"Unni!"
"Taeyeon!"
Tiffany dan Seohyun berlari mendekati Taeyeon. Duduk berlutut di samping kirinya. Keduanya terkejut saat melihat sang leader yang terkulai lemah. Tak cukup sampai disitu, keterkejutan mereka ditambah dengan sosok yang tengah memeluk Taeyeon. Mereka mengenalnya meski orang itu menyamarkan identitasnya dengan memakai topi dan syal.
"Sunbae, tolong bawa dia ke dalam,"
Jiyong mengangguk pada Tiffany. Tanpa kata, dia memangku Taeyeon dan mengikuti langkah Tiffany dan Seohyun menuju elevator di ujung koridor. Hatinya diliputi rasa cemas. Gadis dalam pelukannya masih tak sadarkan diri. Jiyong pun bisa merasakan jika bobot tubuh Taeyeon semakin menyusut dari kali terakhir mereka bertemu.
"Disini, Sunbae,"
Pintu elevator terbuka dan mereka berjalan di belakang Tiffany. Ia membuka pintu dan menyilakan Jiyong untuk masuk. "Bawa saja ke kamar."
"Fany-ah, kau pu.. Ya! Taeyeon kenapa??"
"Oh? Sunny-ah, aku kira kau belum pulang." Tiffany melempar asal tasnya ke arah meja. "Akan kujelaskan nanti. Tolong hubungi Dokter Park."
Dengan hati-hati Jiyong membaringkan Taeyeon. Ia melepaskan topi dan syal dan menyimpannya di meja samping tempat tidur. Tiffany menyalakan lampu lalu menyeret kursi kecil dari meja rias untuk diduduki oleh Jiyong.
"Taeyeon-ah. Bangun."
Jiyong menggenggam tangan kanan Taeyeon yang terasa dingin saat bersentuhan dengan kulitnya. "Taeyeon,"
Tiffany berjalan memutar dan duduk di samping kiri Taeyeon. Tubuhnya membungkuk dan mengusap pipi sang roommate. Mencoba membuatnya tersadar. "Taetae, bangunlah. Kau mendengarku?"
Erangan kecil terdengar ketika Taeyeon membuka matanya perlahan. Keningnya berkerut saat sorot cahaya dari ruangan tersebut mengenai indra penglihatannya.
"Taeyeon-ah!"
Taeyeon menoleh ke asal suara. Sahabatnya itu tengah menatapnya cemas. "Fany-ah. Ini di kamarku, kan?"
"Ya. Katakan padaku mana yang sakit?"
Taeyeon kembali memejamkan mata. Ia menghela napas panjang, berusaha menahan terjangan rasa mual yang kembali menyerangnya.
"Taeyeon?"
"Bantu aku,"
Tanpa diduga Taeyeon mencoba untuk duduk. Ia mengeryit ketika nyeri kembali menyerang kepalanya.
"Hei, kau mau apa?"
Taeyeon seketika menegang. Ia baru menyadari ada orang lain yang berada di sampingnya dan menggenggam tangannya. Pandangannya masih berbayang dan ia tidak yakin dengan dugaan tentang si pemilik suara. "Kau mau kemana?"
"Kamar mandi,"
Taeyeon menarik kasar tangannya dan beringsut dari ranjang. Tak ia pedulikan permintaan Tiffany yang menyuruhnya untuk kembali berbaring.
Sudah dipastikan tubuhnya limbung saat kakinya menapaki lantai. Ruangan di sekitarnya seakan berputar. Sekali lagi, saat Taeyeon merasa bahwa ia akan jatuh, seseorang merengkuhnya. Menahannya agar tegak berdiri.
"Aku bantu,"
Taeyeon terlalu lemah untuk melawan atau mengusir orang yang kini memapahnya berjalan. Cengkraman tangan yang melingkari bahunya sangat kuat. Memastikan Taeyeon untuk bisa terus melangkah.
"Aku bisa sendiri,"
Taeyeon membuka kenop pintu kamar mandi. Tiffany yang mengikutinya dari belakang menggeleng kuat. "Biarkan aku ikut."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Journey
FanfictionDua anak manusia yang terlalu rumit hanya untuk saling memiliki. Bersembunyi hanya untuk saling merengkuh dan mengucap kata cinta. Haruskah mereka menyerah saat dunia seakan terus menyerang? Atau, tetap melawan meski harus mati? Terkadang, c...