"Berdasarkan hasil dari beberapa tes yang sudah kita lakukan, saya menyimpulkan bahwa Taeyeon-ssi menderita Hyperemesis Gravidarum."
"Ne?"
Dokter setengah baya itu mengangguk. "Mual dan muntah di masa kehamilan dengan frekuensi dan gejala yang jauh lebih parah daripada morning sickness. Pada morning sickness, mual dan muntah biasanya hanya berlangsung dalam 14 minggu pertama periode kehamilan dan umumnya dialami di pagi hari. Namun, pada kasus hiperemesis gravidarum, mual atau muntah bisa terus berlangsung lebih dari 14 minggu atau bahkan hingga bayi lahir. Gejalanya pun bisa muncul sepanjang hari dan bukan di pagi hari saja. Sakit kepala, pandangan berputar saat berdiri dan tubuh lemas atau bahkan pingsan seperti yang Taeyeon-ssi alami memang gejala umum dari HG tersebut. Saya akan memberikan obat anti mual serta vitamin untuk Taeyeon-ssi serta berkonsultasi dengan Nutritionist untuk asupan makanannya. Untuk saat ini pemberian IV harus dilakukan agar dapat mengganti cairan tubuh yang hilang."
"Apa penyebab dari HG ini, dok?" tanya Jiyong.
"Sampai sekarang tidak diketahui secara pasti penyebab dari HG tersebut, walaupun begitu perubahan hormon HCG dalam darah bisa menjadi faktor yang mempengaruhinya." ia melayangkan senyum kepada Taeyeon. "Saya sarankan agar anda jangan terlalu banyak pikiran. Kondisi psikis anda akan sangat mempengaruhi kesehatan anda juga calon bayi anda. Saya permisi dulu, Taeyeon-ssi, Jiyong-ssi. Selamat beristirahat."
"Kamsahamnida."
Sepeninggal dokter Jiyong kembali mengalihkan perhatiannya pada Taeyeon. "Baby, apa..."
"Boo..." satu sosok menyembul dari balik pintu membuat kalimat Jiyong terhenti.
"Oh? Fany-ah? Kenapa kau disini?" Taeyeon mengerutkan kening sembari meminta sahabatnya untuk masuk lewat isyarat tangannya. "Bukankah liburanmu sampai bulan depan?"
Perempuan berambut blonde itu menggelengkan kepala. Ia membungkuk kecil pada Jiyong lalu duduk di samping tempat tidur. "Aku rindu padamu."
Tayeon terkekeh. "Kau harusnya menghabiskan waktu luangmu dengan baik, bukan malah mempercepat kepulanganmu."
"Baby, aku keluar sebentar," Jiyong mengusap kepala Taeyeon lalu mendaratkan ciuman di keningnya. "Tolong jaga dia dulu, Fany-ah."
"Siap laksanakan, Oppa!"
Tiffany menunggu sampai Jiyong keluar dari kamar. Ia menghela napas panjang lalu menggenggam tangan kanan Taeyeon. Menyadari sepenuhnya akan tidak adanya respon dari sahabatnya tersebut kepada suaminya.
"Jessica mengatakan kalau aku akan mendapatkan keponakan baru? Apa benar?"
Taeyeon tersenyum sembari menganggukan kepalanya. "Dia sudah bersamaku selama lima minggu, tetapi aku sama sekali tidak tahu," Taeyeon terdiam sejenak. "Aku pikir gastritisku kambuh lagi karena pola makanku sedikit berantakan."
"Sunny sudah menceritakan semuanya padaku. Tentang kasusmu juga apa yang terjadi padamu dan Jiyong Oppa. Aku sedikit lega karena pelaku teror itu berhasil mereka tangkap."
"Uhm. Semoga saja kejadian ini tidak terulang lagi."
Tiffany memgusap tangan Taeyeon dengan ibu jarinya. "Taeyeon-ah, aku sangat mengerti kalau kau tidak ingin membebani orang lain atas apapun yang terjadi padamu, tetapi kau harus ingat ada Jiyong Oppa yang sekarang menemanimu. Berbagi dengannya, Taetae. Biarkan dia untuk masuk ke dalam hidupmu sepenuhnya. Aku tahu kalau semuanya itu butuh proses, tetapi aku mohon jangan sampai sikapmu itu membahayakan dirimu sendiri. Aku tidak akan mengizinkannya, Taetae, terlebih lagi ada dia yang harus kau jaga. Kau mengerti maksudku, kan?"
"Aku mengerti." Taeyeon mengerjapkan kedua matanya. Mengusapnya pelan dengan tangan kirinya.
"Kenapa? Kau mengantuk?" Tiffany tertawa kecil melihat kelakuan sahabatnya. "Aku tidak percaya kau akan menjadi seorang ibu, Taetae," ia berdiri dari posisi duduknya. "Aku akan menurunkan ranjangmu agar kau bisa berbaring."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Journey
FanfictionDua anak manusia yang terlalu rumit hanya untuk saling memiliki. Bersembunyi hanya untuk saling merengkuh dan mengucap kata cinta. Haruskah mereka menyerah saat dunia seakan terus menyerang? Atau, tetap melawan meski harus mati? Terkadang, c...