Silent 9:..taktik bunglon🐾

212 15 2
                                    

Sudah mulai beranjak sore tapi sepertinya semua orang yang kini sedang bermain di belakang rumah itu enggan untuk menyudahinya.
"Bagaimana, mereka tidak mau berhenti!." Dengan suara frustasi Joo menghempaskan diri nya untuk duduk bersisian dengan Mona sang tuan rumah .

"Tunggu, aku hampir selesai" di ikuti bunyi Tut enter yang di tekan agak kuat. "Finis" seru nya kembali dengan meregangkan kedua otot tangan nya ke atas.

menumpu kan kedua telapak tangan nya di kursi santai, Mona melihat Lily yang kini tengah berlari untuk mengejar Della, Cantika, putri ,Jaka. dan Dodi.
Anak-anak hebat yang sudah banyak membantu untuk tugas terakhir penelitian nya, termasuk Lily meski masih pantas di bilang anak kecil karena wajah manis nya.

"Yaelah, di tanya malah senyum ga jelas," Joo bergidik Dangan menatap Mona horor karena tersenyum setalah tadi bibir itu cemberut karena kesal.

Saat Mona akan memukul Joo, pria itu sudah melesat lari dengan sedikit mengumpat,
"shit".
Tak lupa menjatuhkan semua buku yang tadi di lihat nya.

Mona pun ikut menyusul dengan wajah khawatir, " Lily, astaga ..kenapa tidak hati - hati."

Lily terjatuh terlentang dengan tubuh gempal Jaka di atas tubuh nya ,Lily meringis dengan wajah menahan sakit.

Jaka bangkit dengan rasa bersalah," Kaka maaf , Kaka maaf," ucap nya terus berulang-ulang . Seperti tidak mendengar ucapan Joo yang mengatakan  tidak apa-apa.
Jaka malah semakin keras menangis karena rasa bersalah itu.

Suara rengekan itu terdengar sampai kamar Diaz yang berada di lantai 2, "akhh... Hilang semua konsentrasi gw." Dengan melempar buku laporan yang ia bawa dari kantor nya untuk ia pelajari.

Dengan gigi gemerutuk Diaz melangkah cepat menuju taman belakang rumah nya.

Disana ia melihat wajah Lily sedang meringis  sambil mengusap kepala nya, disampingnya nya ada anak laki -laki berumur 8 tahun yang kini mulai berusaha meredam tangis nya.

Diaz berdecak tak suka, semua baik-baik saja tapi tidak setelah ada Lily d rumah ini.
"Ada apa?" Lihat, diri nya bisa mengeluarkan suara tenang walau ia sangat ingin meneriaki Lily sekarang juga.
*Tapi tidak,, ia masih ingin Mona berada disampingnya dan tidak melihat takut dirinya*. Diaz kembali meringis dengan pemikiran itu, nyata nya Mona semakin menjauh karena ia semakin terobsesi kepada adik nya.

Mona tau kakak nya memiliki hati yang baik dan ia yakin, Diaz akan berubah dan menerima Lily. Karena Mona tau salah satu sikap Diaz yang paling sensitif, seperti tidak mudah menerima dan dekat orang baru di sekitar nya.
Meski sikapnya terlalu berlebihan kali ini.

Tapi melihat wajah Diaz meringis seperti itu, ia yakin kakak nya berempati dengan keadaan Lily.
"Ka, tolong bawa Lily ke kamarnya, kaki nya lecet, dan kepala nya mungkin terbentur cukup keras tadi." Dengan mendorong tubuh Diaz untuk mendekat.

Hanya Jonathan yang menyadari perubahan raut wajah Lily yang semakin pias. Dan wanita itu semakin manarik kecil rok yang sudah panjang nya sebetis untuk menutupi mata kaki nya karena sempat tersingkap hingga luka lecet di lutut nya terlihat.

Sedangkan Diaz semakin kesal dengan bujukan Mona. menarik nafas sedikit, Diaz langsung meletakkan tangannya di bawah lutut dan saat tangan nya akan meraih punggung itu,  cekalan tangan seseorang menghentikan nya.

"Maaf, biar aku saja yang menggendong nya"

Mona langsung melepaskan tangan Joo, "jangan, bagaimana nanti anak-anak. Biar kakak ku saja. Ok...!" Dengan senyum di ikuti dorongan tangan nya di punggung Diaz agar bergegas.

"Tidak. Biar aku saja. Sungguh.." Joo berusaha menyakinkan dengan menarik cukup kuat tangan Diaz yang sudah terulur.
*Astaga.... Anak ini,* rutuk benak nya, tidak mengindahkan kan permintaan Joo. Yah,, Diaz sudah mencari tahu semua tentang teman pria yang dekat dengan Mona. Dan pria ini tergolong kata 'aman' dalam daftar catatan nya.

SiLentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang