34

16.3K 1.2K 6
                                    

31 Desember 2016

"Anakku putus dengan anakmu," kata Farah Husen di telepon.

"Betulkah? Kapan?" Talina Dirga memandang ke arah pintu kamar putranya.

"Sepertinya tadi malam. Jihan pulang lebih dulu dari acara kantor papanya. Begitu aku lihat tadi pagi, kondisinya mengenaskan. Dia terlihat seperti habis menangis,"

"Itu menjelaskan kenapa putraku juga terlihat menyedihkan. Aku kira dia pulang dini hari karena mabuk-mabukan dengan teman-temannya,"

"Sepertinya dia pulang dari rumahku. Satpam bilang ada mobil yang diam di depan rumah kami sampai dini hari,"

"Bisa jadi," Talina diam.

"Aku tidak pernah melihat Jihan seperti ini. Pertama kali dia putus dengan Evan, dia berendam di kamarnya sampai hampir pingsan. Kedua kalinya, dia menangis tidak berhenti."

"Aku ingin membela putraku. Tapi aku sendiri tidak tahu kondisinya seperti apa,"

"Aku akan menjauhkan Jihan dari Evan. Entah sampai kapan. Kuharap kamu mau bekerja sama,"

"Oke, Farah," seorang Talina Dirga yang biasanya galak, kali ini hanya bisa menurut.

***
1 Januari 2017

"Menurut Jihan, dia melihat Evan berciuman dengan wanita lain,"

"Betulkah?" Talina terkejut. "Siapa?"

"Andrea. Teman kantor Evan. Kamu kenal?"

"Tidak,"

"Yah begitulah ternyata," Farah menghela nafas.

"Evan seperti orang gila disini. Bolak balik kesana kemari. Mencari informasi keberadaan Jihan."

"Dan kamu akan memberitahunya bahwa Jihan ada di Singapura?"

"Tidak. Dia juga harus mendapat pelajaran atas kelakuannya menduakan perasaan seorang gadis,"

"Bagus,"

***
5 Oktober 2017

"Farah," terdengar suara Talina seperti habis menangis.

"Ya?" Farah menghentikan makannya sejenak, memberi isyarat pada suaminya bahwa ada telepon penting.

"Bisakah kamu memberi tahu aku dimana Jihan berada sekarang?"

Farah mengernyit. Hampir setahun Jihan bersembunyi dari Evan dan Talina juga tidak pernah bertanya hal ini.

"Kenapa tiba-tiba?"

"Evan... Aku.. aku sepertinya kehilangan dia. Evan hanya bekerja bekerja dan bekerja. Dia tidak pernah mau makan. Hanya rokok dan kopi. Makan pun hanya sedikit. Bekerja lebih dari 12 jam sehari. Dia sudah seperti mayat hidup, Farah," Talina terisak.

"Dan menurutmu Evan akan baik-baik saja setelah bertemu Jihan?"

"Ya. Tolonglah. Hanya kamu yang tahu Jihan ada dimana,"

"Maaf Talina. Tapi tidak. Untuk pertama kalinya Evan yang harus berjuang mendapatkan putriku,"

***

13 Maret 2018

"Evan akhirnya pergi ke Tokyo, kau tahu?" Talina memainkan cangkir kopi di depannya.

"Betulkah?" tanya Farah.

Talina mengangguk. "Dia dimutasi ke kantor pusat Astro di Jepang. Melihat untuk saat ini ia tidak bisa mendapat jabatan lebih dari seorang Deputi Direktur. Di sana ada posisi yang lebih baik untuk dia,"

Farah diam saja.

"Aku rasa aku benar-benar kehilangan putraku ya? Evan yang sudah tidak seperti Evan. Tidak mau makan kalau tidak disodorkan makanan ke depan wajahnya dan dijejalkan ke dalam mulutnya. Evan yang sudah tidak lagi tertawa meski ada lelucon diucapkan di depannya. Evan yang dulu kalau kupeluk rasanya menghangatkan, sekarang seperti memeluk tiang listrik. Sebegitu dahsyatnya kah dampak putus dari Jihan?"

"Aku juga kehilangan putriku satu-satunya. Dia tinggal begitu jauh dari aku setelah selama ini kami selalu bersama. Tapi sedikit demi sedikit Jihan sudah mulai kembali jadi dirinya. Evan juga seharusnya seperti itu..." Farah mencoba menenangkan.

"Disini saja kondisi Evan sudah seperti itu. Apalagi tanpa pengawasanku," Talina terisak pelan.

"Kamu tidak mengirimkan pembantu atau apapun?"

"Ada asisten rumah tangga yang tinggal untuk merawat kebutuhannya. Tapi Evan pasti bisa lebih keras menolak mbok daripada menolak aku. Yang jelas suamiku mengirimkan shadow bodyguard untuk memastikan keamanannya,"

"Aku ingin bertanya satu hal," Farah berkata pelan. "Apakah Evan sudah dekat lagi dengan perempuan?"

Talina mendengus. "Menurutmu dia punya keinginan untuk itu? Perempuan yang ada di pikirannya cuma seorang Jihan. Yang sekarang entah ada dimana."

***

27 Juli 2018

Farah masuk ke rumah dan disambut Bik Popo.

"Ada lagi, Bu," kata Bik Popo.

Farah menerima paket tersebut. Sebuah snowglobe dari Tokyo beserta surat. Pengirimnya Evan Dirga.

"Terima kasih, Bik," Farah tersenyum lalu beranjak ke atas.

"Gak coba kasih tau Non Jihan Bu?"

Farah diam, berpaling kepada Bik Popo dan menggeleng. "Belum, Bik. Kalau memang takdir, Evan akan menemukan Jihan,"

***

Rain on My Parade - END (GOOGLE PLAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang