"Baby, apa kau masih ingat pertama kali kita bertemu?"
Taeyeon yang tengah berjalan berkeliling ruangan menoleh pada Jiyong. "Tentu saja."
"Kalau begitu kau juga pasti ingat betapa kakunya saat kau berbicara padaku," Jiyong membereskan semua keperluan Taeyeon dan aegi ke dalam lemari di samping tempat tidur. Mereka sudah satu jam berada di rumah sakit dan menurut penuturan dokter Kang masih butuh waktu banyak sampai kelahiran aegi.
Taeyeon tertawa kecil. "Kau kan orang asing bagiku, Ji. Kalau bukan karena umma mengajak eomeoni makan bersama di rumah, aku tidak akan mengobrol denganmu."
"Lebih tepatnya aku mewawancaraimu, Baby. Kau tidak bertanya balik padaku setiap aku melontarkan pertanyaan padamu."
"Hayeon sudah mewakiliku."
"Karena dia penggemarku! Hanya kau yang tidak mempedulikanku."
"Aigoooo... Kau merajuk? Sungguh Kwon Jiyong?" Taeyeon menggelengkan kepala. "Untuk membuatmu tenang, aku memang selalu bersikap seperti itu kepada orang yang tidak dekat denganku."
"Dan aku akhirnya menjadi orang yang memenangkan hatimu."
"Sombong!"
"Biar saja. Kenyataannya seperti itu, Baby, dan aku terpaksa harus mengakui kalau pertemuan kita terjadi karena Dami noona juga."
"Wae?"
"Awalnya noona yang harus menjemput umma, tetapi karena ada pertemuan mendadak dengan rekan bisnisnya maka akulah yang menggantikan noona."
"Kau juga harus bersyukur karena aku memutuskan pulang pada waktu yang sama denganmu. Apa kau tahu kalau sehari sebelumnya aku sempat berniat untuk membatalkan rencanaku? Tetapi aku kemudian tetap pulang karena butuh dukungan keluargaku. Debut sebagai unit grup benar-benar menguras pikiran."
Taeyeon tiba-tiba berhenti berjalan dengan kening mengernyit. Ia mengatur napas saat kontraksinya mulai muncul.
"Tarik dan hembuskan perlahan, Baby."
Jiyong sigap mendekati Taeyeon dan mengusap punggungnya. "Ulangi lagi."
Taeyeon memegang erat tangan kanan Jiyong dan sedikit menumpukan tubuhnya. Ia lakukan teknik itu selama beberapa menit sampai sakitnya menghilang.
"Tiga menit dengan jarak tiga puluh menit." ucap Jiyong yang selalu menghitung setiap kali kontraksi Taeyeon datang.
"Aku rasa belum ada perubahan, Ji, masih di tahap kelima seperti yang dikatakan dokter Kang."
Jiyong mengangguk. Cairan amnion Taeyeon pecah ketika mereka turun dari mobil dan membuatnya sangat terkejut. Dokter Kang dan dua perawat yang telah menunggu langsung membawa Taeyeon dengan kursi roda untuk diperiksa. Dia meminta Taeyeon untuk melakukan gerakan-gerakan ringan yang bisa membantu di saat kontraksi, begitupun dengan Jiyong yang tetap diminta menghitung interval waktu kontraksinya.
"Kau ingin duduk?"
"Tdak. Teruskan saja obrolan kita agar aku sedikit terlupa."
"Sudah tidak sakit lagi kan? Boleh aku lanjutkan merapikan pakaian?"
"Iya,"
"Sampai mana pembicaraan kita? Ah, ya, debut unit grupmu, pantas saja kau lebih banyak melamun dan tidak ikut mengobrol bersama kami. Apa hal itu sangat membebanimu?"
"Hmmmm..... Mungkin karena aku terbiasa tampil dengan formasi sembilan orang lalu tiba-tiba harus tiga orang saja rasanya sangat berbeda, Ji," Taeyeon menghentikan langkahnya. "Tunggu, kau tadi bilang sering melihatku melamun, apa itu berarti kau sudah memperhatikanku sejak kali pertama kita bertemu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Journey
FanfictionDua anak manusia yang terlalu rumit hanya untuk saling memiliki. Bersembunyi hanya untuk saling merengkuh dan mengucap kata cinta. Haruskah mereka menyerah saat dunia seakan terus menyerang? Atau, tetap melawan meski harus mati? Terkadang, c...