menyentuhnya. Aku tidak mengerti mengapa aku bisa begitu mendambakan sentuhannya. Aku tidak mengerti mengapa aku begitu suka menyentuhnya, ataupun menyukai aroma tubuhnya. Itu terasa sangat aneh bagiku ketika aku bisa merasa begitu tenang hanya karena mencium aroma tubuhnya. Itu sama sekali tidak masuk akal. Kurasa Madison benar-benar membuatku kehilangan akal sehatku.

Aku memijat pelan pelipisku sambil berlalu menuju dapur untuk menemui Josh.

"Aku membutuhkan kunci mobilnya," Gumamku, sesaat setelah aku melangkah ke dalam dapur.

Josh meletakkan botol minuman yang sedang ia pegang dan menaruhnya di atas meja. "Kau yakin jika kau ingin pergi?"

Aku mengangguk. "Tentu saja,"

"Tapi kau-"

"Josh, aku membutuhkan kunci mobilnya."

Aku bisa mendengarnya menghela napasnya sebelum merogoh saku celananya dan melemparkan kuncinya padaku. "Bersenang-senanglah,"

Aku memegang erat kunci mobilnya di tanganku sambil berkata, "Tentu,"

Aku langsung keluar dari dapur sesaat setelah kunci mobilnya berada di tanganku. Hembusan angin malam yang dingin langsung menyambutku sesaat setelah aku melangkahkan kakiku keluar dari dalam rumah. Aku memakai topiku sesaat sebelum aku masuk ke dalam mobil dan menjalankannya menembus kegelapan hutan. Di dalam sini terasa jauh lebih hangat di bandingkan di luar sana. Aku mencengkram erat stir mobilnya, sambil berusaha untuk fokus pada jalanan yang begitu gelap di hadapanku. Di luar sana sangat gelap. Aku bahkan tidak bisa melihat apapun di luar sana.

Aku berusaha untuk membuat diriku nyaman selama dalam perjalanan karena aku tahu perjalanan ini akan memakan waktu yang cukup lama. Aku menurunkan sedikit kaca jendela di sampingku agar aku bisa merasakan angin malam menerpa permukaan wajahku. Aku melakukannya untuk membuatku terjaga selama di perjalanan. Kurasa udara dingin dari luar mampu membuatku terjaga selama di perjalanan menuju klub malamnya.

Kurasa Madison selalu berada di pikiranku seharian ini. Aku tidak mengerti mengapa aku selalu memikirkannya hampir sepanjang hari ini. Mungkin itu karena kejadian semalam, kau tahu. Saat aku memintanya untuk menemaniku di saat aku tidak bisa kembali tidur. Aku tidak tahu apa yang kulakukan saat itu, tapi kehadirannya membuatku merasa jauh lebih baik. Aku bahkan tidak mengerti mengapa aku menanyakan apa ia keberatan jika aku tidur di pangkuannya padanya kemarin malam. Tapi aku menyukainya. Saat aku tertidur di pangkuannya lalu aku merasakan jemarinya di rambutku. Oh, Tuhan, aku benar-benar menyukainya saat ia melakukan itu.

Aku tidak mengerti apa yang ia lakukan padaku. Semua yang ia lakukan, semua tentang dirinya membuatku merasa begitu tertarik padanya. Aku tidak bisa menahannya. Aku tak bisa menghentikan rasa ketertarikanku padanya. Itu semua terjadi begitu saja.

Aku memperlambat laju mobilku ketika aku melihat lampu merah di depanku. Aku harus berhenti memikirkan Madison. Setidaknya, untuk malam ini. Maksudku, malam ini adalah malam di mana aku akan bersenang-senang dengan pergi ke klub, meminum alkohol sampai aku mabuk dan pergi ke hotel untuk meniduri wanita yang akan ku sewa malam ini. Aku kembali melajukan mobilku ketika lampunya berubah warna menjadi warna hijau.

Setelah perjalanan yang terasa begitu panjang akhirnya aku sampai di tempat yang tidak asing lagi bagiku. Tempat dimana aku bertemu dengan Madison untuk yang pertama kalinya.

Sial, Justin! Berhenti memikirkannya!

Aku mematikan mesin mobilnya dan menaruh kembali kunci mobilnya ke dalam saku celanaku sebelum beranjak keluar dari dalam mobil. Seperi biasa, dua orang pria berbadan besar menghentikanku, menyuruhku untuk menunjukkan tanda pengenalku. Mereka langsung membiarkanku masuk begitu saja sesaat setelah aku menunjukkan tanda pengenalku. Aku langsung di sambut oleh dentuman musik yang cukup keras ketika aku menginjakkan kakiku ke dalam klubnya.

Robbers | Justin BieberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang