7

23.3K 1.6K 15
                                    


"Kamu nanti mau bawa mobil sendiri, Jihan?" tanya Kak Driana di telepon.

"Rencananya begitu, Kak. Kenapa?" Aku mengisi jus jeruk ke dalam gelas sebagai menu sarapan.

"Aku jemput kamu ke rumah aja ya. Biar gak banyak mobil kita. Biar aku juga ada temen di jalan,"

"Boleh kalau gitu. Aku kasih alamatku ya, Kak,"

"Oke, via WhatsApp aja ya. Aku udah berangkat dari rumah,"

Hari ini aku dan Kak Driana berencana membeli kain untuk seragam bagi keluarga dan sahabat-sahabat dekat. Meski terbilang sudah satu bulan mendekati hari H pernikahan dan dianggap mepet, Kak Driana tetap bersikeras. Karena dia ingin melihat semuanya seragam dan dia baru punya waktu sekarang. Kemarin sibuk menyiapkan ujian tengah semester mahasiswanya.

Sekitar pukul 9 kudengar mobil memasuki pekarangan rumahku. Aku yang sudah selesai sarapan dan siap berangkat langsung menghampiri keluar. Kulihat Kak Driana keluar dari mobil CRV putihnya. Sekilas dia terlihat seperti Kimmy Jayanti. Dengan rambut yang lebih pendek karena baru tumbuh selepas operasinya 2 bulan lalu.

"Udah siap, Jihan?"

"Ayo, Kak. Tapi aku pamit sama mama dulu ya,"

"Aku juga ikut nyapa deh,"

Kami berdua memasuki rumah. Memghampiri Mama yang sedang membuat kue. Salah satu hobi mama yang tidak pernah dia berani jadikan sumber penghasilan utama. Padahal permintaan sangat banyak.

"Pagi, Tante,"

"Hei, Driana. Lama gak ketemu. Sehat?"

Kak Driana dan mama bersalaman lalu mencium pipi kanan kiri.

"Alhamdulillah, Tante. Tinggal numbuhin ini aja," Kak Driana menyentuh rambut pendeknya.

"Ah kenapa dengan ini memangnya? Cantik kok," mama mengacak rambut Kak Driama seperti dia sering mengacak rambutku. Sejak dikenalkan kepada keluarga besar pada acara lamaran sebulan lalu, semua keluarga Bang Le nampak langsung akrab dengan Kak Driana. Selain karena orangnya yang cantik dan cerdas. Ia juga pemberani. Keberaniannya yang menyebabkan ia kehilangan rambutnya. Demi menyelamatkan anak kecil yang hampir tertabrak, darah hampir merembes ke tempurung kepalanya dan mengharuskannya menjalani operasi saat itu juga.

"Aku mau nyulik Jihan dulu nih, Tante. Boleh ya?"

"Mau belanja kan? Boleh. Tante malah udah nitip beberapa kain buat dibeliin Jihan," kata mama sambil senyum-senyum penuh arti.

"Kalau gitu kami pergi dulu ya Tante. Biar bisa agak lama keliling-kelilingnya," ujar Kak Driana.

Kami berpamitan dan berjalan menuju mobil Kak Driana.

"Bang Le emang gak bisa nemenin, Kak?" tanyaku saat kami mulai menyusuri jalanan menuju Mayestik.

"Hmm, dia mau dateng ke sidangnya Lucas,"

"Masih sidang ya?"

"Banding hukuman," jawab Kak Driana.

"Aku kira Bang Le gak peduli lagi,"

Kak Driana tersenyum. "Gimana ya, Han. Kamu sendiri tahu kan betapa bencinya Leandro dengan kakaknya sendiri. Tapi ketika melihat saudaranya di penjara... ya bukan berarti Lucas perlu dikasihani. Aku pernah melihat dia tenang-tenang saja. Hanya saja, menyadari ada saudaramu di penjara..."

"Aku gak bisa bayangkan,"

"Aku juga. Kali ini Leandro tercabik antara bersikap ketus pada kakaknya atau sedikit melunak menghadapi kondisi Lucas. Ancamannya hukuman mati, Han,"

Rain on My Parade - END (GOOGLE PLAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang