1.1

3.7K 313 13
                                        

Justin's Point of View.

Aku minum terlalu banyak.

Aku harus pergi ke toilet berulang kali untuk memuntahkan isi perutku. Aku bangun dengan rasa pening yang cukup hebat di kepalaku. Aku ingat saat aku menyewa seorang wanita dari sebuah klub, lalu aku membawanya ke sebuah hotel yang berjarak tidak cukup jauh dari klub tersebut. Lalu aku meminum beberapa botol alkohol yang sudah ku pesan sebelumnya dan aku tak mengingat kejadian seterusnya. Aku tak mengingat apapun. Aku tak ingat apa saja yang aku lakukan bersama wanita itu semalam. Saat aku membuka mataku tadi pagi, aku melihat tubuhnya yang terbaring tanpa sehelai benangpun di samping tubuhku dan pakaian kami yang berserakan di mana-mana. Tapi apapun itu, apapun yang aku dan wanita itu lakukan tadi malam, itu membuatku merasa jauh lebih baik sekarang.

Aku memberinya beberapa lembar dollar agar ia bisa kembali ke klub menggunakan taksi. Aku tak bisa mengantarnya karena saat aku melirik ke arah jam, jarumnya sudah menunjukkan pukul sepuluh lebih empat puluh lima menit. Aku bangun terlalu siang.

Aku mematikan mesin mobilku karena akhirnya, setelah perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan, aku sampai di rumah. Aku mencabut kunci mobilnya dan memasukkannya ke dalam saku celanaku sebelum memutuskan untuk keluar dari dalam mobil dan bergegas menuju rumah. Aku ingin beristirahat di kamarku karena seluruh badanku terasa begitu pegal dan nyeri, namun wajahku kini sudah berhenti berdenyut kesakitan seperti tadi malam. Namun tetap saja, wajahku masih di penuhi luka lebam dan juga beberapa sayatan kecil tapi ini bukan pertama kalinya untukku. Jadi, aku tidak terlalu mengkhawatirkannya.

Aku langsung bergegas menuju dapur untuk mengambil sebotol air mineral dari dalam lemari pendingin sebelum memutuskan untuk pergi ke ruang tengah. Mengapa rumah ini begitu sepi? Tidak ada siapapun di sini, namun televisinya menyala. Aku membuka jaket dan topiku, meletakkannya di atas sofa sebelum akhirnya aku menjatuhkan tubuhku di sampingnya. Aku meneguk air dingin di tanganku, sementara tanganku yang lainnya meraih remote televisi di depanku, berusaha untuk mengganti saluran televisinya.

"Oh, lihat siapa yang baru saja kembali." Aku bisa melihat Josh yang tengah berdiri sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya dari sudut mataku. Ia terkekeh, sambil menggeleng-gelengkan kecil kepalanya sebelum akhirnya ia duduk di sampingku. "Kau menikmati malammu, Bieber?"

"Aku terlalu mabuk semalam. Aku tidak mengingat semuanya," Gumamku, sambil memicingkan mataku. "Tapi aku sangat menikmatinya."

Ia tertawa sambil memukul dadaku pelan. "Tentu saja kau sangat menikmatinya,"

Aku menaruh botol air mineralnya di atas meja. "Di mana yang lainnya? Apa mereka masih tertidur?"

"Kurasa mereka ada di kamar mereka,"

Aku mengangguk-angguk kecil. "Di mana Madison?"

Aku bisa melihat kedua bahunya terangkat ke udara. "Terakhir kali aku melihatnya, ia tengah berada di meja makan bersama Tyler." Ucapnya. "Mungkin ia ada di kamarnya sekarang."

Aku beranjak dari tempat dudukku. "Aku akan mengeceknya,"

Aku baru hendak menaiki tangga, sebelum aku mendengar Josh berkata, "Kau baru saja pulang, dan hal pertama yang kau lakukan adalah mengecek wanita itu?"

"Aku harus memastikan jika ia tidak melarikan diri," Ucapku, sedikit berteriak agar ia bisa mendengarnya. Lalu aku naik ke atas, menuju kamarnya.

Pintu kamarnya masih tertutup rapat. Aku membuka pintunya, namun aku tak dapat menemukannya. Kamarnya kosong. Ia tidak ada di sini. Apa ia masih bersama Tyler di meja makan? Aku kembali bergegas turun ke bawah, mengecek meja makannya namun meja makannya kosong. Aku hanya melihat dua piring putih dan sebuah gelas yang di letakkan di sebelah salah satu piringnya. Aku memutuskan untuk kembali menemui Josh. "Madison tidak ada di kamarnya," Ucapku.

Robbers | Justin BieberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang