0.2

7.1K 397 13
                                        

Justin's Point of View.

"Kalian sudah siap?"

Aku menatap Josh, Tyler dan Harold bergantian. Mereka sudah siap dengan penutup muka dan juga senjata api di tangan mereka masing-masing. Aku memasang penutup mukaku, sambil memegang erat pistol di tanganku. Setelah ku pastikan jika mereka siap, aku memberi mereka isyarat agar segera turun dari mobil.

Kami langsung berlarian masuk ke dalam bank. Sesaat setelah kami masuk, terdengar bunyi teriakan dari orang-orang yang cukup kencang. Itu bagian yang paling ku sukai. Aku menodongkan pistolku pada beberapa orang, dan mereka langsung terdiam di tempat mereka masing-masing.

Aku melemparkan tas kosong yang sedari tadi ku bawa pada Tyler. "Masukkan semua uangnya,"

Tyler mengangguk sebelum mengambil tasnya. Tak lama lagi tas kosong itu akan terisi penuh dengan beberapa tumpuk uang. Sesekali aku melirik ke arah Tyler, Josh dan Harold. Mereka tampak sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Tyler tengah sibuk memasukkan semua uang yang ada di bank ini ke dalam tas, sementara Josh dan Harold sibuk menodongkan pistol mereka ke arah orang-orang sambil berteriak, menyuruh agar mereka diam.

Aku menatap kembali ke depan, ke arah orang-orang yang nampak begitu ketakutan. Mereka terus menutup mata mereka sambil menaruh tangan mereka di kepala mereka.

Hal yang paling kusukai dari merampok sebuah bank adalah bukan saat aku berhasil membawa pulang sejumlah uang ke rumah. Maksudku, itu memang menyenangkan. Membawa setumpuk uang ke rumah, tapi itu bukanlah hal terbaiknya. Aku suka saat orang-orang takut padaku. Saat aku menodongkan pistolku pada mereka, mereka nampak begitu ketakutan dan begitu pasrah. Aku bahkan bisa melihat rasa takut itu dengan jelas di mata mereka, dan itu menjadi hiburan tersendiri bagiku. Mereka memang seharusnya takut padaku karena nyawa mereka berada di tanganku saat ini.

Aku bisa saja menarik pelatuknya dan mereka semua akan mati saat ini juga.

"Aku sudah memasukkan semua uangnya ke dalam tas," Ucap Tyler, sambil menepuk pundakku.

"Ke mobil," Ujarku. "Sekarang!"

Aku dan yang lainnya berlarian menuju mobil. Tyler melemparkan tas yang kini sudah penuh dengan tumpukkan uang itu ke jok paling belakang. Setelah semuanya sudah berada di dalam mobil, Josh langsung menancap gas mobilnya.

"Kita harus merayakannya!" Seru Harold.

Aku membuka penutup wajahku yang sedari tadi ku pakai. Aku tersenyum pada diriku sendiri karena semua rencana kami berhasil tanpa adanya gangguan sedikitpun.

"Apa yang akan kita lakukan dengan semua uang itu?" Tanya Josh, sambil melirik ke arahku.

"Aku akan membeli lebih banyak alkohol untuk diriku sendiri," Ujar Tyler.

Josh tertawa sambil berkata, "Kau bahkan belum berumur dua puluh satu tahun. Itu illegal."

Tyler mendengus. "Kau tahu, Josh? Aku lebih menyukaimu jika kau menutup mulutmu."

Aku menurunkan sedikit kaca jendelaku, lalu menutup kedua mataku saat aku merasakan hembusan angin malam yang mengenai wajahku.

"Bagaimana denganmu, Bieber? Apa yang akan kau lakukan dengan semua uangmu?"

Aku membuka kembali mataku untuk menatap Harold yang duduk di kursi belakang. "Kurasa kau sudah mengetahuinya, Harold."

"Ia akan menghabiskan uangnya untuk menyewa seorang gadis dan menidurinya," Gumam Josh. Ia menatapku sebentar, memberiku seringainya sebelum kembali menatap jalanan di depannya.

Aku tersenyum padanya. "Kau sangat mengenalku, Josh."

Aku mengambil sebatang rokok yang berada di saku celanaku. Aku menaruhnya di mulutku sebelum menyalakannya. Aku merasa begitu lega saat asap abu-abu itu keluar dari mulutku. Aku lebih menurunkan kaca jendela di sampingku, menghembuskan asap tebal itu keluar. Aku tidak sabar untuk mengambil bagianku. Aku bisa membayangkan diriku, membawa setumpuk uang untuk menyewa seorang gadis yang akan ku tiduri malam ini. Ini menjadi semacam kebiasaan bagiku. Untuk menyewa seorang gadis lalu menidurinya. Aku tak pernah menginginkan lebih dengan seorang wanita. Aku hanya ingin tubuh mereka. Dan setelah aku mendapatkan apa yang ku inginkan, aku akan meninggalkan mereka.

Robbers | Justin BieberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang