20

19.1K 1.4K 115
                                    

"Brengsek," ujar Jihan berulang-ulang selama perjalanan di mobil. Kalila menatap khawatir teman di sampingnya.

"Keluarin aja, Han. Bebas kamu mau ngomong apa aja," kata Kaila akhirnya. Jangankan melihat pacarnya berciuman dengan orang lain, waktu Kalila dan Ilham putus baik-baik saja Kalila masih tetap ingin memarahi dan mengumpat Ilham.

"Ngeselin! Nyebelin! Evan brengsek!" umpat Jihan lagi.

Kalila masih mendengarkan.

"Dulu juga aku sempet mergokin dia ciuman sama cewek lain. Tapi aku maafin, Kal! Karena dia datang ke aku sambil hujan-hujanan. AKu kira dia udah tobat. Setelah itu kami kembali baikan. Ternyata kayak begitu kan!"

"Saatnya melupakan dia dengan setotal mungkin, Han,"

Jihan mengangguk/ "Sakit hati aku, Kal. Maksudku, dia bisa meminta putus dari aku, gak perlu ngeduain kayak gini,"

"Iya, cowo kan kalau gak homo ya brengsek,"

Jihan mendengus, namun ia tetap melanjutkan tangisnya.

"Ngomong-ngomong, aku kabari ortu kamu ya kalau kamu pulang duluan. Khawatir dcarrin,"

Jihan hanya mengangguk.

"Papa, bisa tolong kabar Om Dito? Jihan pulang duluan katanya gak enak badan. Iya, tolong ya Papa. Makasih Papa," Kalila menutup teleponnya lalu berbalik kepada JIhan. "Udah aku kabari ya,"

***

Evan hanya memandangi sososk Jihan yang melangkah pergi dari hadapannya. Ia tidak berusaha mengejar ataupun menjelaskan. Evan tahu dirinya brengsek.

"Sakit ya?" Andrea mengelus pipi Evan yang ditampar Jihan. "Bahkan aku aja gak pernah menyakiti kamu seperti ini."

Evan memegang tangan Andrea dan menjauhkan dari wajahnya.

"Aku yang lebih menyakiti dia," kata Evan pelan.

Mata Andrea menyipit. "Lalu kamu merasa bersalah?"

Kali ini Evan memandang Andrea. "Aku minta maaf, Andrea. Kita tidak bisa lanjut seperti ini lagi."

"Maksud kamu apa?"

"Hubungan kita hanya sebagai rekan kerja dan seharusnya tidak lebih dari itu,"

"Aku gak mau cuma sekedar rekan kerja," kata Andrea mulai emosi.

"Aku yang gak mau dan gak bisa. Tolong, Andrea."

"Tapi kamu menanggapi aku. Kamu mau keluar denganku, kamu mau ciuman denganku,"

"And I was wrong. Aku salah. Aku minta maaf. Dengan sangat,"

"Kamu benar-benar brengsek ya Evan Dirga,"

Evan menunduk, mengusap rambutnya, lalu mendongak lagi. "Ya, aku tahu,"

"Beruntung aku gak pernah menyerahkan tubuhku kepadamu," Andrea mendesis.

Evan hanya diam. Ada wanita lain yang melakukan hal itu dan sesungguhnya Evan tidak ingin dia berpikir bahwa Evan hanya menginginkan tubuhnya.

"But you have my heart," Andrea melanjutkan. "Dan aku rela diduakan untukmu meski aku tahu kamu hanya mendekati aku supaya mudah mendapatkan posisi Direktur menggantikan Pak Bernard yang sebentar lagi pensiun."

Evan tak menanggapi. Kata-kata Andrea tak perlu dibantah ataupun dibenarkan.

"Kamu menyebalkan," Andrea mulai terisak. Ia memeluk Evan, menangis di dadanya. Evan menepuk punggung Andrea.

***

Pak Endang, security yang bertugas malam ini memandang curiga pada mobil yang sudah berjam-jam diam di depan kediaman keluarga Pak Dito Husen. Mobil itu seperti sedang mengamati sesuatu. Pak Endang menghitung, sejak pukul 11 hingga sekarang pukul 2 dini hari, mobil itu tak juga beranjak. Lampu dalamnya dimatikan sehingga Pak Endang tidak tahu siapa yang ada di dalam sana. Tapi siapapun itu, Pak Endang tahu dia pasti orang kaya. Terlihat dari mobil sedan mengkilat yang dibawanya.

Evan tidak jadi mendatangi gala dinner para petinggi Astro International di Bali Room Hotel Grand Indonesia Kempinski. Setelah menemani Andrea menangis, tanpa banyak bicara Evan menaiki mobilnya, meluncur ke sebuah rumah yang sudah ia hafal lokasinya. Namun Evan tahu diri, sehingga ia tidak turun dari mobi ataupun menerobos masuk.

Evan sendiri tidak tahu apa yang akan ia lakukan sebenarnya. Jihan tidak akan tiba-tiba munul tengah malam begini dan mendapati Evan berada di dalam mobilnya. Evan juga tidak merasa pantas untuk meminta Jihan memaafkan dirinya. Ia tahu ia 100% salah. Maka tak perlu ia meminta JIhan kembai padanya. Walaupun dalam hati, Evan selalu tahu kepada siapa hatinya tertuju.

"Jihan, I know I'm wrong. Totally wrong. You know that i'm a jerk and you can blame me for the ruin of whole life of yours. I would like to ask for a sorry to hurt you, your feelings, and maybe all the people we both know. As you wish, we're done. You may have a better life without me. I won't come to your life again. But you need to know something, Jihan, woman I love is only you,"

Evan mengirimkan kata-kata itu sebagai pesan perpisahan mereka. Setelah mengirimkan pesan itu, Evan menyalakan mobilnya dan pulang.

***

Ting!

Jihan menoleh. Ia belum tidur. Menghabiskan malam sambil minum soda dan menangis. Rambutnya berantakan, make up-nya sudah berubah jadi make up Halloween bajunya kusut tak karuan. Tapi ia tak tidur. Ia menangis karena Evan begitu tega pada dirinya, ia menangis karena begitu mudahnya memberikan apapun pada Evan. Ia menangis karena dulu mereka begitu bahagia.

Sambil menarik ingus dan mengusap air mata, Jihan mengambil iPhone. Melihat pesan yang muncul pada dini hari ini rupanya dari orang yang begitu jahat padanya.

"Evan menyebalkan. Evan jahat,"

Jihan melemparkan iPhone-nya ke kasur. Menenggelamkan wajah ke bantal dan menangis lagi.

***

Tus putus putus tus tus.

Pada nangkep gak kenapa Evan 'mau' sama Andrea?

Rain on My Parade - END (GOOGLE PLAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang