Papa sedang dinas ke Australia dan mama sengaja mengambil cuti dari kantor agar bisa ikut dengan papa. Kedua orang tuaku itu memang sering curi-curi kesempatan supaya bisa honeymoon terus-terusan. Enaknya, setelah mereka pulang pasti ada banyak oleh-oleh untukku. Aku sih seneng-senang saja.
Karena itu pula maka aku tak khawatir saat jam sudah menunjukkan pukul 9 namun aku masih di di jalan. Karena Mama tidak akan sibuk meneleponku untuk makan malam di rumah. Hanya tadi saja mama menelepon memastikan anak tunggalnya ini sudah makan.
"Kalau sepi, ke rumah Dian aja,"
"Ngerepotin dong Ma. Lagian kan di rumah gak sendirian. Ada Bik Popo," kataku menyebutkan Asisten Rumah Tangga kami.
"Iya siapa tau kamu mau temen ngobrol. Kalau sama Popo ntar bahasnya Uttaran, Ranveer & Ishani, Gangga, Golden Memories..."
Aku tertawa. Itu acara-acara favorit Bik Popo yang suka ditontonnya. Kalau sudah nonton Golden Memories, pasti besoknya rumah dipenuhi lagu-lagu jadul.
'Kemesraan iniii janganlah cepat berlaluuuu...' itu lagu favorit Bik Popo.
"I'm fine, Ma, paling nanti aku ulik tesis dulu sebelum tidur,"
"Oke. Hati-hati ya sayang,"
Itu percakapan kami tadi sebelum aku pulang dari Anomali Coffee tempat aku mengerjakan tesis ditemani Vino. Tepatnya, aku mengerjakan tesis, Vino main game. Dia hanya menyarankan beberapa hal, sisanya main. "Tinggal uji aja kok Han. Besok kita drilling sebelum sidang," katanya.
Semakin dekat dengan daerah rumahku rupanya hujan turun semakin deras. Aku menjalankan mobil dengan lebih hati-hati. Memperhatikan jalanan yang diterangi sorot lampu mobilku.
Sosok yang berdiri di tengah hujan mengagetkanku. Dia menoleh saat lampu mobil menyorotinya.
"Ya Tuhan," aku memekik. Kuhentikan mobil dan bergegas turun. Tanpa membawa payung, aku menghampiri orang itu.
"Kamu ngapain disini?"
Evan mengusap wajahnya yang basah oleh air hujan dan menatapku. Tersenyum.
"Aku nungguin kamu..."
Aku menelan ludah.
"Gak sampai ujan-ujanan gini kan? Kamu bisa tunggu di mobil,"
"Mobilku masuk bengkel. Gak sengaja ditabrakkin sama bawahanku,"
Aku tercekat. Itu mobil kesayangan Evan.
"Mobilmu yang lain?"
"Gak aku bawa. Aku kesini naik taksi,"
"Terus kenapa gak masuk?" Aku menoleh ke dalam.
"I'm trying to but..no one answer the bell,"
Aku memandangnya tak percaya. Segera aku berbalik. Langkahku berkecipak di bawah deras hujan ini.
Kutekan bel berkali-kali. Tidak ada jawaban.
"Pak Roim!" Aku memanggil. Suaraku kalah oleh hujan. "Pak Roim!"
Aku mulai menggebrak pagar. Sekilas aku melihat kilatan televisi dari pos satpam. Berarti harusnya Pak Roim ada.
"PAK ROIM!" Kukumpulkan segenap tenagaku dan akhirnya pintu pos security terbuka. Pak Room berbalut sarung akhirnya keluar.
"Ya ampun Non maaf!" Ia tergopoh-gopoh keluar dan membuka pagar. "Saya ketiduran, Non."
Aku tak berkata apa-apa. Segera berbalik dan menarik tangan Evan agar masuk ke mobilku. Setelah itu aku memasukkan mobil ke rumah. Pak Roim mengikuti dan membuka pintu garasi. Begitu mobil aman di garasi, aku turun, begitu juga Evan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain on My Parade - END (GOOGLE PLAY)
Romance21+ Jihan selalu jadi pihak yang menanti, terdiam menunggu kekasihnya untuk kembali dari perantauan dengan kesibukan dan mungkin, bunga lainnya. Namun Jihan selalu sabar menghadapi Evan. Meski itu artinya ia harus berdiri sendiri di bawah hujan sek...