40

16.5K 1.2K 63
                                    

"Boleh gabung?" Evan tiba-tiba muncul saat Jihan dan Vino makan malam keesokan harinya.

"Nggak lah," kata Vino cepat. "Lo gak punya temen lain?"

"Temen bisnis," Evan mengangkat bahu. "Bukan tipe yang mau gue ajak makan bareng,"

"Ya udah makan sendirian aja," Vino melengos lalu melanjutkan makan.

"Sini, Van," kata Jihan datar, menggeser kursi di sebelahnya.

"Hei, hei," Vino langsung sewot. "Di sebelah gue aja,"

Evan tersenyum pelan lalu menggeser kursi di samping Vino. Dia duduk dan mulai makan. Ditatapnya Jihan yang tak berkomentar apa-apa.

"Sudah sehat kamu, Yang, eh, Jihan?"

Vino langsung melotot saat Evan keceplosan memanggil 'Yang' pada Jihan.

"Sudah mendingan,"

"Syukurlah,"

"Dia sakit gara-gara lo tuh. Ganggu mulu," ejek Vino.

"Lalu panasnya reda gara-gara siapa?" Evan balik bertanya.

"Aku pulang duluan," Jihan mendadak menggeser kursinya dan bangkit.

"Eh?" Kedua pria itu keheranan. Makan mereka belum selesai tapi Jihan sudah pergi begitu saja.
Vino menyeruput minumannya lalu mengikuti Jihan. Sedangkan Evan mengelap mulutnya dulu lalu berdiri.

"Kamu mau kemana?" tanya Evan lebih dulu. Vino meliriknya kesal. Baru sadar bahwa ia selama ini masih memanggil Jihan dengan sebutan 'lo'. Seakan mereka masih berteman saja, bukannya pacaran.

"Kamu mau kemana, Jihan, baby?"

Jihan berhenti, menoleh menatap Vino lalu mengernyit.

'Oke, cari panggilan lain,' bisik Vino dalam hati.

"Makan sendiri aja di apartemen daripada ngeliat dua cowok berantem kayak cewek," kata Jihan ketus.

Vino dan Evan berpandangan. Keduanya berdeham.

"Oke, aku temani ya," Vino menawarkan diri. Mensejajari langkahnya dengan Jihan.

"Gak usah," Jihan lanjut berjalan. Di belakang mereka Evan mengikuti.

Langkah Jihan mendadak berhenti saat melewati McD. Ia menatap penuh harap lalu berjalan masuk. Tentu saja Evan dan Vino ikut.

"Eits! Gak ada yang boleh ikut aku selama kalian berdua masih suka berantem,"

Vino dan Evan berpandangan. Vino mendelik sebenarnya tapi ia memilih diam. Evan juga. Jihan memgangguk setuju dan masuk. Menuju konter memesan Big Mac dan Apple Pie. Evan dan Vino sudah akan berebut membayari  makan Jihan namun Jihan menghujani mereka dengan tatapan galak. Akhirnya mereka ikut memesan dalam diam dan juga makan dalam diam. Sama-sama belum kenyang karena makanan sebelumnya tidak sempat mereka sentuh dengan benar.

Jihan makan sambil memainkan iPad-nya. Membaca beberapa hal, berita, atau grup WhatsApp tim di kantornya. Antara Vino atau Evan sebenarnya sudah ingin berbicara. Tapi mereka sadar bahwa sepertinya hanya akan menimbulkan kekesalan Jihan lagi.

"Pulang, Han?" tanya Vino setelah makanan mereka habis dan Jihan membereskan barangnya.

"Ya,"

Vino menatap Evan dengan pandangan senang. Kali ini Evan tidak perlu mengikuti mereka lagi.

"Aku ikut antar kamu ke apartemen ya?" Evan menawarkan. Vino langsung melotot. Jihan menatap Evan, lalu ganti memandang Vino. Ia menggeleng kuat-kuat.

"Gak usah, Van. Ada Vino," jawab Jihan datar.

Vino langsung melonjak kegirangan.

"Oh gitu,"

Jihan dan Vino berjalan bersama keluar dengan Evan mengikuti di belakang mereka. Di luar, Vino merangkulkan tangannya ke pinggang Jihan. Bahkan sempat mencium kepala Jihan, sadar Evan memperhatikan mereka.

Dan lagi, Evan cuma bisa diam.

***

"Aku gak suka kamu baik sama Evan," ujar Vino tepat sebelum Jihan menekan kode kamarnya.

Jihan menghentikan gerakannya, berbalik kepada Vino.

"Kenapa jadi aku-kamuan gini?"

Vino menggeleng. "Kamu aja sama Evan masih sebut aku-kamu. Sekarang aku yang pacar kamu, gak boleh kayak gitu?"

Jihan memutar bola matanya. "Oke. Lalu?"

"Pernyataan aku jelas. Aku gak suka kamu baik sama Evan."

"Aku cuma ijinin dia makan bareng kita. Gak boleh emangnya?"

"Secara teknis ya gak boleh,"

"Oke. Lalu apa lagi yang gak boleh aku lakukan sama Evan?"

"Semua hal gak boleh. Mau cuma kasih tusuk gigi, kalau sama Evan ya gak boleh,"

Jihan mengernyit.

"Terserah kamu deh Vin," Jihan berbalik dan melanjutkan memasuki kamarnya.

"Kamu masih suka sama Evan kan? Masih sayang?"

"Gak penting deh Vino," tutur Jihan tanpa memandang Vino. Menutup pintu di hadapan pacarnya.

***

Mana suaranya #TeamEvan dan #TeamVino ?

Btw, dibanding panggil 'thor', kalian boleh panggil 'Amy' aja lho :))

Xoxo

-QueenAmy48

Rain on My Parade - END (GOOGLE PLAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang