Chapter 32

2.5K 321 57
                                    

Taeyeon menghela napas panjang seraya melempar asal ponselnya. Ia mengusap kasar wajah dengan kedua tangannya. Rasa kesal bercampur kecewa lagi-lagi dirasakan saat ia mencoba menghubungi Jiyong. Enam hari sudah suaminya itu tak pulang dan selama itu pula komunikasi keduanya terhenti. Semua pesan yang dikirim Taeyeon hanya dibaca saja pun dengan teleponnya yang tak pernah diangkat dan berakhir di voice mail. Kata maaf sudah beratus kali ia ucapkan tetapi Jiyong seakan tak tergugah. Bertanya tentang keberadaan Jiyong pun menemukan jalan buntu. Semua sahabatnya menggelengkan kepala dan membuat Taeyeon semakin putus asa. Sampai kapan Jiyong tidak ingin berbicara padanya?

Ia kemudian beranjak dari sofa lalu meraih tas juga kunci mobil. Tadi pagi Taeyeon diberitahu oleh managernya tentang kejadian beberapa hari lalu. Dia tidak ikut mengurusnya ke kantor polisi karena sang manager melarangnya. Apapun itu Taeyeon ingin agar semuanya cepat selesai. Belasan tahun berkarir baru kali inilah ia merasa begitu ketakutan atas teror yang dialaminya. Ia sama sekali tak mengerti tentang jalan pikiran orang-orang itu padanya. Apa dia memang begitu buruk sampai-sampai ada yang membencinya sedemikian rupa?

"Taeyeon-ah!"

Seseorang memanggilnya saat ia berjalan menuju pintu depan SM. Taeyeon menunggu sampai sosok itu mendekat padanya.

"Kenapa kau kemari? Bukankah hari ini jadwalmu kosong?"

"Tadinya begitu tetapi oppa memintaku datang untuk mendiskusikan project baru."

"Tawaran menjadi mentor, kan?"

"Kau tahu?"

"Aku mengetahui semua jadwal dan project kalian, Lee Soonkyu."

Sunny memberengut. "Menyebalkan," ia menekan tombol elevator. "Kau mau menemui oppa? Ada perkembangan tentang kasusmu?"

Taeyeon mengangguk. Tak berapa lama elevator terbuka dan keduanya lalu masuk. Lewat pantulan dari kotak logam tersebut Sunny bisa melihat wajah sahabatnya yang lelah. Taeyeon berdiri bersandar dengan mata terpejam.

"Kajja."

Sunny mengamit tangan Taeyeon dan berjalan ke arah ujung koridor. Mereka heran ketika mendapati satu sosok tengah berbicara dengan sang manager.

"Bukankah seharusnya kau meeting dengan produser album?" tanya Taeyeon.

"Diubah jadi nanti sore."

"Lalu kenapa kau disini?" Sunny duduk di depan gadis itu. "Malas pulang lagi?"

"Yup." ia mengalihkan pandangannya kepada laki-laki berkacamata yang duduk di ujung meja. "Jadi, apa yang ingin kau katakan pada Taeyeon?"

"Apa kalian menemukan pelakunya?" tanya Taeyeon.

"Ya. Tadi aku mendapat kabar dari kepolisian kalau pelaku pengirim paket itu sudah mereka tangkap. Ternyata, orang itu sempat bersembunyi sampai ke Jepan dan membuat pihak kepolisian sempat kesulitan untuk melacaknya."

"Siapa dia?" tanya Sunny.

Yeong Deok terdiam sesaat. " Orang yang pernah mencoba membawa lari Taeyeon saat kalian perform dulu."

"Mwo????"

"Dia orang yang sama, Sunny-ah."

Mata Taeyeon terbelalak. Kilasan kejadian itu berputar kembali dalam ingatannya. Taeyeon menggigit bibir bawahnya dan mencengkram erat pergelangan tangannya. Jantungnya berdetak cepat dengn keringat dingin yang mulai membasahi pori-pori kulitnya.

"Gwaenchana, Taeyeon-ah. Kau baik-baik saja. "Sunny memeluknya dari samping. Ia bisa melihat perubahan ekspresi leadernya itu. "Orang itu tak akan menganggumu lagi."

Our JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang