Chapter 34

2.6K 182 38
                                    

Taeyeon berjalan lunglai setelah lagi-lagi mengeluarkan isi perutnya. Jiyong memapahnya untuk duduk bersandar di tempat tidur sembari menatapnya cemas. Ia mengambil cangkir dari meja nakas lalu membantu Taeyeon untuk minum.

"Sarapan dan makan siangmu keluar lagi, Baby. Kau ingin makan biskuit?" tanya Jiyong

Taeyeon menggeleng. "Nanti saja."

Jiyong kemudian duduk di kursi kecil yang terletak di samping tempat tidur. Ia mengusap kepala Taeyeon dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya memainkan jemari istrinya.

"Jiyong-ah,"

"Uhm?"

"Aku ingin meminta maaf atas ucapanku di rumah sakit."

Jiyong mengerutkan kening. "Rumah sakit?"

"Ya. Tidak seharusnya aku berkata kasar dan mengusirmu. Pikiranku sedang kalut, Ji. Maafkan aku."

"Tidak perlu meminta maaf, Baby.. Akulah yang salah karena tidak pulang lebih awal."

Taeyeon menggelengkan kepala. Pandangannya terarah pada foto pernikahan yang terpajang di dinding kamar. "Apa kau tahu? Kepergianmu tetap menyisakan luka yang sama tetapi rasa yang berbeda. Dulu, saat aku memutuskan mengakhiri hubungan kita lalu kau memilih pergi, aku membiarkanmu dan berharap agar kau tidak kembali lagi. Bagaimanapun itu yang terbaik bagimu juga para memberku. Namun, saat kau pergi untuk kedua kali, harapanku tak lagi sama. Aku mengerti kalau kau kesal dan marah karena sikapku, tetapi aku ingin sekali setidaknya mengetahui dimana keberadaanmu. Apa kau baik-baik saja? Apa yang harus kulakukan untuk memperbaiki kesalahanku? Apa kau tetap pergi ke studio? Apa kau makan dengan baik? Sampai kapan kau akan marah dan tidak pulang? Semua pertanyaan itu terus-menerus berputar di kepalaku dan membuatku sulit untuk tertidur." Taeyeon menarik napas panjang sebelum melanjutkan kalimatnya. "Aku sangat merindukanmu."

Jiyong mencelos ketika bulir-bulir bening mengalir dari kedua mata Taeyeon. Ia bangkit dari duduknya lalu merengkuh perempuan mungil itu.

"Maafkan aku, Baby.... Maafkan aku."

Taeyeon melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Jiyong dan membenamkan wajah ke dalam pelukannya. Ia terus terisak mengeluarkan semua perasaannya yang berkecamuk.

Beberapa menit berlalu dan akhirnya Taeyeon bisa sedikit tenang. Ia melepas pelukannya lalu melayangkan senyum tipis kepada Jiyong.

"Bolehkah aku meminta sesuatu?"

Jiyong mengangguk. Ia mengusap air mata Taeyeon yang tersisa dengan ibu jarinya. "Apa?"

"Aku sadar kalau kita harus masih banyak belajar untuk hidup bersama. Untuk saling memahami satu sama lain. Aku akan berusaha mengubah sikapku, Ji. Aku tidak akan lagi merahasiakan apapun darimu karena kau memang orang pertama yang harus tahu. Namun, apabila nanti kita tidak bisa menghindari pertengkaran bisakah kalau kau tidak pergi? Kau boleh memarahiku atau mendiamkanku tetapi tidak untuk meninggalkan rumah ini. Apa permintaanku terlalu egois?"

Jiyong kontan menggeleng. "Tidak sama sekali. Aku berjanji tidak akan lagi meninggalkanmu." Ia mendekatkan posisinya dan mengecup kening Taeyeon.

"Terima kasih,"

"Salah satu janjiku kepada Tuhan adalah untuk menjagamu. Aku tidak akan pernah mengingkarinya."

Taeyeon tersenyum sembari menepuk pipi kanan Jiyong. "Apa itu juga yang menyebabkanmu membantu Yeon Deok oppa menangani kasusku?"

"Darimana kau tahu?"

Taeyeon terkekeh melihat keterkejutan di wajah Jiyong. "Tadi malam oppa meneleponku. Dia mungkin menyangka kalau kau sudah bercerita padaku. Terima kasih sudah mengurus semuanya, Ji."

Our JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang