Chapter 23

2.8K 409 23
                                    

"Cha! Selamat datang kembali di kamarmu tercinta...." Tiffany membantu Taeyeon untuk duduk di ranjangnya. "Sebentar," Ia meninggikan posisi bantal untuk dipakai bersandar. "Kau yakin tidak mau berbaring?"

Taeyeon menggeleng. "Aku sudah bosan berbaring terus-menerus. Gomawo, Fany-ah."

"Simpan tasnya disini saja, Sunbae."

Dari luar kamar terdengar suara Sunny. "Kau temui saja Taeyeon di kamar."

Tak sampai satu menit Jiyong membuka pintu. Ia mengangguk pada Tiffany lalu berjalan mendekati ranjang.

"Aku keluar dulu, Sunbae." ucap Tiffany. "Terima kasih sudah ikut menjemput Taeyeon."

"Terima kasih juga sudah menyelundupkanku dari manager kalian."

Tiffany tergelak. "Tidak masalah. Kami sudah lumayan cerdik dalam urusan itu." Gadis itu berbalik kembali ketika berada di ambang pintu. "Nanti makan malam bersama kami saja, Sunbae. Aku butuh tenaga tambahan untuk memaksa anak itu makan."

"Yaa!!!!"

Jiyong terkekeh. "Baiklah. Terima kasih sebelumnya."

Sepeninggal Tiffany, Jiyong menyeret kursi kecil dan duduk di samping kiri Taeyeon. Ia melepas topi dan meletakkannya di atas meja nakas.

"Kau narsis sekali."

"Huh?" Jiyong mengerutkan kening. "Wae?"

"Itu," Taeyeon menunjuk ke arah topi dan pakaian yang dikenakan Jiyong.

Jiyong menunduk. Ia memakai long sleeve t-shirt hitam yang merupakan salah satu official merchandise dalam konsernya. Wajahnya yang tercetak warna merah ada di bagian depan. Sesuai konsep dalam albumnya.

"Ini kan persetujuan management. Lagipula para penggemarku menyukainya. Kau mau?"

"Tidak usah. Aku sudah cukup melihat satu wajahmu."

Jiyong terbahak. "Aku tetap akan menyiapkannya untukmu, tetapi sebaiknya kau warna putih saja."

Taeyeon mengangkat bahu. "Terima kasih sudah ikut menjemputku. Maaf sudah merepotkanmu."

"Bukan apa-apa. Lagipula aku memang ingin mengantarmu. Untunglah membermu berhasil membujuk managermu untuk langsung pulang."

Gadis yang tampak sangat mungil di balutan sweater birunya hanya mengangguk. Empat hari dia berada di rumah sakit, empat hari pula Jiyong menemaninya. Entah bagaimana cara membernya untuk mengatur waktu dengan managernya, Jiyong selalu berhasil menjaga di sela-sela jadwalnya, bergantian dengan member sampai malam terakhir dia dirawat.

Bukan hal yang mudah untuk Taeyeon berdekatan dengan Jiyong tanpa bisa menghindarinya. Sikap Jiyong ketika merawatnya masih sama seperti dulu. Ia menyuapi yang seringnya berdebat dahulu karena Taeyeon bersikeras bisa makan sendiri  -walaupun akhirnya dia kalah- dan mengusap-usap puncak kepalanya di saat Taeyeon mengantuk. Tak pernah Jiyoung sekalipun menyinggung tentang masa lalu mereka atau permintaan yang dia tulis lewat suratnya. Hal itu sedikit banyak menenangkan Taeyeon karena ia sama sekali belum siap jika harus berhadapan dengan hati dan perasaannya. Masih banyak yang harus dia pikirkan. Bukan hanya tentang dia, tetapi Jiyong, juga orang-orang di sekitar mereka.

Terlepas dari semua itu, Taeyeon mencoba untuk bersikap lebih hangat kepada Jiyong. Ia sadar akan sangat tidak adil jika laki-laki itu menerima sikap dinginnya, walaupun keputusannya tersebut akan menimbulkan pergolakan hati pada dirinya.

"Ah, ya, aku lupa memberitahumu jika Jessica tadi pagi meneleponmu. Maaf, aku yang menjawabnya ketika kau sedang tidur."

"Jinjja? Apa yang dia katakan?"

Our JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang