Dentuman musik yang terdengar sejak tiga jam lalu akhirnya berakhir tepat pukul satu malam. Satu per satu mulai meninggalkan ruangan setelah mengucapkan selamat dan berpamitan pada sang b'day boy.
"Sejak kapan kau berhenti minum?"
Jiyong menutup pintu lalu berjalan menuju salah satu kursi sudut. "Kenapa? Kau tidak senang?"
Perempuan itu menggeleng. Ia mengambil duduk di samping kanan Jiyong. "Hanya heran. Alkohol dan Kwon Jiyong setahuku adalah teman baik. Mengapa sekarang mereka seperti bermusuhan?"
Jiyong tertawa kecil. "Perubahan terjadi saat kau tidak ada, Audrie."
"Benarkah?" Kiko terdiam sesaat. "Kalau begitu aku harus mengenalmu kembali. Aku terlalu lama menghilang dari kehidupanmu."
"Kau memiliki banyak waktu untuk itu." Jiyong menganggukkan kepalanya perlahan. "Tentang pesta hari ini. Aku belum mengucapkan terima kasih padamu. Kau seharusnya tidak melakukannya, Audrey. Aku tahu kau sedang sibuk."
"Aku ingin, Jiyong." ucap Kiko tegas. "Lagipula bukan hal yang sulit untuk mengumpulkan para sahabatmu. Jadwal mereka memungkinkan untuk datang malam ini. Jadi bisa dikatakan kalau keberuntungan sedang berpihak kepadaku. Kau suka, kan? Anggap saja ini hadiah kecil dari mantan kekasih yang ingin menjadi temanmu lagi."
"Ingin menjadi teman? Hanya itu?" goda Jiyong.
Kiko menghabiskan minumannya. "Menurutmu?"
Jiyong mengangkat bahu. "Haruskah aku menjawabnya?"
"Jangan! Aku tidak ingin sakit hati."
Jiyong kontan tertawa. "Kau akan pulang sekarang?Aku bisa mengantarmu."
"Bagaimana dengan mobilmu?"
"Yongbae bisa membawanya seperti tadi. Aku bisa kembali ke hotel naik taksi."
"Baiklah. Tunggu sebentar. Aku akan bersiap."
Jiyong mengangguk. Kedua matanya memperhatikan sosok Audrie yang kini berjalan mengambil tasnya. Hari ini ia dikejutkan dengan pesta yang ternyata dipersiapkan oleh mantan kekasihnya. Ia dan membernya telah berada di Jepang sejak dua hari lalu untuk kepentingan jadwal mereka. Dan, tadi, Kiko mengajaknya bertemu untuk makan malam bersama. Bersama dalam arti mengajak para membernya juga. Tak dinyana, ketika masuk ke dalam café -yang ia ketahui pemiliknya adalah teman baik Kiko- semua para sahabatnya sudah menunggu dengan Kiko yang membawa kue tart bertahtakan lilin berangka dua dan tujuh.
"Hei! Aku sudah siap!"
Jiyong bangkit berdiri. "Kita ke Yongbae dulu. Aku takut mereka menungguku."
'Laporan' yang disampaikan Jiyong hanya ditanggapi anggukan kecil dari sang sahabat. Bukannya ia tidak menyadari dengan sikap yang ditunjukkan oleh Yongbae. Sepanjang pesta, ia berubah laiknya seperti seorang ibu yang tengah mengawasi putranya dibawah umur. Keningnya berkerut dengan tatapan mata yang menyipit saat Jiyong turun ke lantai dansa bersama Kiko. Jiyong sadar jika Yongbae masih sedikit menaruh curiga atas hubungannya dengan Kiko. Satu hal yang membuat Jiyong tidak memahaminya. Apa dimata Yongbae tindakannya ini salah? Ia dan Kiko sama-sama tidak terikat oleh siapapun. Ia pun tidak menjanjikan apa-apa kepada Kiko. Lantas, dimana kah letak kesalahannya?
"Kau dan Taeyang sedang bertengkar?"
Jiyong melirik sekilas kepada Kiko lalu memusatkan kembali perhatiannya pada jalan yang ada di depannya. "Kenapa kau bertanya seperti itu?"
"Aku hanya merasa kalian berbeda."
Jiyong menggeleng. "Tidak apa-apa. Kami hanya sedikit berselisih paham."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Journey
FanfictionDua anak manusia yang terlalu rumit hanya untuk saling memiliki. Bersembunyi hanya untuk saling merengkuh dan mengucap kata cinta. Haruskah mereka menyerah saat dunia seakan terus menyerang? Atau, tetap melawan meski harus mati? Terkadang, c...