Chapter 30

3.1K 360 34
                                    


"Baby, Tiffany." Jiyong menutup pintu kaca yang menghubungkan kamar dengan balkon lalu menyerahkan ponselnya pada Taeyeon.

"Halo?"

"Yaa!!! Neo gwaenchana? Oppa bilang kau sakit?"

Taeyeon mendelik pada Jiyong yang berdiri di sampingnya. Laki-laki itu mengangkat bahu sembari menyampirkan jaket kepada Taeyeon.

"Aku sudah tidak apa-apa, Miyoungie... Besok pagi kami akan jalan-jalan lagi."

Jiyong menepuk lengan Taeyeon. "Loudspeaker."

Dengan kening berkerut Taeyeon menuruti permintaan Jiyong. Suara kesal Tiffany masih jelas terdengar.

"Tiffany,"

"Eh? Oppa?"

"Sahabatmu ini keras kepala. Aku sudah memaksanya untuk beristirahat satu hari lagi, tetapi dia tidak mau. Padahal, dua hari kemarin dia tidak bisa turun dari tempat tidur."

"Jiyong!"

"Kim Taeyeon! Sebenarnya kau kenapa?"

"Hanya kelelahan saja, Fany-ah. Jiyong berlebihan."

"Aniya... siapa yang berlebihan?" sanggah Jiyong. Ia memeluk Taeyeon dari samping. "Taeyeon demam tinggi saat kami tiba di hotel sekembalinya dari Vienna. Dia kelelahan dan tekanan darahnya rendah. Dia harus dipapah apabila meninggalkan tempat tidur karena kepalanya pusing."

"Oppa!"

"Uppssstt! Sepertinya ada yang marah padamu, Oppa." Tiffany tergelak. "Jangan memaksakan dirimu, Tae. Kalian masih punya waktu untuk berkeliling Slovenia. Apa udara disana sangat dingin?"

"Lumayan."

"Baiklah. Aku tutup dulu. Jangan lupa kenakan pakaian tebal. Dan jangan paksakan dirimu! Kalau ada apa-apa hubungi kami."

"Ye. Gomawo, Fany-ah." Taeyeon menutup saluran teleponnya.

"Kenapa kau menceritakan semuanya pada Miyoung? Member lain pasti akan ikut memarahiku."

Jiyong tertawa. "Mereka hanya mencemaskanmu." Ia mencium puncak kepala Taeyeon. "Kita ke dalam?"

"Nanti. Aku bosan terus-menerus berada di kamar. Tidur, makan, lalu tidur lagi." Taeyeon menghela napas panjang. "Maaf karena aku merusak bulan madu kita. Aku merepotkanmu, ya."

"Hei... jangan berkata begitu!" Jiyong mengalihkan wajah Taeyeon agar menatap dirinya. "Aku suamimu, Baby. Sudah seharusnya aku menjaga dan merawatmu. Kau sehat adalah hal terpenting bagiku."

Taeyeon mengangguk. Ia berjinjit dan mengecup kening Jiyong. "Aku tidak mau kau tertular demamku."

Jiyong mengacak rambut depan Taeyeon lalu memeluknya. "Kita ke dalam sekarang, ya."

"Sebentar lagi. Aku suka melihat pemandangan malam disini, Ji."

"Sama seperti Vienna?"

"Ya. Aku menyukai keduanya. Aku tidak menyesal menunda bermain ke Hogwart karena Vienna berhasil membuatku jatuh hati."

Jiyong terkekeh. Satu bulan sebelum pernikahan mereka, Taeyeon mengubah rute bulan madu menjadi Vienna dan Slovenia. Gereja Stephansdom, dimana diadakannya pernikahan dan pemakaman Mozart, Stadtpark, Kota Hallstatt, Prater Park, Kota Salzburg, juga Mirabel Garden adalah beberapa tempat yang menjadi penjelajahan mereka.

Sayangnya, ketika mereka bertolak ke Slovenia, kesehatan Taeyeon menurun. Perempuan itu berusaha menutupi dan masih antusias untuk merencanakan tempat mana saja yang akan menjadi tujuan mereka. Namun, saat mereka tiba di hotel, wajah pias Taeyeon membuatnya mengaku kalah. Ia jatuh sakit.

Our JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang