Silent,,,:..21. Kissmark..

184 14 0
                                    

"kak."

Tubuh Diaz terdiam, suara Mona tepat di balik punggungnya.
Melirik jam di atas nakas, yang tidak jauh dari tempat Lily tertidur.

Masih pukul 12siang.

"Dua mata kuliah tidak bisa di ikuti. Dosen berhalangan hadir. Jadi tidak sampai sore."

Mona menjawab setelah ia menangkap kepala itu menengok sedikit jam weker diatas nakas.

Dan setelah nya Mona menyerengit heran melihat Diaz yang masih berada dirumah, sedangkan jam pulang kantor sore hari.

Mereka masih berada di kamar Lily.

" Ada laporan yang tertinggal, jadi aku kembali untuk mengambilnya."
Jawab Diaz jujur.

Setelah bersitatap dan melihat kerutan kecil di dahi Mona.

'oh' mulut Mona terbuka tampa suara.

"Apakah laporannya tertinggal di kamar ini?"
Dengan melihat arah tangan Diaz yang tidak memegang apapun.

Sepertinya Diaz memang sudah terbiasa menghadapi situasi seperti ini, bahkan Diaz masih terlihat santai menatap Mona yang sedang menatap penuh curiga kepada nya.

Diaz menggeleng kecil ,seakan menolak semua prasangka jelek yang sedang bersarang di otak cantik adik nya itu.

"Hentikan, aku tidak sedang berniat membunuhnya. Tadi demamnya naik, saat aku mengecek keadaan nya"

Alasan lain lagi, tapi bukan kah ia juga harus mengikuti alur nya??,,

"Benarkah?" Seru nya dan langsung meletakkan telapak tangan nya di kening Lily.

"Syukurlah sudah turun." Sambung nya Dengan nafas lega.

Yah, syukurlah,,, benak  Diaz menimpali.

Menatap lamat tubuh yang masih terkulai lemas di tempat nya berdiri.
Di dekatnya sudah ada Mona, duduk di tempat yang tadi ia duduki.

"Sudah berapa lama Lily tertidur?"

"Baru saja, setelah aku memberikan obat dari mbok ipah." Dengan nenunjuk 3 botol obat menggunakan dagu nya, yang masih tergeletak di atas napan bubur yang baru di makan sedikit.

Tepatnya hampir sejam yang lalu,, benak nya menimpali, ia sudah seperti orang bodoh yang menunggu mata itu terbuka kembali.

Dan pernyataan yang satu ini, tidak mungkin bukan ia mengatakan nya juga.

"Kemana Mbok ipah sama bi Mimin, ko sepi?" Melihat Diaz yang sepertinya masih setia berdiri dibelakang nya tanpa ingin beranjak meninggalkan kamar Lily.

"Mereka lagi belanja bulanan, lusa mamah kan pulang jadi mereka membeli semua kebutuhan rumah yang habis."

Mona mengangguk mengerti, " pasti tadi demam nya tinggi sekali, sampai bibirnya memerah seperti ini." Setelah memperhatikan wajah Lily yang tampak lebih segar, tapi sedikit pucat.

Meski sebenarnya ini tidak perlu ditanyakan lagi, bukankah ia sudah tahu alasannya?,,

"Iya." Dengan sedikit lega.
Warna alami bibir Lily sangat membantu dari perbuatannya 55 menit yang lalu .

Yah.. ciuman intens yang membuat nya menginginkan tubuhnya.

Dan kalau saja Lily tidak pingsan, mungkin ia akan benar-benar melaksanakan niat nya itu.

Astaga,,,otak kotor ini.

Diaz menjilat kecil sudut bibirnya, rasanya belum hilang padahal sudah hampir sejam yang lalu.

SiLentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang