Silent,,:,,19 I don't know but I want you.

171 14 3
                                    

Lily demam..

Setelah Brian menceritakan kejadian kemarin yang di alami Lily, sepertinya ia tahu penyebab sakit mendadak yang membuat wanita itu terbaring tak berdaya di tempat tidurnya.

Diaz melangkah kan kaki nya ke kamar Lily, bukan untuk menemui atau mengecek keadaan nya tapi untuk menemui Mona yang masih betah berada di kamar itu setelah mengantar kan sarapan untuk Lily.

Sudah waktunya berangkat kuliah dan ia sudah berjanji akan mengantar nya sebelum ia berangkat meeting hari ini.

Tinggal dua hari lagi, dan ia berharap sakit nya Lily tidak mengacaukan jadwal yang sudah ia buat untuk menghabiskan waktu bersama Mona di pantai Kuta.

Pintu coklat dengan gantungan penangkal mimpi buruk 'Dream catcher ' tergantung disana.

*Pasti Mona yang menggantung nya*.
Ingat Diaz melihat gantungan yang sama persis dikamar Mona.

Pintu di ketuk pelan, dan mbok ipah membuka pintu,
di tangan nya ada nampan sarapan Lily yang masih tersisa sedikit.

"Den, "sapa nya, dengan memperlebar daun pintu untuk mempersilahkan Diaz masuk.
Setelah nya mbok ipah keluar dengan membawa nampan untuk di letakkan ke dapur.

"Bagaimana?" Tanya diaz basa -basi. Sambil melihat-lihat keadaan kamar Lily yang selalu terlihat rapih seperti biasa.

Berbeda dengan kamar Mo...

*Oh.. ya ampun kenapa jadi membandingkan mereka berdua*.

"Demam nya masih naik turun" dengan tangan Mona yang meletakkan kain waslap di kening Lily untuk menurunkan demam.

Wajah Lily memerah, tapi sepertinya sudah lebih baik karena tidur nya yang terlihat lebih tenang .

"Jadi berangkat bersama" sambil melihat jam tangannya.
Diaz mendekati Mona, memijit kecil pundaknya.

Tubuh Mona meregang nyaman, sedangkan Diaz tersenyum kecil karena ia tahu semalaman tadi Mona menemani Lily ,
"Bagaimana enak?"
Tanya nya pelan di dekat telinga Mona.

"Hmm.." gumam nya, dengan mata terpejam sedikit mengadah kan wajahnya ke atas.

Diaz mendekatkan wajahnya, untuk memperhatikan wajah yang selalu ia kagumi.

Wajah cantik dengan kebaikan yang di miliki.

Mona membuka matanya, dan langsung bersitatap dengan Diaz yang berada di depan nya.

Tampan,, dan selalu seperti itu.

Mona tersenyum manis, setiap malam ia berusaha melupakan bayang - bayang Niel, kekasihnya.

Ia selalu menulikan obrolan teman-teman nya yang selalu memergoki Niel dengan teman kolompok belajar mereka, Jessica.

Wanita itu, meski ia tidak begitu dekat, tapi sikap Jessica tidak pernah memperlihatkan ke janggalan apa pun hingga harus membuat nya menaruh curiga.

Sampai malam itu , saat dirumah sakit. Alasan Niel yang tidak bisa menemani nya karena harus mengantar Selly, ibunya.

Dirinya selalu percaya dan tidak menaruh kecurigaan apa pun, hingga malam itu Niel atau Daniel mereka saling memberikan ciuman kecil di wajah mereka.

Saling melempar canda, sampai Selly, Ibunda Niel keluar dari ruang pemeriksaan. Menatap mereka hangat sampai membelai rambut Jessica dengan lembut.

Bahkan selama 1tahun mereka menjalani hubungan, ia tidak pernah berkesempatan bertemu langsung dengan Selly.

Atau lebih tepatnya Niel yang mempunyai juta-an alasan agar ia tidak bertemu dengan ibunya,
pertama Mona tidak begitu memikirkan karena kesibukan nya sendiri juga sudah banyak menyita waktunya .

SiLentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang