"Baiklah, apa kalian sudah siap?" Dokter Kang bertanya pada Taeyeon yang sedang berbaring. Jiyong berdiri di sampingnya seraya menggenggam tangan kanannya.
"Kami bisa mendengarnya?" tanya Jiyong.
Dokter Kang mengangguk. Ia menggerakan batangan doppler ke sekitar permukaan perut Taeyeon yang sudah dilapisi ultra sound gel. Tak butuh waktu lama terdengar gelombang suara yang cukup keras. Menggema dan membuat kedua mata Taeyeon terbeliak kaget. "Itu..."
"Suara detak jantung bayi kalian." ucap Dokter Kang.
"Oh Tuhan..." Jiyong mendekatkan posisi tubuhnya ke arah Taeyeon. "Uri aegi.."
"Uhm. Bayi kita, Jiyong." Taeyeon memandang suaminya dengan mata yang berkaca-kaca. Ia tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Suara itu sudah ia nantikan sejak bulan lalu.
"Bayi kalian tumbuh dengan sehat." Ujar Dokter Kang. "Apa kalian ingin mengetahui jenis kelaminnya sekarang?"
Jiyong menggeleng. "Kami ingin menjadikannya kejutan sampai akhir. Mengetahui aegi sehat dengan organ yang sempurna sudah lebih dari cukup untuk kami."
"Jika itu yang kalian inginkan maka akupun akan sabar menunggu," Dokter Kang tersenyum. "Aku akan menemanimu sampai aegi terlahir ke dunia dengan selamat."
"Terima kasih."
Beberapa menit kemudian keduanya duduk sembari menunggu Dokter Kang yang tengah membaca hasil dari kondisi Taeyeon. Sebelumnya, Taeyeon telah selesai melakukan screening down syndrome. Tes yang biasa dilaksanakan pada usia kehamilan 12 minggu untuk mendeteksi ada tidaknya kelainan otak pada janin.
"Walaupun berat badan janin sudah normal tapi baiknya kita harus berupaya agar sang ibu mengalami hal yang sama. Satu bulan ini kita akan terus berusaha karena bobot tubuhmu masih kurang, Taeyeon-ah."
"Apa ini akan membahayakan aegi?"
"Tidak terlalu, tetapi kita akan mengusahakan agar kondisimu terus membaik. Apa kemarin kau berhasil menghabiskan makan malammu?"
Taeyeon menggeleng. "Hanya enam suap saja."
"Dan setelahnya dia muntah tiga kali." timpal Jiyong.
"Kasus Taeyeon memang seperti itu, Ji," Dokter Kang diminta oleh keduanya untuk berkomunikasi secara non formal. Seringnya bertemu menjadikan ketiganya dekat seperti keluarga. "Jangan menyerah! Kita tetap bisa mengatur siasat agar asupan makanannya tetap terjaga. Yang penting kau jangan sampai stress dan kelelahan. Mengerti?"
Taeyeon mengangguk. "Apapun akan aku lakukan agar aegi tetap sehat."
"Kau pun harus sehat, Mama Taeyeon. Aku tidak bisa berjanji tetapi kau bisa ikut perform bulan depan apabila kondisimu jauh lebih baik."
"Tidak apa-apa. Hari ini kami akan ke SM untuk mendiskusikannya dengan managerku."
"Carsick yang kau alami sudah tidak terlalu menganggu?"
"Sudah agak membaik dibandingkan kali terakhir aku kesini."
"Baiklah. Hati-hati di jalan dan sampai jumpa dua hari lagi."
********************************************
Harapan Taeyeon ternyata belum sepenuhnya terwujud. Sepanjang perjalanan kepalanya pening disertai rasa mual. Jiyong seringkali melirik dengan tatapan cemas. Dia meminta Taeyeon untuk tidur karena istrinya itu tetap ingin menemui managernya. Taeyeon merasa sudah terlalu lama meninggalkan kewajibannya, walaupun sang manager berulang kali mengatakan agar dia tetap diam di rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Journey
FanfictionDua anak manusia yang terlalu rumit hanya untuk saling memiliki. Bersembunyi hanya untuk saling merengkuh dan mengucap kata cinta. Haruskah mereka menyerah saat dunia seakan terus menyerang? Atau, tetap melawan meski harus mati? Terkadang, c...