"Kalau begitu aku berangkat sendiri saja, Oppa. Gwaenchana. Kau langsung pulang saja. Lagipula, nanti hanya sekadar pertemuan dengan juri tamu lainnya." Perempuan berambut dark brown itu berjalan menuju tempat tinggalnya. Ia mengalihkan ponselnya ke tangan kiri dan menekan deretan password dengan tangan kanannya. "Arraseo, Oppa. Aku sudah sampai. Ne. Nanti aku hubungi lagi."
"SURPRISE!!!!!!"
Tubuhnya terhenyak ketika tiba-tiba terdengar teriakan dari batas pintu. "Yaaa!!!! Kalian ingin aku mati?!!" ucapnya dengan tangan kanan menyentuh bagian jantungnya yang berdetak kencang.
"Unni..... Bogoshipo!!!!"
"Manitoku!!!!"
Dua maknae bergegas mendekati sosok mungil itu. Mereka memeluknya dari samping kanan dan kirinya.
"Ya ampun! Seo! Yoong! Jangan memeluk midget terlalu erat!" Sooyoung terbahak melihat Taeyeon yang seakan menghilang diantara dua membernya. "Peluk dia bergantian."
"Omo... maafkan aku, Unni." Seohyun melepaskan pelukannya. "Aku terlalu rindu padamu."
"Chankanman," Taeyeon mengerutkan kening. "Mengapa kalian semua bisa ada disini?"
"Kau tidak senang?" tanya Sunny.
"Bukan begitu. Aku hanya terkejut, Sunny-ah."
"Ayo, Unni. Kita ke dalam saja." Yoona merangkul bahu Taeyeon dan mengajaknya ke ruang tv.
"Taetae? Kau sudah pulang?'
Taeyeon menoleh ke asal suara. Sang sahabat keluar dari kamar mandi dengan wajah kesal. "Miyoungie?"
"The one and only!" Ia mendekati Taeyeon dan berdiri di depannya. Kedua tangannya bersilang di depan dada. "Kau kenapa tidak menjemputku di bandara? Bukannya aku sudah memberitahumu akan pulang hari ini pukul sebelas siang?"
Yoona melepaskan diri dan mengajak Seohyun untuk duduk di sofa. Mereka tahu jika hellfany akan segera muncul.
Taeyeon menepuk keningnya. "Mianhae, Fany-ah... proses recordingku lebih lama dari perkiraan. Aku lupa menjemputmu."
Tiffany mendesah kasar. "Dari pukul berapa kau di studio?"
"Hmmm... 8 pagi."
"Sekarang pukul berapa?"
Taeyeon melirik jam ponselnya. "2 kurang 10 menit."
"Kau sudah makan siang?" Taeyeon menggeleng. Kepalanya menunduk menyadari kalau gadis di hadapannya akan marah.
"Berapa usiamu tahun ini?"
"Mwo?" Taeyeon mendongak. "Usiaku?"
"Jawab saja."
"Sebentar," Taeyeon berpikir sejenak. Sejak dulu dia paling lemah jika sudah diberi pertanyaan perihal umurnya. "31?"
"Benar. 31. Dan kau tidak harus selalu diingatkan untuk jadwal pola makanmu, kan? Sudah berapa hari kau selalu terlambat makan? Bukannya minggu lalu rhinitismu kambuh?"
"Fany-ah, kita tidak bertemu hampir satu tahun dan kau sekarang malah memarahiku." Taeyeon mengerucutkan bibirnya. "Aku janji tidak akan mengulanginya lagi. Jangan marah..."
Para member yang menjadi penonton menahan tawa melihat dua sahabat mereka. Taeyeon tetap saja seperti anak kecil yang dimarahi ibunya apabila berhadapan dengan amukan Tiffany.
"Aku akan menghangatkan makanan untukmu. Cepat sana ganti pakaianmu!"
Wajah Taeyeon langsung berganti cerah. "Gomawo, Fany-ah." Ia memeluk singkat lalu berlari ke kamarnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Journey
FanfictionDua anak manusia yang terlalu rumit hanya untuk saling memiliki. Bersembunyi hanya untuk saling merengkuh dan mengucap kata cinta. Haruskah mereka menyerah saat dunia seakan terus menyerang? Atau, tetap melawan meski harus mati? Terkadang, c...