Day 2
Evan Dirga, His Backyard, 9 am
Rokok dan kopi. Seems like those two things are the things that dont go from him. Mengikuti tren kekinian, saat ini ia sedang menelusuri situs-situs penjualan online, juga googling beberapa hal yang cocok untuk diberikan kepada perempuan yang berulang tahun.
Ya ia tahu semuanya terlambat. Ia terlambat menyadari Jihan berulang tahun DUA MINGGU LALU. Juga terlambat untuk memberi sesuatu karena mereka sudah putus.
Tapi mencoba menebus kesalahan gak ada salahnya kan?
Sebenarnya bisa saja Evan bertanya pada sepupu-sepupunya yang perempuan. Tapi Evan tidak mau mengambil resiko mereka akan mencerca dengan berbagai pertanyaan dan sindiran. Biar Evan cari sendiri.
"10 presents for the birthday girl," Evan membaca sebuah artikel. "Number 1, give her a wedding ring. Yang ada gue ditendang dari rumahnya. Tiba-tiba muncul dan ngelamar."
Evan mendumel sendiri. "Number 2, flowers. Hmm bisa, tapi kok biasa banget. Lalu romantic dinner, boneka, shopping sepuasnya, travelling berdua, mobil."
Evan menutup laman tersebut. "Gak guna,"
Ia menyesap lagi rokoknya. Berpikir keras tentang apa yang seharusnya ia berikan.
"Oke. I got it,"
Segera ia masuk ke rumahnya dan mengambil kunci mobil.
***
Jihan Melodia, Marina Bay Business District, 10.05 am
Jihan memandangi patung Merlion di kejauhan dari lantai 34 gedung ini. Lagi-lagi ia bukannya berlibur malah menemani papa berbisnis. Mama sudah mengajaknya ke Tussauds atau ArtScience Museum atau Chinatown atau Orchard lagi tapi Jihan sendiri yang bersedia menemani papa kesini.
Gedung perkantoran ini mengingatkan Jihan pada Evan lagi. Ah sebenarnya apapun yang ia lakukan semuanya bisa dihubung-hubungkan dengan Evan. Ia masih belum melepaskan diri sepenuhnya dari Evan. Bagaimana bisa melupakan dilakukan semudah mengetik Shift+Del di komputer maka memori tentang Evan terhapus sempurna dari pikirannya.
Sounds cheesy tapi lagu Geisha menurut Jihan ada benarnya. Lumpuhkanlah ingatanku hapuskan tentang dia. Tidak perlu semua memorinya, hanya tentang Evan. Kalau dulu Pak Bernard yang benar-benar mengisi acara talkshow-nya, mungkin ia tidak akan bertemu Evan.
Salah satu hal yang paling sulit saat berusaha melupakan Evan bukanlah stimulus dari luar, melainkan dari dirinya sendiri. Sepanjang perjalanannya diaini, beberapa kali Jihan melihat pasangan muda berjalan bersama-sama. Jihan ingat dirinya dan Evan yang berjalan bersama, berpegangan tangan, tersenyum.
Jihan bukannya tidak pernah pacaran sebelum ini. Tapi Evan adalah yang pertama kali menyentuhnya begitu dalam. Membuat Jihan merasakan sesuatu seakan meledak di dalam dirinya. Ledakan kepuasan dan kebahagiaan. Itu salah satu hal yang membuat Jihan makin sulit melupakan Evan. Jihan masih ingat bagaimana Evan menyentuhnya dan perasaan apa yang ia rasakan saat itu.
"Jadi, oke, nak?" Pertanyaan papa membuyarkan lamunan Jihan.
"Ap oh.. iya Pa.."
Mama menatap Jihan dan meremas tangan putrinya. Jihan mengangguk menatap mama, mengelus tangan mamanya perlahan.
***
Evan Dirga, Jihan's house, 4.36 pm
Ting tong!
Seorang security datang tergopoh-gopoh menghampiri Evan.
"Sore Pak," sapa Evan.
"Sore, cari siapa ya?" tanya Pak Endang. Ia tidak kenal siapa tamu di hadapannya. Selama Evan ke rumah Jihan, security yang berjaga selalu Pak Roim.
"Jihannya ada?"
"Nona Jihan sama Bapak dan Ibu lagi liburan, Mas. Sejak tahun kemarin,"
"Tahun kemarin?" Kening Evan mengernyit.
"Iya tanggal 31,"
"Oh. Kapan kembali lagi?"
"Belum tau, Mas. Saya gak dapat info. Mas gak coba tanya Nona Jihannya aja?"
Gak akan mau bales pertanyaan saya dia, Pak.
"Saya mau kasih kejutan," Evan tersenyum. "Ya udah Pak. Saya titip ini aja. Buat Jihan,"
Evan mengulurkan kotak Macbook Pro yang diberi pita dan kartu ucapan kepada Pak Endang.
"Gak tunggu sampai Non Jihan sampai?"
"Saya titip aja dulu. Nanti saya kesini lagi. Terima kasih ya Pak,"
"Iya Mas,"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain on My Parade - END (GOOGLE PLAY)
Romance21+ Jihan selalu jadi pihak yang menanti, terdiam menunggu kekasihnya untuk kembali dari perantauan dengan kesibukan dan mungkin, bunga lainnya. Namun Jihan selalu sabar menghadapi Evan. Meski itu artinya ia harus berdiri sendiri di bawah hujan sek...