Justin's Point of View.
Aku tidak tahu apa saja yang Madison dengar tapi ia tak seharusnya berada di sana. Ia tak seharusnya mendengar apa yang aku dan Harold bicarakan tadi pagi di depan pintu kamarku. Aku tidak tahu jika ia ada di sana. Aku bahkan tidak tahu sejak kapan ia berdiri di sana. Kuharap ia tidak mendengar semuanya. Kuharap ia tidak mendengar apapun yang aku dan Harold bicarakan. Aku tidak mengerti mengapa Harold terus memaksaku untuk mengusir Madison keluar dari rumah ini. Jika aku menginginkan Madison untuk tinggal di sini, maka Madison akan tinggal di sini.
Harold terus bertambah menjadi semakin menyebalkan setiap harinya. Ia begitu berubah semenjak Madison menginjakkan kakinya di rumah ini. Aku tidak mengerti mengapa ia begitu membenci kehadiran Madison di rumah ini. Semua orang sama sekali tidak keberatan dengan kehadiran Madison di sini. Tapi Harold begitu membencinya. Jika aku boleh memilih, aku akan lebih memilih untuk menendang bokongnya keluar dari rumah ini jika ia terus memaksaku untuk menyuruh Madison keluar dari rumah ini. Aku tak bisa membiarkan Madison pergi begitu saja. Aku tak akan membiarkannya pergi begitu saja.
Madison terus mengurung dirinya di dalam kamarnya semenjak kejadian tadi pagi dimana ia secara tidak sengaja mendengar percakapanku dengan Harold. Dan entah mengapa itu membuatku menjadi sedikit panik. Maksudku, bagaimana jika ia mendengar semuanya?
"Apa yang sedang kau pikirkan?"
Semua lamunanku buyar ketika Josh tiba-tiba datang menghampiriku dan langsung duduk begitu saja di sampingku. "Tidak ada,"
Ia mengernyitkan dahinya dan diam selama beberapa saat sebelum berkata, "Madison?"
Aku menoleh padanya. "Apa?"
"Madison," Gumamnya. "Kau sedang memikirkannya, bukan?"
Aku menyenderkan punggungku ke belakang sementara jemariku sedari tadi terus memijit pelan pelipisku yang berdenyut. Aku memutuskan untuk diam, tidak menjawab pertanyaannya karena aku sedang tak ingin membicarakannya. Aku meraih remote televisi dan menyalakan televisinya untuk mengalihkan pikiranku yang sedari tadi terus berkutat tentang Madison.
Keheningan menyelimuti ruang tengah ini selama beberapa saat sebelum akhirnya Josh kembali membuka suaranya.
"Jadi.." Ia menahan sejenak ucapan yang hendak keluar dari mulutnya. "Apa hubunganmu dengan Madison?"
Aku menoleh padanya sambil menatapnya bingung. "Apa yang kau bicarakan?"
Ia mengangkat kedua bahunya ke udara. "Kau dan Madison.. kalian melakukan.." Ia nampak ragu-ragu dengan apa yang ia hendak ucapkan.
Aku masih tidak mempercayai kejadian tadi malam. Maksudku, itu terasa sangat tidak nyata untukku. Ini bukan pertama kalinya aku tidur bersama seorang wanita. Tapi dengan Madison, semuanya terasa berbeda. Aku masih ingat bagaimana bibir itu terus menggumamkan namaku setiap kali aku menggerakan tubuhku yang berada tepat di atas tubuhnya yang tak mengenakan apapun. Aku masih ingat aroma tubuhnya ketika semalam aku membenamkan wajahku pada lehernya. Itu membuatku begitu tenang dan bergairah di saat yang bersamaan. Aku tidak mengerti mengapa hanya dengan mencium aroma tubuhnya seperti itu mampu membuatku kehilangan kontrol akan diriku sendiri.
"Ya," Ucapku, setelah jeda yang cukup lama. "Kami melakukannya semalam."
Aku bahkan tidak mengerti hubungan apa yang terjadi di antara aku dengan Madison. Apa kami berkencan? Tentu saja tidak. Apa kami sepasang kekasih? Aku tidak pernah memintanya untuk menjadi kekasihku. Jadi, kurasa kami bukan sepasang kekasih. Hanya karena aku dan Madison berhubungan badan kemarin malam, itu tidak langsung berarti jika kami adalah sepasang kekasih, bukan? Lagipula, aku sama sekali tidak tertarik dengan sebuah hubungan percintaan atau apapun itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Robbers | Justin Bieber
FanfictionKehidupan Madison berubah ketika ayahnya menjualnya. Ia menghadapi banyak hal sampai akhirnya ia bertemu dengan Justin dan masuk ke dalam kehidupan Justin yang gelap.