"Kau tersenyum sendiri lebih lama, kupastikan lima belas menit lagi Hyung akan membawamu ke rumah sakit jiwa Kwon Jiyong!"
"Hei! Aku tidak gila! Kau tahu?"
Yongbae mengerdikkan bahu. Ia menenteng satu botol air mineral lalu duduk di sofa panjang. "Jangan menyalahkanku. Sejak pulang tadi yang kau lakukan hanya tersenyum pada ponselmu saja."
Seungri yang duduk di atas lantai kontan terbahak. "Tiga kata dari Taeyeon Noona bisa membuatmu gila, Hyung. Tapi, sekadar mengingatkanmu saja, di stage tadi akulah yang mendapatkan senyum Taeyeon Noona. Bukan kau. Melirikmu saja tidak."
"Sialan!" Jiyong melempar bantal sofa ke arah sang maknae. "Kau dapat senyumnya, tapi tidak dengan cintanya, Seungri!"
"Kau pun juga sudah tidak, Hyung. Buktinya kalian putus."
"Seungri, cukup!" ucap Seunghyun. "Jangan kau rusak kesenangan Jiyong! Kau tahu, kan, pesan dia akhirnya dibalas setelah mengirim beratus-ratus kali."
"Hyung.... Aku kira kau membelaku." Jiyong menggelengkan kepala. "Jangan coba-coba bersekongkol, Daesung!"
"Tidak. Aku tidak mengatakan apa-apa. Tapi, aku juga mengkhawatirkanmu. Aku tahu kalau kau selalu mendamba agar pesanmu berbalas. Jangan terlalu berbahagia, Kwon Jiyong. Jalanmu masih panjang."
Member lain langsung tertawa saat untuk kedua kali Jiyong melemparkan bantal sofa dan tepat mengenai kepala Daesung. Wajahnya kesal karena para sahabatnya tak henti menggodanya.
"Aku mandi dulu. Jika pesanan makanan kita sudah datang, kau yang bayar, Seungri."ucapnya seraya berdiri.
"Hyung! Kenapa aku?"
"Itu hadiah untukmu."
Jiyong menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur dengan senyum kembali terlukis di wajahnya. Pesan singkat yang diterimanya dari Taeyeon bagaikan mimpi baginya. Saat perjalanan pulang dari perhelatan Golden Disk Awards, ia mengirimkan selamat pada Taeyeon atas kemenangannya. Ia tidak menyangka kalau Taeyeon akan membalasnya, mengingat pesan-pesan dia sebelumnya tak pernah digubris sedikitpun oleh gadis itu.
Kebahagiaannya malam ini bukan itu saja. Di stage tadi, ia berkesempatan berada di stage yang sama dengan Taeyeon ketika mereka menerima piala. Jiyong tidak secara terang-terangan untuk memandang atau bahkan menegurnya. Ia tahu jika sikapnya akan membuat Taeyeon marah. Jiyong tidak mau mengambil resiko di saat langkahnya untuk mendapatkan Taeyeon kembali masih di tahap awal. Melihatnya dari jarak dekat saja sudah membuatnya senang. Meskipun tak dipungkiri jika ia merasa jengkel karena sang maknae lah yang mendapatkan senyum Taeyeon saat ia mempersilakan grupnya terlebih dulu untuk menerima piala.
Apa ini pertanda harapan untukku memang masih ada?
**********
"Selamat juga untukmu," Seohyun membaca tiga kata yang tercetak di layar ponsel milik leadernya. "Nah, sekarang kau tinggal mengirimkannya pada GD Sunbae, Unni." bisiknya. Kedua matanya sekilas melirik Yeong Deok Oppa yang duduk di belakang kemudi.
Taeyeon memberengut. Ia menekan tombol send lalu menyodorkan ponselnya pada Seohyun. "Sudah. Happy?"
"Terimakasih, Unni." Seohyun tersenyum puas. "Hukumanmu selesai."
Taeyeon menyimpan ponsel ke atas pangkuannya. "Kau curang. Dari dulu kau tahu sendiri jika aku selalu kalah dalam permainan itu."
Seohyun memeluk Taeyeon dari samping. "Maafkan aku. Maafkan aku, Unni." ujarnya dengan nada merengek.
"Jangan mengeluarkan jurus seperti Yoona! Dan, jangan mengambil kesempatan lagi!"
"Aku mengerti. Aku tak akan mengulanginya lagi," Seohyun terdiam sesaat. "Mungkin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Journey
FanfictionDua anak manusia yang terlalu rumit hanya untuk saling memiliki. Bersembunyi hanya untuk saling merengkuh dan mengucap kata cinta. Haruskah mereka menyerah saat dunia seakan terus menyerang? Atau, tetap melawan meski harus mati? Terkadang, c...