Silent,,..:. 26.. Pangeran Mona.

132 14 0
                                    

Tubuh Lily mulai gemetar, berdekatan tanpa jarak seperti ini seakan membangun sisi nya yang lain.

Sebenarnya Lily akan mengucapkan terimakasih, meski tidak ada suara yang terdengar, tapi sepupunya ini cukup mengerti dengan melihat gerakan bibirnya saja.

Niat awal nya seperti itu, namun Diaz langsung menutup mulut nya dengan bibir yang sedari tadi terbuka sedikit, hingga ia dapat menghirup aroma mint yang keluar dari sana.

Menuntut dan terburu- buru,

Lily harus mengeratkan genggaman tangan nya di kemeja diaz yang terbuka, karena dua kancing yang sengaja di lepas.

Nafas mereka memburu, Lily menghirup rakus udara yang mulai menipis di paru -paru nya saat tautan bibir mereka memberi jarak.

Sedangkan Diaz, menormalkan nafasnya dengan berusaha meredam hasrat liar nya.

*Astaga, ia menginginkan wanita ini.*

"Sudah aku katakan bukan, aku butuh imbalan yang setimpal dan kata terimakasih itu tidak sebanding dengan tubuh mu yang akan tenggelam jika kamu sampai terjatuh dari sini." Ucapan Diaz begitu pelan dan berat,

berbisik sangat dekat dengan telinga Lily yang sudah memerah, dan itu membuat Lily semakin lemas.

Bokong nya sudah bersandar, sebagai tumpuan tubuhnya karena kaki - kaki nya seakan tak menapak di lantai kayu ini.

di pagar kayu ukir yang membatasi balkon kamar vila ini, dengan muara laut yang agak menderu.
seakan tidak memanjakan mata nya lagi, setelah dada bidang dengan bulu halus yang tumbuh di sana mulai menggelitik jari jemari nya, yang tak sengaja bersentuhan karena gerak dada nafas Diaz yang memburu.

Tapi debaran gelombang ombak kecil yang menghantam batu karang di bawah sana, masih bisa samar terdengar.
karena saat ini yang terdengar dengan jelas adalah debaran jantungnya sendiri.

Deg deg deg.

Ini normal kan?,

ia harap begitu, karena situasi seperti ini seakan membuat dirinya lebih di inginkan dari pada Mona.

Mona .

Sepertinya Lily mulai yakin, jika ingin terus merasakan kenyamanan ini maka ia harus mendapatkan Diaz untuk nya sendiri.

Dan yang lebih penting, tidak perlu ada yang di kecewa kan karena cinta terlarang itu .

Mona dan Diaz.

Bukan kah lebih baik,

Diaz dan Lily.

*Ibu boleh aku berusaha mendapatkan hatinya?*

*Tapi aku tidak ingin menjadi penyihir jahat.*

"Aku ingin menjadi seorang putri yang dapat hidup bahagia dengan pangeran nya.*

Pikiran nya bergemulut, dengan mata hitam menelusuri lekuk wajah Diaz, yang juga sedang menatap diam dirinya.

"Apa yang kau pikirkan?"bisik nya dengan bibir yang hanya berjarak 1cm dari bibirnya.

Lily terpejam, menghirup dalam aroma mint yang keluar dari nafas mulut nya.

☘☘☘

Mata nya semakin sayu, Diaz dapat melihat hasrat Lily yang menginginkan dirinya.

Ini gila.

Yah..kata kan lah seperti itu, karena selanjutnya ia dapat merasakan gerak bibir yang malu-malu membalas ciuman nya.

Dari awal ia sudah menginginkan nya, setelah melihat senyum Lily yang seakan menghipnotis ia untuk merasakan apa yang ada di balik bibir itu.

Hingga saat melihat mulut itu terbuka, Diaz tidak bisa mengabaikan kesempatan untuk meminta imbalan yang ia inginkan bukan.

SiLentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang