Silent 6 : SHE,, WHAT??

226 13 0
                                    

Jangan lupa tinggal kan jejak cantik kalian,,

Sorry for typo...!!!

***

Joo masih mondar mandir di depan pintu, merasa bingung akan apa yang di lakukan nya.

Berdiam diri membiar kan Lily berada di kamar macan atau mengambil resiko membawa pulang Lily dan berakhir di rumah sakit,

dan ia masih sangat ingat bagaimana mona pernah mengalahkan nya saat latihan karate dulu,

ekskul yang pernah mereka ikuti tapi tidak lagi, mengingat banyak nya tugas kuliah yang semakin menumpuk.

Sedangkan di dalam kamar mata Branden tidak lepas dari sosok yang kini tengah meringkuk seperti bayi bukan nya kedinginan karena AC yang menyala. Karena menurut nya suhu ini terlalu dingin  tapi sekarang bukan itu yang menjadi keterpakuan nya,

melain kan keadaan gadis yang setengah telanjang memperlihat kan punggung yang sempurna dengan posisi membelakangi nya.

Betapa baru menyadari tubuh kecil itu memiliki kulit seputih kapas yang rapuh, terbesit keinginan untuk menyentuh merasakan kulit itu di telapak tangan nya.

Tapi semabuk yang di rasakan nya, logika Brand masih kuat untuk mengatakan , tidak.

Brand membuka pintu dan langsung berhadapan dengan Joo yang akan mengetuk pintu karena tergantung nya kepalan tangan dengan tampang salah tingkah.

Dengan sedikit tergesa - gesa Brand segera mengunci pintu kamar dari luar dan langsung menyeret joo ke dalam kamar nya.

"aduuuhh,,, pelan pelan Brand."ucap nya dengan melepas paksa pergelangan tangan nya.

"kenapa tuh cewe masih disini?" Tanya Brand berang.

Joo sedikit menelan silva nya," gue salah ngasih dia obat,'"cicit nya

"apaa?? Jadi lo habis main sama dia?" Tanya nya tidak percaya, bagaimana pun jonathan paling anti tidur dengan wanita tapi bisa saja terjadi mengingat kondisi tuh cewek saat ini.

"bodoh, mana mungkin?, rencana nya ngasih aspirin karena dia mengeluh pusing, tapi yang ku berikan ternyata obat tidur.

Efek nya hanya 2 jam . kau tau kamar ku sangat berantakan, dan disini hanya ada dua kamar. Jika ku biarkan di sofa aku takut mam akan kemari tampa beri tahu yang sudah menjadi kebiasaan nya, jadi aku meniduri nya di kamar mu." Jelas nya panjang lebar, tapi raut Brand tidak berubah sama sekali.

"baik lah - baik lah, aku akan membawa Lily pulang sekarang." Putus nya dan segera bergegas menuju kamar Branden.

Biar lah, setidak nya kalau di rumah sakit masih ada suster cantik yang merawat nya..

"tunggu, kau mau mati mengantar nya di jam 1 pagi seperti ini," ucap nya dingin.

Joo menupuk jidat nya," seperti nya aku ketiduran lagi, tapi bagaimana kalau mona sampai tahu?" ucap nya mulai khawatir.

Mau bagaimana pun ini tanggung jawab nya. Mengantar Lily pulang dengan selamat sampai "RUMAH".

"itu urusan mu, biar kan dia istirahat. Aku akan tidur di sofa." Ucap nya datar dan berlalu menuju ruang tamu.

Rumah yang tidak terlalu besar dengan 2 kamar beserta kamar mandi di dalam,

dapur dan ruang tamu model mini malis tapi masih terlihat modern dengan cat maskulin, khas para pria.

Joo dan Branden sengaja menyewa rumah ini untuk mereka tinggali selama kuliah di kota Deligos, kota terlahir nya para orang sukses dari berbagai profesi.

Terlahir dari kalangan berada tidak membuat mereka berpangku tangan begitu saja, bermodal niat dan kerja keras joo dan Brand membuka usaha baju Distro untuk menambah uang jajan mereka.

Jhonathan bersyukur untuk kali ini sepupu nya tidak banyak berdebat dengan nya,
Selain ia sangat mengantuk, mungkin dengan tidur yang cukup ia bisa menggunakan otak untuk mencari jalan aman tanpa masuk rumah sakit terlebih dahulu.

dengan pikiran yakin dan tenang , Joo melanjut kan tidur nya yang sempat tertunda.

***

Cahaya menyeruak masuk di balik tirai mewah transparan, sedikit menegak kan tubuh nya dan melonggar kan otot nya .
kegiatan yang biasa ia lakukan.

"sayang kau sudah bangun," ucap nya seorang wanita dengan suara serak khas bangun tidur.

" bangun lah, 10 menit. Dan pergilah dari sini," ucap dingin dengan menaruh beberapa lembar uang dan berlalu ke kamar mandi.

Wanita itu hanya mendelik kesal tapi diri nya tidak akan mengindah kan peringatan itu, segera bangun dan memakai pakaian yang bececer di bawah dan dengan senyum cerah ia mengambil lembar uang yang berwarna merah itu di nakas,

"aku selalu suka melayani nya, dan aku tidak akan pernah bosan untuk mu, Diaz." Ucap nya dalam benak nya memandang penuh hasrat setelah mendengar shower mengalir.

***

sedikit yah? emang,,, hehe

tapi untuk next part bakal aku panjangin deh,,, vote coment guys,,,

SiLentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang