Benar apa yang dikatakan orang bahwa siapapun tak akan ada yang bisa melawan takdir. Bertanyalah tentang hal itu pada Kim Taeyeon. Tujuh tahun lalu dia tidak lagi berpikir atas dirinya dan tak ingin berharap cinta yang telah hilang. Hidupnya ia serahkan untuk member dan grupnya. Waktunya ia habiskan dengan bergelut pada pekerjaan. Kata istirahat menjadi sesuatu yang paling dia hindari karena diamnya akan menghadirkan beribu pikiran yang paling dia takuti. Menghantui dan mendengungkan tentang berbagai kemungkinan, penyesalan, juga kerinduan yang sering dia sangkal. Taeyeon membiarkan hatinya beku bersama dengan sosok Jiyong yang dia lepaskan.
Namun, Jiyong kemudian datang kembali dan mencoba merobohkan dinding pertahanan yang ia bangun. Lima tahun dia menganggap akan baik-baik saja tetapi kehadiran Jiyong ternyata mampu menggoyahkan hatinya. Dalam sekejap membalikkan keadaan dengan serangkaian hal gila yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Keinginan kuat Jiyonglah yang akhirnya membuat dia kalah dan Taeyeon sangat berterima kasih karenanya. Dia tidak akan menjadi pendamping hidup Jiyong dan merasakan kebahagiaan kalau saja dulu Jiyong memilih untuk menyerah.
"Aegi-ya, apa yang ingin kau lakukan selagi menunggu appa?"
Taeyeon mengusap perutnya sembari duduk bersandar di tempat tidur. Kebiasaan kecil ini biasa dilakukannya apabila Jiyong berada di kamar mandi setelah pulang dari agency.
"Umma bernyanyi untukmu lagi seperti kemarin? Arraseo.."
Banjjak banjjak jageun byeol
Areum dabge bichine
Dongjjok haneul eseodo
Seojjok haneul eseodo
Banjjak banjjak jageon byeol
Taeyeon tiba-tiba meringis pelan dan menghentikan lantunannya. "Aegi, apa kau baru saja menendang umma? Kau suka, nak?"
Seakan mengerti Taeyeon merasakan lagi pergerakan di perutnya. Hatinya seketika membuncah karena baru kali inilah sang calon buah hati benar-benar menunjukkan gerakan yang kuat. Dokter Kang telah mengatakan padanya minggu lalu kalau pada kehamilan pertama gerakan janin baru bisa terjadi pada usia kehamilan 25 minggu. Dan kini hal menakjubkan itu dirasakan sendiri olehnya.
Taeyeon kembali bernyanyi dan lagi-lagi gerakan itu terasa. Ia mengusap perutnya dengan senyum haru yang menghiasi wajahnya.
"Baby, wae?"
Jiyong berjalan ke arahnya seraya mengerutkan kening. "Waeyo?" ulangnya.
"Kemari, Jiyong! Palli!"
Taeyeon meraih tangan kanan suaminya lalu meletakkan di atas perutnya. "Aegi-ya, Appa sudah datang."
"Huh?"
"Sebentar,"
Banjjak banjjak jageun byeol
Kedua mata Jiyong membulat. "Baby, aegi..."
"Aegi sepertinya suka jika aku bernyanyi," Taeyeon meletakkan tangannya di atas tangan Jiyong.
"Benarkah? Siapapun memang akan jatuh hati mendengar suara umma."
"Sekarang aegi sudah bisa bermain bersama kita."
Jiyong mendekati Taeyeon lalu mencium keningnya. "Terima kasih, Baby."
***************
"Aku dulu."
"Tidak! Aku dulu!"
"Aku lebih tua darimu, Kwon Yuri!"
"Kau harus mengalah pada yang lebih muda, Kim Hyoyeon."
"Berisik sekali! Minggir! Kalian berdua harus mengalah padaku!
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Journey
FanfictionDua anak manusia yang terlalu rumit hanya untuk saling memiliki. Bersembunyi hanya untuk saling merengkuh dan mengucap kata cinta. Haruskah mereka menyerah saat dunia seakan terus menyerang? Atau, tetap melawan meski harus mati? Terkadang, c...