"Jangan bangunkan dia!"
"Tapi sebentar lagi kita sampai, Yoong."
"Kita bisa meminta tolong oppa untuk membawa Taeyeon Unni ke dalam."
"Dia pasti marah."
"Lalu, kau lebih memilih tidurnya terusik lagi?"
"Bukan begitu..."
"Hussstt.... Jangan keras-keras! Kalian ini."
"Sooyoung Unni yang mulai," gadis bermata rusa itu menoleh ke belakangnya. "Kau setuju denganku, kan, Unni? Kita tahu sendiri kalau dia kurang sekali tidur satu minggu ini."
"Aku tahu," jawab Tiffany.
"Nah! Benar, kan?" Yoona mengalihkan pandangannya ke arah Sooyoung yang duduk disamping Tiffany. "Karena itu biarkan dia beristirahat, Unni."
"Aku hanya tidak mau Taeyeon marah pada kita. Dia bisa melanjutkan tidurnya di dorm nanti."
"Unni...." panggil Yoona dengan nada setengah kesal. "Kupastikan jatah makan siangmu berkurang kalau kau tetap membangunkan Taeyeon Unni!"
"Yaaaa!!!"
"Choi Sooyoung. Im Yoona. Jangan bertengkar!"
Sooyoung dan Yoona langsung terdiam. Keduanya saling melempar pandang. "Kau sudah bangun, Unni?" tanya Yoona pada perempuan yang duduk di sebelahnya.
"Sudah." Taeyeon perlahan menegakkan posisi duduknya. Mengambil bantal dari balik kepalanya yang tadi ia gunakan untuk sandaran.
"Berarti jatah makanku jangan kau ambil, Yoong. Taeyeonnie sudah bangun." Sooyoung meleletkan lidah yang dibalas dengan tatapan jengkel Yoona.
Taeyeon terkekeh kecil. Ia sebenarnya tidak tertidur, hanya saja denyutan kepala sebelah kiri yang dirasakan sejak di pesawat tadi semakin menyiksanya. Dia hanya berpura-pura tidur agar membernya tidak mencemaskan dirinya.
"Lanjutkan istirahatmu di dorm, Tae." ucapTiffany. "Kau memang butuh tidur."
Taeyeon hanya menggumam. Satu minggu sebelum keberangkatan mereka ke Jakarta, tidur malamnya selalu tertahan. Ponselnya terus berdering dari nomor-nomor yang tak dia kenal. Awalnya, ia masih melayani panggilan tersebut dan menyapa penggemarnya. Namun, besok malamnya, nomor yang menghubunginya semakin banyak dan terus berlangsung sampai pagi. Ia bisa saja mengganti nomornya, tapi Taeyeon kemudian sadar kalau itu bukan hal mudah karena menyangkut pada pekerjaannya juga.
"Kita sampai..."
Van yang dikemudikan oleh manager mereka akhirnya terparkir di basement. Yoona membuka pintu lalu keluar diikuti oleh Sooyoung, Tiffany dan Taeyeon. Member lain yang mengendarai van satunya lagi terlihat keluar di belakang mereka.
"Aku minta cemilan..."
Saat masuk ke dorm, Sooyoung langsung menyerbu lemari kabinet setelah melempar asal tasnya.
"Unni..... Jangan habiskan semuanya!"
"Ya Tuhan.... Yoong! Soo! Bisakah kalian berdamai sebentar saja?" tanya Tiffany. "Makanan masih banyak untuk kalian makan berhari-hari."
Taeyeon lagi-lagi hanya tertawa kecil melihat kelakuan kedua membernya. Ia masuk ke dalam kamar dan duduk di tepi tempat tidur. Sakit kepalanya tak kunjung membaik. Serasa ada yang memukul dinding tengkoraknya. Belum lagi nyeri yang menjalar dari leher sampai bahunya.
Uurrrrggghhh... Taeyeon memejamkan mata saat denyutan di kepalanya kembali menghantam. Susah payah, ia berjalan membuka lemari untuk mengganti pakaian. Ia harus keluar agar para membernya tidak tahu kalau dia sedang sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Journey
FanfictionDua anak manusia yang terlalu rumit hanya untuk saling memiliki. Bersembunyi hanya untuk saling merengkuh dan mengucap kata cinta. Haruskah mereka menyerah saat dunia seakan terus menyerang? Atau, tetap melawan meski harus mati? Terkadang, c...