2.1

3.6K 295 14
                                        

Madison's Point of View.

Aku terbangun di tengah malam dan aku tidak bisa kembali tidur. Aku sudah mencoba untuk menutup mataku dan membuat tubuhku se-rileks mungkin namun itu sama sekali tidak membantuku. Aku bahkan tidak mengerti mengapa aku bisa tiba-tiba terbangun dari tidurku. Apa mungkin karena aku mencemaskan Justin? Aku menggelengkan kepalaku pelan. Untuk apa aku mencemaskannya? Maksudku, ia sudah dewasa. Ia bisa menjaga dirinya sendiri. Aku tak perlu mencemaskannya.

Aku membaringkan tubuhku ke samping. Mataku melirik ke arah jam yang kini sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Apa Justin dan yang lainnya sudah pulang? Apa Justin dan yang lainnya baik-baik saja? Maksudku, terakhir kali saat Justin dan yang lainnya pulang dini hari seperti ini, wajah Justin di penuhi dengan luka lebam. Aku tidak mengerti mengapa itu bisa terjadi. Apa yang sebenarnya Justin dan yang lainnya lakukan di luar sana? Mengapa mereka selalu pulang selarut ini?

Kurasa aku tidak bisa kembali tidur sebelum rasa penasaranku terjawab. Maka dari itu aku memutuskan untuk turun ke bawah, hanya untuk sekedar melihat apakah mereka semua sudah kembali ke rumah. Aku menyisir rambutku dengan jemariku agar rambutku tidak telihat begitu berantakan. Aku menutup pintu kamarku sesaat setelah aku melangkah keluar dari kamarku sebelum memutuskan untuk turun ke bawah.

Aku bisa mendengar suara televisi yang berasal dari ruang tegah. Jadi, kurasa mereka semua sudah berada di rumah. Aku melangkahkan kakiku mengikuti arah sumber suara ke ruang tengah.

Tyler yang pertama yang menyadari kehadiranku. Ia menautkan kedua alisnya sambil berkata, "Madison? Apa yang kau lakukan di sini?"

Aku hanya melihat Tyler, Josh dan Harold. Aku tidak bisa menemukan Justin. Apa ia sudah kembali ke kamarnya?

"A-aku hanya ingin mengecek apa kalian sudah pulang," Aku tersenyum tipis. "Sekarang aku bisa bernapas lega karena kalian sudah kembali ke rumah."

"Apa kau mengkhawatirkan kami semua?" Ujar Tyler.

Aku mengangguk. "Kurasa begitu,"

Tyler tersenyum. "Bukankah ia sangat manis?" Gumamnya, sambil menatap Josh dan Harold bergantian.

Josh hanya terkekeh sambil menggelengkan kepalanya sementara Harold terlihat begitu muak mendengar ucapan Tyler. Aku masih tidak mengerti mengapa Harold begitu tidak menyukaiku. Ia membuatnya menjadi semakin buruk karena ia tidak pernah mau berbicara denganku. Jika ia mau berbicara denganku, mungkin kami bisa menyelesaikan semuanya. Maksudku, ia bisa berbicara padaku tentang alasan mengapa ia begitu membenciku. Dan dengan itu, kurasa kami bisa menemukan jalan keluarnya agar ia bisa berhenti bersikap begitu menyebalkan terhadapku.

"Apa kau sedang mencari seseorang?" Tanya Josh, yang membuatku kembali tersadar dari lamunanku.

Aku mengernyitkan dahiku. "Apa?"

"Apa kau mencari Justin? Mengapa kau tidak menanyakannya?" Ujarnya. "Apa kau tidak ingin tahu di mana ia sekarang? Apa kau tidak ingin tahu mengapa ia tidak ada di sini bersama kami semua?"

Untuk apa aku harus itu semua? "Tidak," Aku menggelengkan kepalaku perlahan. "Kurasa aku akan kembali tidur. Selamat malam."

Aku langsung bergegas pergi meninggalkan mereka menuju lantai atas. Untuk apa aku harus bertanya tentang Justin? Aku sama sekali tidak peduli dengan dirinya.

Oh, ayolah, Madison.
Kita berdua tahu jika kau sangat mengkhawatirkannya. Ia adalah alasan mengapa kau terbangun dari tidurmu, bukan? Kau begitu mengkhawatirkannya.

Aku menggelengkan kepalaku, berusaha untuk tidak menghiraukan suara-suara di benakku yang tak pernah mau diam. Kuharap aku bisa menghentikkan semua suara-suara yang sangat mengganggu itu. Aku berhenti sejenak dari langkahku ketika aku melihat pintu kamar Justin yang tertutup rapat. Apa ia ada di dalam? Mengapa aku begitu peduli jika ia ada di dalam kamarnya atau tidak? Aku kembali melangkahkan kakiku menuju kamarku yang berada tepat di samping kamarnya.

Robbers | Justin BieberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang